Hai Bestiieee! Siapa kangen? 💅
Selamat lebaran utk yg merayakan. Maaf ya kalau selama nulis di sini aku sering ngomel berisik nuntut ini itu buat vomen. Hehe, maaf bgt pokonya... Ke depannya aku janji pasti aku ulangin lagi 😛😌
Monggo diramaikan part ini. Btw lapak Short Story udah aku republished. Udah aman nih utk baca yg sedep-sedep harom wkakakakk
****Happy Reading****
Oke, tenang Vania. Reynand belum benar-benar mencium dirinya seperti yang sering Vania lakukan. Cowok itu hanya menarik kepala Vania agar bibir mereka menempel kembali, tapi anehnya, rasanya seperti baru saja terjun bebas dari puncak Himalaya.
Setelah satu menit hanya menempel seringan bulu, Reynand menarik diri dan membiarkan Vania bernapas dengan tenang, atau setidaknya memberi kesempatan kepada jantungnya untuk berdetak normal. Mungkin terdengar berlebihan, tapi efek dari perbuatan Reynand telah berhasil memporak-porandakan dunia Vania.
Duh, dan sekarang Vania sangat malu bahkan untuk sekadar menatap wajah pacarnya. Seandainya bisa membuka portal menuju dimensi lain, mungkin Vania akan memilih mengasingkan diri di sana sambil memulihkan degup di dadanya. Ah, Vania, kamu terlalu banyak menonton film.
“B-balik ke kelas yuk….”
Reynand menoleh dan itu menjadi kehancuran Vania selanjutnya. Apa Reynand tidak bisa menatapnya biasa saja? Kenapa harus tepat di mata seperti itu? Kenapa harus… sedalam itu? Vania menjadi salah tingkah karena tidak sanggup membalas tatapan Reynand.
Ayolah, Van. Lo itu udah pacaran sama dia! Harusnya diliatin kayak gitu udah biasa aja ‘kan?!
Bathin Vania mulai berteriak tidak jelas.
“Jam istirahatnya masih sepuluh menit lagi,” jawab Reynand setelah melirik arloji lalu kembali menatap Vania.
Aduh kenapa ngeliatin gue lagi siiih…! Madep langit ‘kan bisa!
Vania menggerutu dalam hati sementara kedua netranya mencari objek lain untuk dilihat. Terkadang ke sepatunya sendiri, terkadang ke lantai, dan terkadang ke bibir Reynand. Eh? Kok jadi bibir si Ganteng?
“A-anu… gue, itu… emm….”
“Di sini aja dulu, sama gue.”
“Hah?”
Reynand terkekeh karena Vania bertingkah aneh bahkan sampai terkejut seperti itu, kemudian cewek itu menarik ujung roknya yang lagi-lagi tersingkap oleh angin. Vania bahkan sampai merapatkan kaki dan merasa kerepotan sendiri.
“Makanya jangan dipendekin, susah ‘kan jadinya,” kata Reynand sembari menaruh salah satu tangan besarnya di atas paha Vania. Niatnya memang membantu sang pacar, tapi gara-gara tindakan sok heroik itu, keduanya malah menegang seolah baru disengat oleh sesuatu yang tak terlihat.
Namun bukan Vania namanya kalau tidak menceletukkan sesuatu yang membuat Reynand geleng-geleng kepala.
“Kalau nggak dipendekin nanti lo nggak bisa bantu tutupin kayak gini lagi, hehe….”
Vania menunduk sembari melihat tangan kekar Reynand di atas kakinya. Ya ampun, bahkan sekarang seluruh tubuhnya terasa semakin panas.
“Iya kalau ada gue. Kalau pas nggak ada gue gimana? Gue nggak mungkin ada di samping lo selama duapuluh empat jam.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Karma (TAMAT)
Teen FictionThe wrong one will find you in a piece and leave you in a pieces. The right one will find you in a pieces and lead you to piece. 🎐Bagi Vania Athalita, bermain dengan perasaan adalah sesuatu yang menyenangkan. Di tengah kesepian yang kian menggerogo...