Page 20: I Want It More....

7.2K 1.2K 469
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

Sudah puluhan kali, Reynand memperingati Vania agar tidak membahayakan dirinya sendiri. Berkali-kali pula Reynand mengatakan kepada pacarnya bahwa ia serius dengan ucapannya. Mungkin Vania lupa, jika yang dipacarinya sekarang adalah laki-laki yang berbeda.

Reynand bukan seperti mantan-mantan Vania yang mewajarkan kehidupan bebas. Reynand terpaku kepada norma-norma dan moral yang ada di masyarakat. Reynand memang tidak akan mengekang Vania, tapi ia akan melarang jika hal itu berbahaya bagi Vania.

Vania mungkin belum menyadari, bahwa Reynand benar-benar peduli kepadanya. Cowok itu takut akan hal-hal buruk yang bisa mengintai Vania kapan saja. Gadis itu… terlalu mudah ditipu dunia. Jadi, untuk kali ini, Reynand akan memberi sedikit pelajaran agar Vania benar-benar jera dan menyesali perbuatannya. Lagipula… dia masih marah.

“Gue mencium bau-bau hubungan yang retak nih.” Zian mengendus-endus seperti kucing di sekitar meja Vania. Kelas masih belum dimulai, jadi beberapa siswa tetap berisik seperti biasa. “Hmm, baunya semakin kuat. Kayak aroma jomblo baru, hmm… aura-aura tercampakan semakin menguar di sini.”

“Apaan sih! Itu tuh bau badan lo sendiri, ‘kan elo yang jomblo dari lahir! Pasti baunya menyengat banget, busuksuksuksuk…!” seru Vania lalu melengos ke arah jendela.

“Nggak usah histeris begitu. Gue maklum kok, seuwu apapun hubungan, pasti oleng juga kalo udah terhantam badai dan ombak.” Zian menepuk puncak kepala Vania seolah ia adalah biksu suci yang sedang memberi petuah. “Yang sabar anak muda, setelah ada badai pasti ada badai yang lebih besar lagi. Jangan semangat, teruslah bersedih….”

“Diem! Suara lo bikin gue semakin frustrasi!!” sentak Vania menyingkirkan tangan Zian lalu menutup kedua telinga dengan tangan.

“Astagfirullah, kasian… mana masih muda.”

“Berisik! Sekali lagi lo ngoceh, gue tampol nih!”

Kali ini Zian benar-benar diam, tapi bukan karena Vania, melainkan kemunculan sang pemeran utama—Reynand. Ya, cowok itu baru masuk ke kelas setelah sengaja berlama-lama di luar.

Vania memasang wajah harap-harap cemas, dalam hati ingin Reynand duduk bersamanya lagi, tapi di sisi lain ia juga mengerti bahwa Reynand sedang marah kepadanya, dan benar saja… cowok itu melewati meja Vania dan memilih duduk di belakang sendirian.

“Lah, dilewatin gitu doang,” gumam Zian lalu menatap Vania prihatin. Sekali lagi, Zian menepuk kepala Vania dua kali. “Sabar, besok pasti ada masalah yang lebih berat lagi.”

Vania pun mendelik tajam kepada Zian. Cowok itu meringis tipis.

“Sabar, Van… orang sabar pasti kesel,” katanya lalu kembali ke mejanya sendiri. Dasar, Kodok Zuma.

***

Pada jam istirahat, Glenka tidak menemukan Vania di mana-mana. Glenka takut jika Vania akan melakukan hal konyol karena frustrasi dan galau. Hanya ada satu tempat yang belum Glenka sambangi, meski ia ragu jika Vania ada di sana.

Sweet Karma (TAMAT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang