6. Tak Percaya

8.4K 441 5
                                    

Taburkan bintang dulu;)

Slow update^^

Happy Reading🍭

🦁🦁🦁

Saat ini Devan sedang berusaha keras untuk membujuk sang adik agar tidak menceritakan kejadian tadi kepada Mommy dan Daddynya, bisa-bisa digantung beneran tuh si Jeno, adiknya Devan.

"Cil, jangan kasih tau Daddy sama Mommy dong. Maapin Abang soal yang tadi yaa, maapin Abang juga yang lupa jemput kamu." ujar Devan dengan wajah memelasnya.

Devan lupa bahwa sekarang adiknya berada diIndonesia dan bersekolah ditempat yang sama dengannya, karena dirinya tadi telat masuk sekolah, jadilah ia memutuskan untuk membolos bersama para sahabatnya dan melupakan Rara yang menunggunya. Emang dasar yaa

Rara menoleh sebentar, lalu matanya memfokuskan kembali ke kartun kesayangannya, tak lupa ditemani setoples keripik kentang yang juga kesukaannya.

"Sayang, ayo dong maapin Abang. Kamu nggak kasihan, ini perut abang sakit loh, kena tendangan musuh tadi." ucap Devan pura-pura memegang perutnya kesakitan.

"Salah abang sendiri! Ngapain main tendang-tendangan!" jawabnya sewot.

Sedangkan Devan menatap Rara tak percaya, biasanya jika sudah menyangkut kesehatannya, maka Rara akan langsung khawatir dan memberinya obat. Lah ini?

Fiks bocil PMS, batin Devan yakin.

"Kamu lagi PMS, Cil?" tanya Devan hati-hati.

"Gak tuh," jawabnya acuh.

Devan menghela nafas kasar, lalu berpikir kembali. Cara apalagi yang membuat mood adiknya kembali membaik? Dan seketika bibir Devan tersenyum cerah, ia berhasil menemukan solusinya.

"Maapin abang ya, nanti abang beliin lolipop sama coklat gimana?" ujarnya menatap Rara serius.

Rara mulai tertarik dengan tawaran Devan lalu menatap abangnya,"Bener? Nggak bohong kan?" ujarnya sedikit tak percaya.

Devan tersenyum manis, "Enggak sayang, plus abang beliin es krim kesukaan kamu, gimana?" ujarnya menyakinkan.

Rara mengetukkan jarinya didagu berpikir, lalu menatap Devan yang sedang menatapnya dengan wajah sedihnya. Rara sebenarnya tak tega melihat wajah sedih sang abang, tapi gimana yaa ia sebenarnya masih kesel aja. Tapi tak lama kemudian, ia pun menghembuskan nafas pelan lalu mengangguk setuju.

"Bener nih, Abang dimaapin?" ujar Devan memastikan.

"Iya Abang," jawab Rara tersenyum manis

Devan bersorak senang lalu memeluk Rara sembari mengelus surai lembutnya, "Terima kasih," gumamnya tepat ditelinga kiri Rara, lalu mengecup pelan pelipisnya.

"Sama-sama, jangan diulang lagi. Rara takut." ujarnya sembari melepas pelukan Devan.

Devan mengangguk, mulai saat ini ia harus benar-benar menjaga extra ketat Rara, apalagi setelah Rara mencari gara-gara dengan Vargas, yang pasti orang itu akan membalasnya kembali.

"Jadi nggak marah lagi nih?" goda Devan menoel-noel pipi Rara.

"Ihh Rara tuh nggak marah, cuma kesel aja. Tau gitu Rara tadi minta jemput sopir aja, daripada nungguin Abang. Lama!" ocehnya sedikit kesal mengingat kejadian tadi.

LEORA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang