Tanda tangan kehadiran dulu dan tekan ⭐ 👊
Jangan lupa inline comment utk meramaikan lapak kehaluan ini 👁️👄👁️
****Happy Reading****
“Aku tidak akan menceraikan kamu,” kata Marcellino. “Kamu harus memikirkan perasaan Vania. Dia akan hancur jika tau ini.”
“Memikirkan perasaan Vania katamu? Nggak salah kamu ngomong gitu? Kamu benar-benar hebat bermain drama, Mas. Seolah kamu yang paling tau dan peduli perasaan putrimu, padahal memikirkannya saja kamu tidak pernah!”
“Jangan sembarangan! Sebagai seorang ayah, aku pasti memikirkan kebahagiaan Vania. Harusnya kamu berkaca, meminta bercerai seperti ini bukan pilihan yang bijak sama sekali, kamu hanya akan menyakiti Vania.”
Hemira terkekeh lirih, terselip kekecewaan dan rasa sakit yang susah payah ia sembunyikan.
“Tidak bijak. Aku tidak bijak…. Begitu? Lalu siapa yang bijak, kamu?” tanya wanita berusia empat puluh tahun itu. “Apa menjodohkan Vania karena embel-embel harta adalah sikap yang bijak?”
“Oh, jadi kamu membawa itu sebagai alasan untuk bercerai? Menggelikan.” Marcellino mendengkus keras.
“Itu hanya salah satu. Mau kujabarkan lebih banyak lagi? Termasuk kamu yang tidak pernah mencintaiku?!”
“Diam! Kamu tidak dewasa sama sekali, Hemira. Kamu pikir usia pernikahan kita baru seumur jagung? Bagaimana bisa menjadi ibu yang baik kalau berkorban untuk anak saja tidak mau.”
“Aku sudah lelah berkorban!!!” Teriak Hemira lantas berdiri dan mendorong suaminya. “Aku capek menghabiskan delapan belas tahun sama kamu! Aku bosan, aku pusing melihat kamu yang nggak pernah berubah!” sentaknya dengan napas terengah. “Hati, hidup, pengorbanan… semua sudah kuberikan, tapi apa balasan kamu? Kamu malah berniat melempar putriku kepada para bajingan itu!”
Marcellino terdiam, sementara Hemira belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti mencecarnya. Semua yang telah ia pendam selama belasan tahun kini sudah membeludak dan meluap.
“Aku kurang sabar apa lagi, Mas…. Kamu pikir aku senang menjalani ini? Kamu pikir hanya kamu yang tersakiti? Iya, aku tau, dari awal kamu memang nggak pernah mencintaiku. Tapi aku percaya… aku masih memiliki harapan kalau kamu akan berubah setelah kehadiran Vania.” Suara Hemira tercekat. “Tapi ternyata aku salah. Kamu… nggak akan pernah bisa mencintaiku, bahkan memberi separuh hati kepada putrimu saja kamu tidak mau.”
“Aku menyayangi Vania!”
“Tapi kamu nggak mengerti dia! Dengar, Mas… aku masih bisa tahan kalau kamu mencampakkan aku atau menyakiti aku. Tapi kalau sudah menyangkut kebahagiaan dan masa depan anakku, aku nggak akan tinggal diam!”
Marcellino mencekal tangan Hemir, matanya berkilat-kilat marah. “Apa maksud kamu?!”
“Setelah kita bercerai, aku akan membawa Vania pergi,” kata Hemira tanpa ketakutan sedikit pun.
“Aku tidak akan membiarkan itu terjadi, aku juga tidak akan menceraikan kamu. Kalian berdua, tidak akan pergi ke mana-mana!”
“Kamu nggak bisa menghalangiku!”
“Bisa! Aku masih suami kamu!”
“Suami apa?! Kamu menyebut dirimu suami tapi kamu tidak pernah berperan selayaknya seorang suami! Bahkan… setelah belasan tahun menikah pun, kamu masih mencintai wanita itu!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Karma (TAMAT)
Teen FictionThe wrong one will find you in a piece and leave you in a pieces. The right one will find you in a pieces and lead you to piece. 🎐Bagi Vania Athalita, bermain dengan perasaan adalah sesuatu yang menyenangkan. Di tengah kesepian yang kian menggerogo...