53. Jarak

2.3K 131 2
                                    

Malming yaa gaess? Dirumah ajalah, putus rantai penyebaran covid sembari baca wattpad ditemani secangkir kopi. Biar kuat begadangnya, wkwkwk


Budayakan Vote dan komen^^



Happy Reading🍭

🦁🦁🦁

Rara menghela nafasnya lelah, gadis itu suda merebahkan dirinya di queen sizenya, tapi mendengar notifikasi yang masuk mengurungkan niatnya untuk bocan. Bobok cantik. Tangan gadis itu meraba ponsel diatas nakas lalu melihat siapa yang mengirimkan pesan malam-malam begini.

+62 4325×××××××
|Putusin Leo/ kalian MATI!
|I'm serious.

Rara membekap mulutnya tak percaya, matanya melebar karena terkejut melihat pesan itu, dengan tangan gemetaran ia menghapus pesan itu cepat. Ingatkan dia tidak ingin membuat khawatir keluarganya. Rara menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya, takut. Gadis itu bergerak kesana-kemari gelisah, ia tidak bisa tidur sekarang. Ancaman itu? Siapa yang berani mengancamnya? Siapa lagi yang tidak suka dan tidak setuju hubungannya dengan Leo, pacarnya.


Bukannya terlelap Rara malah terbayang siapa kira-kira yang akan mati jika ia tak segera putus dengan Leo? Keluarganya atau sahabatnya atau siapa? Gadis itu uring-uringan sendiri, apakah ia harus memberitahukan keluarganya pasal ini, tapi jika keluarganya tau, maka pasti ia tak bisa hidup seperti sekarang. Bisa dipastikan hidupnya akan seperti dulu, Rara tidak mau harus pergi lagi, meninggalkan keluarga yang ia sayangi, dan teman-temannya.

"Rara takut Tuhan," gumam gadis itu dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Rara sayang Kak Singli, Rara nggak mau pisah sama Kak Singli, tapi Rara juga sayang mereka, Rara nggak mau mereka juga celaka. Hiks.."

Gadis itu menangis sesenggukan didalam selimutnya, lama Rara menangis hingga tak terdengar lagi suara tangisan gadis itu. Iya, Rara kelelahan menangis sampai ia tertidur sendiri. Rara berharap pesan itu hanyalah keisengan orang belaka. Dan cuma berniat hanya menakut-nakutinya.

"Semoga itu tidak akan pernah terjadi,"

🍭🍭🍭

Devan memperhatikan adiknya bingung, ada apa ini? Mata bengap, pipi yang merah bukan karena blushing, dan tubuh yang seperti tidak bertenaga. Ada apa sebenarnya, itulah yang ada dibenak Devan. Rara menarik kursi disebelah Abangnya lalu langsung mendudukinya tanpa berniat mengucapkan ucapan selamat pagi yang ceria seperti biasanya.

"Cil, kenapa?" celetuk Devan bingung.

Rara menggelen pelan, lalu menopang kepalanya dengan kedua tangannya diatas meja itu.

"Selamat pa---" saras yang melihat keadaan putrinya bingung, kenapa putrinya itu pagi-pagi sudah tak bersemangat.

"Kenapa sayang?" tanya Saras bingung, tangannya mengelus surai coklat putrinya pelan.

Rara mendongak lalu menggeleng pelan, "Gak papa."

Mata Devan memicing, kalo nggak papa pasti ada apa-apa. Bukankah begitu dalam kamus cewek?

LEORA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang