Part 09.

32 3 0
                                    

Alfan menatap ke sebuah butik, di mana ia akan mengajak Tina mencari gaun untuk acara nanti malam. Sedangkan Tina hanya menunggu di samping bosnya, matanya memerhatikan keadaan luar yang cukup ramai orang. Posisi mereka sedang berada di dalam mobil, tepatnya taksi yang Alfan pesan sejak tadi pagi.

"Pak. Sebenarnya Bapak ini lagi apa? Kita jadi ke mana?" tanya Tina terdengar tak sabar, merasa bosan saja menunggu bosnya diam di tempatnya.

"Iya sudah ayo keluar, kita cari baju kamu di butik itu." Alfan menjawab santai seolah tak memiliki dosa sudah membuat Tina menunggu, sedangkan Tina hanya bisa tersenyum hambar melihat ke arah bosnya yang sudah keluar dari taksi.

"Sabar, Na. Sabar!" Tina menyugestikan kan kata itu di hatinya yang hampir terbakar oleh amarah. Dengan perasaan yang masih kesal, Tina keluar dari taksi, menyusul bosnya yang sedang menunggunya.

"Ayo kita ke sana, cari gaun yang pas buat kamu." Alfan melangkahkan kakinya setelah Tina berada di belakangnya.

Kini keduanya masuk ke dalam sebuah butik, di sana banyak pakaian dan barang-barang khas wanita seperti sepatu dan tas. Alfan yang tidak tahu apa-apa mengenai gaya perempuan, langsung memanggil pemilik dari butik tersebut.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya seorang wanita ke arah Alfan.

"Tolong carikan wanita ini gaun yang masih sopan, tidak terlalu terbuka, tapi pantas dipakai. Usahakan jangan warna putih apalagi pink."

"Baik, Tuan. Mari ikut saya, Nona!" Wanita itu mengarahkan Tina ke arah dalam, sedangkan Tina justru terdiam dengan jawaban bosnya, merasa aneh saja kenapa lelaki itu melarang pemilik butik untuk memberinya gaun putih atau pink, seolah dia tahu bila Tina memang tidak menyukainya.

"Iya." Tina menjawab singkat lalu ikut dengan wanita itu, namun matanya terus tertuju ke arah Alfan yang tampak melihat-lihat sekitarnya. Entah kenapa Tina merasa bila bosnya itu seperti seseorang yang sudah dikenalnya lama, seperti tempat yang sempat membuatnya nyaman.

"Aku memikirkan apa sih?" Tina menepuk kepalanya, merasa heran dengan pemikirannya yang bisa-bisanya berpikir tentang bosnya itu.

"Di sini kami menyediakan banyak gaun dengan berbagai ukuran dan model. Anda mau gaun pendek atau panjang?" tanya wanita itu ke arah Tina yang tampak berpikir, bila panjang mungkin akan menyulitkannya untuk berjalan, itu lah mengapa Tina berpikir untuk memilih gaun pendek.

"Pendek, tidak terlalu banyak hiasan, simpel, dan yang pasti warna gelap."

"Baiklah. Untuk wanita secantik Anda, mungkin saya akan memilihkan ini. Gaun berwarna hitam, polos, tanpa lengan, elegan untuk Anda kenakan. Bagaimana?" Wanita itu memberikan Tina sebuah gaun yang ingin sekali Tina kenakan, merasa cocok saja dengan gaun itu padahal baru pertama kali melihatnya.

"Apa saya boleh mencobanya?"

"Tentu saja. Tempat gantinya di sana," jawab wanita itu sembari tersenyum sopan saat menunjuk ke arah ruang ganti.

"Iya, terima kasih."

Di sisi lainnya, Alfan berbalas pesan dengan sekretarisnya di kantor, ia ingin tahu bagaimana keadaan di sana selama ditinggalnya. Untungnya sekretarisnya itu bisa diandalkan, dia menyortir pekerjaan para karyawan sama seperti yang Alfan lakukan.

"Pak," panggil Tina dari arah depan, membuat Alfan yang tadinya fokus ke ponselnya itu menoleh, menatap Tina dengan mata tenangnya.

"Bagaimana penampilan saya?" tanyanya yang sempat membuat Alfan ingin mendelikkan mata, meski pada akhirnya ia berhasil menguasai keterkejutannya.

"Lumayan bagus, kamu mau yang itu?"

"Iya, Pak." Tina mengangguk antusias, bibirnya tersenyum bahagia terlebih lagi saat melihat penampilannya tadi di kaca.

Pura-pura Jadi Calon Istri Bos (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang