46 : Teringat dengan sebab

1.4K 86 0
                                    

Happy reading

46 : 2 orang Asing

Moza telah menyiapkan beberapa buku yang akan di bawanya, karna hari ini sudah mulai melaksanakan ujian akhir atau disebut ujian nasional, Moza hanya membawa buku catatan tentang prediksi soal dan alat tulis saja, tidak menggunakan tas gendong seperti biasanya hanya menggenakan tote bag yang simple dan di gantungkan di depan motornya.

Moza memakai terlebih dahulu helm cokelat yang dibelinya baru-baru ini lalu mulai menjalankan motornya, "Moza pamit Bunda, assalamualaikum." Moza berteriak sambil menyalakan klaksonnya lalu menggas motornya menghiraukan Agra yang sempat melihatnya.

Moza melihat namanya di papan Mading, dia masuk ruangan 5 yang kebetulannya lagi satu ruangan dengan Agra dan Devan. Sial sekali kenapa harus satu ruangan dengan orang itu segala sih. Belum lagi ruangan 5 itu letaknya di kelas 10 IPA 2 beuh makin lama lagi dia harus berjalan dari arah mading menuju kelas IPA 2.

Sampai di ruangan dia mencari tempat duduknya dan sialnya bersebrangan dengan Agra, Agra hanya menatap Moza sekilas lalu mulai membaca materi-materi sebelumnya. Di belakang ada Devan yang berusaha mengajak bicara Moza namun diabaikan olehnya sampai akhirnya Devan memilih diam dan fokus pada ponselnya bermain game, Moza mengambil earphone dari balik sakunya lalu mulai menyalakan lagu tapi sial lagu terputar di judul memandangmu lagu Ikke Nurjanah yang di cover oleh arviandwi, lagunya memang terasa enak dengan ketukan nada yang sesuai tapi sial kenapa lagu yang dulu dia favoritkan bersama Agra yang harus terputar. Moza menatap Agra diam-diam lalu memejamkan matanya meraksakan tiap lirik yang seakan nyata di depannya, Moza tidak jadi membuka buku catatannya ia terhanyut dalam alunanan lagu sampai tak sedar menyanyikan beberapa bait lagu.

"Bulan bawa bintang menari iringi langkahku..."

"Malam hadir bawa diriku berjumpa denganmu..."

Moza mengetuk-ngetukkan kakinya lalu mulai membenamkan wajahnya diantara tumpuan tangannya diatas Moza, Agra menoleh saat tak sengaja mendengar lirik yang dinyanyikan oleh Moza, ia tau lagu itu sangat-sangat tau betul karna memang itu adalah lagu legend dalam hubungannya dengan Moza. Tanpa sadar bibirnya sedikit terangkat ikut menyanyikan lagu yang Moza nyanyikan sampai akhirnya ikut berhenti saat Moza tiduran diatas bangku dan menutup bukunya.

Agra menggelengkan kepalanya, "Bego." umpatnya pada dirinya sendiri, bagaimana bisa ia merasa senang saat Moza mendengarkan lagu favoritnya, seharusnya ia merasa risih bukan malah kegirangan seperti ini.

Agra berdiri berusaha menghilangkan perasaannya, ia berjalan menuju ruangan 6 yang letaknya ada di samping untuk menemui Shiren.

Tapi saat sudah berada di hadapan Shiren, detak jantungnya malah terbilang normal seperti biasanya berbeda dengan kala-kala ia berada di radius dekat Moza selalu saja berdetak cepat, apalagi jika ada hal sederhana dari Moza entah membaca buku atau mendengarkan musik lewat earphone selalu saja bisa membuat Agra teralihkan perhatiannya. Tapi saat melihat Shiren membaca buku tampak serius, kenapa rasanya seperti hambar?

Agra menghela nafa lalu menghampiri Fatih yang sedang menghafal beberapa rumus, "Kenapa muka lo?" Fatih bertanya dan hanya mendapat gelengan dari Agra, Fatih tak menghiraukannya ia malah kembali fokus pada hafalannya.

***

Moza merapihkan bukunya lalu menjinjing tote bag nya, ia menjadi bagian terakhir yang keluar dari dalam kelas bukan apa-apa hanya saja Moza paling malas berdesak-desakan seperti orang kebanyakan. Moza menggenakan terlebih dahulu cardigannya lalu mengambil helm yang ia simpan di bawah bangku, Moza sengaja selalu membawa helm kedalam kelas soalnya jika dsimpan di perkirakan selalu saja ada korban helm rusak atau hilang Moza hanya jaga-jaga saja takut helm punya dia hilang, apalagi halrga satu buah helm terbilang cukup mahal.

Salah Mantan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang