Part 15
"Bapak serius?"
Pertanyaan itu lah yang keluar dari bibir Tina, ekspresi wajahnya tampak tak ingin percaya dengan pendengarannya sendiri. Bukan tanpa alasan Tina merasa seperti itu, karena setahunya, Alfan pernah didatangi keponakannya, namun bosnya itu langsung mengusir dan menyuruh mereka untuk segera pulang. Saat itu Alfan beralasan bila dia tidak bisa berkonsentrasi bekerja, padahal keponakannya itu datang untuk mampir sebentar.
"Iya, serius." Alfan mengangguk lalu tersenyum ke arah Ella dan menghampirinya.
"Nama kamu siapa?"
"Ella, Om." Gadis itu menjawab polos sembari tersenyum ke arah Alfan yang sudah menjajarkan tubuhnya dengan tingginya.
"Mau ikut ke kantor Om enggak?"
"Sama Kak Tina ya, Om?"
"Iya dong, kan Kak Tina kerja di sana juga."
"Mau, Om." Ella menjawab antusias yang disenyumi oleh Alfan, tanpa menyadari bagaimana Tina masih tampak asing dengan sikap bosnya yang tidak biasa itu.
"Tapi sebelum itu kita ke mini market itu ya, kita beli es krim, permen, sama camilan juga yang banyak buat kita makan nanti. Bagaimana? Kamu mau enggak?" tawar Alfan yang tentu saja langsung Ella angguki.
"Mau, Om. Tapi Om yang traktir ya?"
"Oke. Ya sudah ayo kita belanja dulu," ajak Alfan sembari mendirikan tubuhnya lalu menggandeng lengan Ella tanpa mau memedulikan bagaimana Tina menilai sikap anehnya, meski pada akhirnya yang Tina lakukan hanya melihat dan mengikuti mereka pergi.
Selama di mini market, Alfan dengan sabar menawarkan camilan ke Ella, yang mungkin tak sepenuhnua Ella sukai, tak jarang pula Alfan membuat gadis kecil itu tersenyum. Sedangkan Tina yang melihatnya hanya berdiri dan menunggu, di dalam hati ia merasa bila sikap bosnya sangat jauh berbeda dari biasanya.
Lelaki yang terbiasa tenang dengan kalimat-kalimat tegas dan menyebalkannya itu ternyata bisa bersikap lembut dengan anak-anak, rasanya memang cukup aneh untuk Tina yang baru mengetahuinya sekarang. Namun entah bagaimana, diam-diam Tina tersenyum sekaligus kagum melihat bosnya bisa akrab dengan adiknya.
Setelah selesai membeli banyak makanan, kini ketiganya masuk ke dalam mobil, Alfan masih tampak bersenang-senang dengan Ella, mereka bahkan seperti tidak menganggap Tina ada di sana.
"Bapak kenapa baik sama Ella?" tanya Tina pada akhirnya, hatinya terus bertanya-tanya dengan sikap bosnya yang berbeda. Alfan yang terus mengajak Ella bermain itu menoleh, menatap tanya ke arah Tina.
"Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Alfan bertanya heran, merasa tak mengerti saja dengan Tina, seolah sikapnya ada yang salah.
"Ya karena sebelum ini Bapak pernah mengusir keponakan Bapak sendiri, jadi saya merasa heran kenapa Bapak bisa baik dengan Ella? Dia kan bukan siapa-siapanya Bapak." Tina bertanya heran, namun Alfan justru terdiam memikirkan jawabannya.
"Ya karena keponakan saya itu semuanya laki-laki, mereka itu nakal, jail, suka ganggu saya. Jadi saya kurang suka, makanya dulu saya usir mereka meskipun cuma mampir sebentar ke kantor saya." Alfan menjawab jujur, sedangkan Tina hanya mengangguk-angguk mengerti.
"Jadi Bapak lebih suka sama anak perempuan?"
"Iya, kecuali adik saya ya. Meskipun dia sama-sama perempuan dan sudah dewasa, tapi sikapnya masih kekanak-kanakan, saya kurang menyukai dia."
Mendengar itu, Tina hanya mengangguk mengerti, diam-diam ia tersenyum mendengar jawaban bosnya itu. Sekarang Tina justru berpikir bila mungkin tidak sepenuhnya sikap Alfan buruk, meskipun sedikit sikap baiknya, setidaknya bosnya itu masih memiliki sikap kelembutan pada anak-anak terutama perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pura-pura Jadi Calon Istri Bos (TAMAT)
RomanceMenurut Tina, memiliki bos seperti Alfan itu menyebalkan. Sifat dan kepribadiannya yang aneh, sering kali membuat Tina ingin menyerah meski pada akhirnya ia tetap tidak bisa. Banyak hal yang mengharuskannya tetap bertahan, termasuk keinginannya untu...