38. Jangan Takut

3.3K 169 4
                                    

Jangan lupa vote dan komen^^

Bantuin promot juga yaa><

Happy Reading🍭

🦁🦁🦁

"Squadnya bu ketu udah dikabarin?" celetuk Arsa memecah keheningan di kursi tunggu itu.

"Gue udah ngabarin Nana, katanya mereka akan kesini." sahut Afla sembari memainkan ponselnya.

Kruyuk kruyuk

Suara perut yang berbunyi membuat mereka menatap seseorang yang kini sedang memegang perutnya.

"Apa?" tanya Jojon malas saat ia ditatap oleh sahabatnya.

"Itu cacing lo pada demo blo?" tanya Arsa tanpa dosanya.

"Nggak! Cacing gue lagi ngedugem!" jawab Jojon sebal.

"Kalian kalau laper ke kantin sana. Gue nggak papa disini jagain bocil." celetuk Devan membuat mereka menatapnya.

"Nggak bisa gitu dong, kalo kita makan berarti makan bareng, kalo jaga bu ketu yaa kita jaga semua." kata Afla tak terima.

"Fine! Kita mati satu mati semua." kata Devan jengah.

"Mending lo pada ngantin dulu biar gue, Devan, Leo, Agam disini." ujar Zayn menengahi perdebatan itu.

"Oke, kita pergi ngantin, tapi nanti gue sama yang lain bawain kalian makanan." kata Afla dibalas anggukan setuju oleh mereka.

Sepeninggal ketiga cowok itu, para remaja yang berada di kursi tunggu itu nampak diam tanpa berniat membuka pembicaraan.

Drrtt Drrtt

Suara getaran ponsel mengalihkan atensi Leo lalu dengan decakan malas ia mengangkatnya.

"Hm?"

"Maaf tuan, sekarang tuan harus ke kantor, karena ada klien yang ingin bertemu tuan untuk mengadakan kerja sama."

"Nggak! Cewek gue lagi sakit!" tolak Leo tegas.

"Tapi tuan, jika tuan membatalkan kerja sama ini, kita bisa kehilangan saham yang sangat besar."

"Gue nggak peduli! Kalau dia nggak mau lo yang gantiin batalin aja kerja sama itu! Ngerti!"

"Tapi tua---"

Tuutt!

Leo mematikan panggilan itu kesal, lalu dia mengacak rambutnya kasar.

"Tenangin diri lo!" celetuk Agam datar membuat Leo menoleh sekilas.

"Lo bener nggak mau nerima kerja sama itu, Le?" kata Zayn pelan.

"Nggak! Cewek gue lebih penting!" kata Leo dingin.

"Gue ke toilet sebentar." celetuk Devan pamit undur diri sedang para sahabatnya hanya mengangguk.

Devan membasuh wajahnya yang tampak lesu agar kembali segar, saat ini ia sangat mengkhawatirkan kondisi bocilnya. Apalagi jika orang tuanya tau, Devan tak bisa membayangkan bagaimana perasaan mereka terutama sang Mama.

Devan mengepalkan tangannya kuat,
"Arrgghhh.." teriaknya sembari memukul tembok yang berada disisinya.

"Gue nggak becus jadi Abang! Adek gue celaka gara-gara gue!" kata Devan mengacak rambutnya frustasi tanpa memperdulikan tanganya yang terluka.

"Mommy Daddy pasti kecewa sama gue," kata Devan lemah dengan bahu yang merosot ke lantai.

Drrtt Drrtt

LEORA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang