2

1K 121 5
                                    

Jimin sudah sampai di rumah sakit, dia segera pergi ke ruangannya untuk menyelesaikan laporan pemeriksaan pada seokjin. Setelah menyelesaikan pekerjaannya jimin duduk dan termenung, mengingat kembali baik-baik apa yang hoseok katakan padanya.

".......jangan lupa dengan janjimu. Kau akan menjenguk yoongi hari ini"

Jimin merasa terbebani dengan janji sialan tersebut. Tidak, bukan berarti jimin memiliki dendam atau semacamnya. Jimin terlalu sibuk berkutat dengan pekerjaannya di perusahaan juga di rumah sakit, tak hanya alasan materi, melainkan alasan untuk mengalihkan rasa sakit yang sudah dia pelihara cukup lama.

Dia sadar betul, jika kini dia hanya lari dari masalah, bukan menyelesaikannya.

Jimin tidak tuli untuk mendengar laporan - laporan tentang yoongi, sang istri yang kini tengah mengandung anaknya. Namun entah mengapa rasanya begitu berat untuk memulai untuk kembali menjadi jimin yang sebelumnya, menjadi seorang Park Jimin yang mencintai Min Yoongi.

Setelah merenung cukup lama, akhirnya jimin pun mengalah dengan egonya. Dia melangkah keluar ruangan untuk menepati janjinya pada hoseok. Ya setidak nya janji ini adalah hutang yang harus dia bayar lunas, sebatas itu saja dulu.

Hanya butuh 5 menit dirinya sampai di depan pintu ruang rawat yoongi. Jika ada yang bertanya kenapa yoongo dirawat, jawabannya adalah sejak kejadian 2 bulan lalu, yoongi memang harus mendapat perawatan khusus selama di masa kehamilannya hingga saatnya melahirkan.

Kondisi yoongi yang semakin memburuk benar-benar mengancam keselamatan ibu dan bayi, oleh karena itu hoseok bersikukuh agar yoongi tetap di rawat di rumah sakit.

Jimin mengintip dari pintu yang sedikit dia buka, melihat yoongi tengah duduk di ranjang pesakitan itu dengan infus yang masih terpasang serta selang oksigen di hidungnya. Tubuhnya masih saja kurus, jauh dari standar berat badan yang seharusnya ibu hamil capai, membuat jimin hancur seketika.

Kedua matanya berkaca-kaca, nafasnya terasa sesak. Jimin ingat betul terakhir kali dirinya bertemu yoongi, kira-kira itu dua bulan yang lalu.

Jimin terlalu sibuk, terlalu fokus memikirkan cara mengalihkan rasa sakitnya, tanpa mengingat ada yang lebih sakit di hadapannya sekarang.

" yoongi-ah...... "

Suaranya bergetar, kakinya melangkah gugup saat hendak mendekati ranjang yoongi. Jimin bisa melihat perut yoongi semakin besar, bersandar tak bertenaga.

Yoongi perlahan membuka matanya, dan melihat jimin yang sudah ada di hadapannya, membuatnya terkejut tak percaya.

" j-jimin? B-benarkah itu kau?"

Belum sempat jimin menjawab, yoongi perlahan mengangkat tangannya dan menampar pipinya.

" ah, ini pasti mimpi lagi. Iya kan? Kau tak mungkin mau menemuiku, jimin."

Jimin terkejut mendengarnya, dia berhenti, diam terpaku di tempat. Sekali lagi dirinya melihat yoongi menampar pipinya sendiri.

" bangun yoongi, jimin tidak disini.. "

" yoongi ini aku, ini nyata. Kau tidak sedang bermimpi sekarang..... "

Kedua mata sayu itu bergerak dan melihat jimin dengan teliti. Jimin melihat pipi yoongi yang mulai memerah akibat tamparan lemah yang dia lakukan tadi.

Cukup lama mereka saling bersitatap, hingga akhirnya setetes demi setetes air mata yoongi jatuh membasahi kedua pipinya. Suara isakan kecil pun mulai terdengar, jimin masih setia berdiri di tempatnya. Dia ingin melihat lebih banyak lagi reaksi yoongi saat pertama kali melihatnya lagi.

Random Married ( It's You )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang