10 (2)

1.1K 122 16
                                    

Sudah satu jam lebih namjoon bediri di depan mobilnya sambil mengamati jendela kamar seokjin yang tampak masih terang. Tentu saja, ini masih terlalu sore untuk tidur bukan?

Seperti biasa, namjoon akan menunggu disana, hingga lampu kamar itu mati, lalu diam-diam akan masuk menemani seokjin sampai subuh.

Namjoon kali ini merasa khawatir, tidak jelas karena apa. Dia hanya berdiri sambil menopang dagu, lalu sesekali menggigit jari-jarinya.
Hingga dia dikejutkan oleh suara di sampingnya.

" sedang apa kau disini ?"

Demi Tuhan !!

Namjoon bisa mati karena serangan jantung sekarang. Dia terlalu terkejut saat melihat wanita yang sedang dia tunggu-tunggu untuk tidur justru berdiri di sampingnya.

" s-se....s-seokjin ?"

Benar.
Seokjin di sampingnya berdiri sambil menatap datar padanya.
Namjoon sukses dibuat gemetar karena jantungnya berolah raga lebih giat dari biasanya, kedua matanya pun mulai berlinang, namjoon tak bisa mengeluarkan sepatah katapun.

Jauh,
Jauh berbeda saat dirinya di samping seokjin yang sedang tidur. Dia akan mengoceh banyak hal seolah-olah seokjin mendengarnya.

Karena pertanyaannya tak kunjung dijawab, seokjin melangkah menuju apartemennya, meninggalkan namjoon yang masih terpaku di tempatnya. Seokjin pun menyebrang jalan dan mulai menginjak satu anak tangga, tapi dia kembali menurunkan kakinya dan berbalik melihat namjoon.

" kau masih ingin disana ? tidak mau masuk ?"

Ajakan seokjin yang terdengar menggiurkan tapi sarat akan dendam  di dalamnya, membuat namjoon sedikit ragu untuk mengiyakan ajakannya.

Tapi pikiran dan hatinya tidak sejalan, ketika hatinya takut untuk melangkah namun pikirannya dengan berani melangkahkan kaki nya untuk ikut seokjin ke dalam apartemen.

Seokjin masuk duluan ke apartemennya, diikuti namjoon dari belakang. Tak ada lagi kata-kata yang terdengar, seokjin memilih ke dapur untuk minum air putih dan tak menawari namjoon sama sekali.

" a-aku......s-se....s-seokjin....."

Seokjin membuang wajah dan berjalan menuju ranjangnya sambil membawa gelas berisi air, dia harus minum obat.
Namjoon pun mengikutinya, hingga berhenti tepat di depan jendela yang masih terbuka. Melihat itu namjoon segera menutup nya.

Tapi, pas jendelanya ditutup, seokjin mematikan lampu kamar. Hingga kondisi apartemen hanya mengandalkan sinar bulan. Namjoon pun semakin takut dan khawatir, rasanya ingin saja dia melompat dari jendela karena situasi yang benar-benar ambigu ini.

Tapi melihat seokjin sedang merapikan ranjangnya, namjoon hanya berdiri diam dan memperhatikan.

" i-izinkan aku menginap ya..."

Namjoon memberanikan diri. Kini dia harus memanfaatkan kesempatan emas ini, apapun yang akan terjadi, jikalau seokjin akan membunuhnya pun itu tidak masalah. Yang jelas, ini adalah kesempatannya.

Sayang, seokjin tidak menggubris apapun, justru dia berjalan lagi ke dapur. Namjoon mengerti betul, seokjin sangat membencinya bukan ?wajar seokjin bersikap seperti itu padanya.

" aku akan tidur di sofa," ucap namjoon lagi saat seokjin kembali.

" tidur saja disini."

Jawaban seokjin yang cepat, ringan tanpa beban, dan membingungkan namjoon.

" k- kenapa ?"

Pertanyaan namjoon tak dijawab lagi, justru seokjin pergi lagi ke dapur, dan berjalan lagi ke ruang tv.

Random Married ( It's You )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang