Diandra mengepalkan tangannya, matanya menyorot tak terima ke arah Tina, hatinya memanas hanya dengan membayangkan wanita itu akan menjadi istri Alfan.
Alfan adalah lelaki yang sudah Diandra cintai sejak kecil, saking cintanya ia sampai mengajukan diri menjadi istrinya dalam jalan perjodohan, namun Alfan menolak dengan alasan bila dia hanya menganggapnya sebagai adik.Diandra tidak bisa terima, ia pikir Alfan menyukainya selama ini, karena lelaki itu tidak pernah terlihat dekat dengan wanita lain selain dirinya. Namun sekarang, Diandra harus melihat Alfan bersama dengan calon istrinya, di mana wanita itu adalah anak kandung dari Mama tirinya. Itu berarti wanita yang sudah merebut Alfan adalah saudara tirinya, Diandra benar-benar kecewa, matanya menangis penuh luka.
"Apa? Kak Alfan enggak boleh nikah sama dia! Aku yang mencintai Kak Alfan selama ini, tapi kenapa malah wanita ini yang menjadi calon istri Kakak? KENAPA?" Diandra berteriak marah, membuat semua orang bertanya-tanya dengan maksud dari ucapannya.
Ya, tentu saja pikiran semua orang dibuat penasaran, sedangkan yang mereka tahu Diandra akan bertunangan dengan seorang pria, lalu apa yang sedang Diandra coba katakan.
"Berhenti membicarakan perasaanmu, Diandra. Aku muak mendengarnya, apalagi kamu juga akan menikah, jadi berhenti menuntut apapun dariku. Karena aku juga akan menikah dengan Tina dan aku bahagia bersamanya, aku harap kamu juga akan seperti itu dengan pilihanmu sekarang." Alfan merangkul pundak Tina, ia merasa tidak bisa berlama-lama di sana, terlebih lagi saat melihat Tina terus menangis saat menatap Ratna.
"Enggak. Aku enggak akan bisa bahagia melihat Kak Alfan menikah dengan wanita lain, aku juga bertunangan bukan karena kemauanku, aku terpaksa melakukan ini." Diandra menjawab marah, matanya menangis seolah sudah tidak peduli lagi dengan hubungan antara Mama tirinya dan Tina, karena yang ia pedulikan sekarang cuma satu, Alfan tidak boleh dimiliki siapapun.
"Aku enggak peduli," jawab Alfan tegas sembari merangkul tubuh Tina untuk segera pergi dari sana. Tentu saja hal itu tidak bisa Diandra terima, dengan cepat ia menarik rambut Tina untuk menahannya tetap di sana.
"WANITA MURAHAN, BISA-BISANYA KAMU MENGGODA KAK ALFAN?" teriak Diandra marah, sedangkan Tina langsung terjatuh di lantai, air matanya terus mengalir tanpa mau peduli dengan apa yang sudah Diandra lakukan. Cuma satu yang ada di pikirannya sekarang, kenapa mamanya begitu tega meninggalkannya dan membuat papanya menderita, sedangkan hidupnya sendiri penuh dengan kemewahan dan kebahagiaan. Memikirkan itu seperti tidak bisa membuat Tina mengerti apapun itu alasannya, ia juga ingin bahagia, ia juga mau membahagiakan papanya namun kenyataan selalu mengatakan sebaliknya.
"DIANDRA," sentak Alfan geram sembari mendorong tubuh wanita itu ke arah tunangannya, saking marahnya Alfan melihat Tina diperlakukan buruk olehnya.
"Jaga tindakan kamu atau aku akan membunuhmu," ujar Alfan menunjuk ke arah Diandra yang terdiam, merasa tak percaya dengan ucapan Alfan yang mengerikan, belum lagi tatapan tajamnya seolah mengartikan bila dia sedang berada diambang batas kemarahan total.
"Kak Alfan," gumam Diandra tak percaya, bagaimana mungkin lelaki yang selalu bisa menghiburnya itu berbicara hal mengerikan.
"Ayo pergi dari sini." Alfan membantu Tina untuk bangun lalu berjalan keluar tanpa mau memedulikan tatapan semua orang, karena yang lebih penting sekarang adalah Tina, wanita itu harus segera ditenangkan, meskipun Alfan sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi pada Tina selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pura-pura Jadi Calon Istri Bos (TAMAT)
RomanceMenurut Tina, memiliki bos seperti Alfan itu menyebalkan. Sifat dan kepribadiannya yang aneh, sering kali membuat Tina ingin menyerah meski pada akhirnya ia tetap tidak bisa. Banyak hal yang mengharuskannya tetap bertahan, termasuk keinginannya untu...