8 : Pingsan

2.8K 134 10
                                    

08 : Pingsan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

08 : Pingsan.

Kasi tau kalo ada TYPO.

Senin pagi cukup panas sekali tumben sih biasanya pagi hari selalu diawali hujan yang cukup deras tapi kali ini pukul delapan pagi saja matahari cukup kuat untuk membakar kulit seakan-akan semuanya memang pantas diperlihatkan untuk anak-anak yang malas berjemur padahal vitamin D penting bagi tulang, beberapa siswa banyak yang mengeluh karna upacara belum juga selesai tapu badan sudah pegal dengan tangan diangkat satu untuk menghormati sangsaka bendera merah putih dan sekarang harus bersikap tegap lebih lama sebari mendengarkan amanat pembina upacara yang panjangnya mengalahkan Nazwa Shihab bila berdebat, andai saja yang menjadi pembina adalah guru muda yang menjadi idaman seantero menara mungkin mereka tak akan mengeluh seperti ini, tapi kalo sebaliknya kita bisa apa?

Moza kembali kerutinitasnya setiap upacara mungkin jika biasanya waktu upacara menjadi bagian obade sekarang Moza turun lapangan dan berbaris di paling belakang memperhatikan para murid yang tak fokus di upacara.

Jas OSIS berwarna beda Biru Dongker ini melekat pas di tubuh Moza, sudah jadi kebiasaan para OSIS menggunakan jas khususnya saat acara tertentu saja, salah satunya saat upacara.

Moza tak sendiri ia berdiri di hapit oleh kedua laki-laki yang mempunyai jabatan tak kalah penting sepertinya, ada Agra dan Fatih yang berdiri di samping kanan dan kirinya.

"Heh itu yang pake Bando ijo jangan ngobrol!" Tegur Moza saat melihat adik kelasnya.

Cewe berbando ijo itu malah menatap sinis pada Moza, "Serah gue hidup-hidup gue!"

"Yaudah mati aja sana hidup lo gak berguna kalo cuma dipake tebar pesona" gumamnya.

Moza berjalan kearah barisan kelas sepuluh yang lebih hening, anak-anak kelas sebelas lebih rusuh melebihi anak-anak murid tingkat akhir seperti Moza.

Moza berjalan dengan berat entah kenapa badannya serasa tidak seperti biasanya, keringat dingin sedikit percucuran di pelipisnya. Moza menepis pemikirannya ia kembali melangkah menuju tujuannya, "Ngaco si Moza mana mungkin sakit ada-ada aja" ucap Moza pada dirinya sendiri sebari menggelengkan kepalanya.

Tapi ucapannya tak sepadan dengan keadaannya saat ini, matanya menguning perlihatannya mulai mengabur ia ambruk, Moza pingsan.

Adit yang dari tapi melihat gelagat aneh pada Moza terus menatap anak itu, sampai akhirnya matanya membulat besar anak gadis yang di perhatikannya pingsan dengan keadaan wajah yang pucat pasi.

Adit berlari kearah Moza tak peduli dengan hukumannya yang berdiri di paling depan karna terlambat, tak peduli tatapan anak-anak yang terkejut, Moza adalah prioritasnya, mantan terindahnya adalah tujuan utamanya.

Adit terlambat ia memberhentikan langkahnya saat Agra datang terlebih dahulu dan membawa moza dalam dekapannya, ia membuang nafasnya kasar lalu menyusul Mozanya ke UKS.

Salah Mantan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang