Kematian. Adalah hal yang paling ditakuti banyak orang. Namun di saat bersamaan, kematian juga menjadi hal yang paling sering dilupakan oleh manusia. Di saat kita memiliki banyak rencana dan impian, terkadang waktu enggan memberi kesempatan. Ada kalanya waktu berhenti begitu saja, di saat asa sudah setinggi angkasa. Ada kalanya waktu tiba-tiba menghilang, ketika keinginan sudah hampir didapatkan.
Manusia dijanjikan kehidupan abadi setelah ia meninggalkan dunia. Hidup yang kekal tanpa perlu merasakan ditinggalkan dan meninggalkan. Jika beruntung, mungkin akan bertemu kembali dengan orang yang dicintai. Jika tidak.... Entahlah... tidak ada yang tahu ke mana perginya manusia setelah ia tiada. Hanya ada dua kemungkinan... berada di tempat terbaik, atau tempat terburuk.
Reynand Naratama percaya bahwa perjalanannya masih belum berakhir. Tempat yang kekal itu mungkin sudah di depan mata, tetapi ada beberapa hal yang menahan kedua kakinya untuk pergi ke tempat itu.
Ada suara... yang memanggilnya berkali-kali. Terkadang itu adalah sebuah teriakan, terkadang berubah menjadi gelak tawa, dan kemudian... sebuah tangisan pilu yang menggores lubuk hatinya.
Di saat Reynand mengejar sumber suara tersebut, ia hanya menemukan jalan berkabut. Reynand bimbang, apa ia harus mencarinya lagi... atau berhenti. Suara itu semakin menjauh dan terus menjauh, kian samar dan tak dapat lagi didengar....
Hingga sebuah kupu-kupu kecil berwarna putih menyala hinggap di tangannya. Kupu-kupu itu sangat terang, ia terlihat jinak dan begitu cantik mengagumkan. Namun, ketika Reynand ingin menyentuh dengan ujung jari, kupu-kupu itu malah menjauh pergi.
Reynand mengejarnya setengah berlari... mengikuti makhluk mungil itu menembus kabut pekat. Kali ini, Reynand tiba di sebuah hutan yang terlihat sangat indah... berbagai tumbuhan dan bunga yang tidak pernah dilihatnya di bumi ada di sana.
Tempat itu seperti dunia dongeng, Reynand sempat terpaku karena menikmati keindahannya. Kupu-kupu itu mendatanginya lagi, Reynand yang tadi hampir lupa pun kembali mengikutinya.
Kali ini Reynand tiba di sebuah pintu berwarna putih. Anehnya, tidak ada dinding di sana. Hanya hutan yang dipenuhi oleh tumbuhan asing yang menjalar di sekitar pintu tersebut.
Sampai akhirnya... suara samar itu pun terdengar lagi. Kupu-kupu putih tadi berterbangan mengelilingi tubuh Reynand, kemudian hinggap di gagang pintu seolah mengajak Reynand memasuki pintu tersebut. Reynand pun menyentuhnya, lantas membuka pintu itu dan....
Sebuah cahaya terang menyapa kedua matanya.
"Alhamdulillah... my bro kembaran gue akhirnya sadar juga."
Reynand mengerjap beberapa kali, menyesuaikan terang cahaya yang menyergap indera penglihatannya.
"Zi... gue, kecelakaan, 'kan...?"
"Njir, di mana-mana orang baru sadar tuh nanya aku siapa, aku di mana, apa yang terjadi? Ini malah dijawab sendiri. Bener-bener lu ye...," omel Zian kepada Reynand.
Cowok itu meringis merasakan sakit di kepalanya. "Berapa lama gue tidur?"
"Semalem doang. Ini hari Sabtu, tenang aja sekolah libur. Nggak usah mikirin matematika dulu. Eh, eh, mau ngapain lo?!" teriak Zian ketika Reynand ingin bangkit dari posisinya. Tentu saja Zian menahan sahabatnya agar tidak bergerak sedikit pun.
"Vania... di mana Vania...."
"Buset, baru juga sadar. Udah nyariin si Panpan aja lo. Lagian gue kira tadi lo bakal amnesia, ternyata enggak."
"Lo kebanyakan nonton sinetron nggak mutu," sahut Reynand yang memutuskan untuk berbaring lagi karena sekujur tubuhnya terasa berat dan kepalanya sangat sakit. "Mana hape gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Karma (TAMAT)
Novela JuvenilThe wrong one will find you in a piece and leave you in a pieces. The right one will find you in a pieces and lead you to piece. 🎐Bagi Vania Athalita, bermain dengan perasaan adalah sesuatu yang menyenangkan. Di tengah kesepian yang kian menggerogo...