49 : Kamu salah ambil lawan

2K 104 2
                                    

Happy reading

48 : Sisi lain Devan

Kejora menatap Shiren dengan malang, dia menepuk bahu Shiren beberapa kali. "Mau gue atau Moza lo tetep salah nyari lawan, kalo lo udah tau sekolah lama lo milik keluarga gue maka sekolah ini adalah milik keluarga Moza tanpa Moza tau. Lo tetep salah nyari lawan Shiren." Shiren menghempaskan tangan Kejora dari bahunya.

"Gue gak salah nyari lawan, dan gue tetep bakal berada di posisi paling tinggi!" Keukeuh Shiren.

Kejora terkekeh ringan, jika boleh tau sebenernya otak Shiren ini terbuat dari apa sampai bisa keras kepala seperti itu. Bagi Kejora, Shiren itu hanya debu kecil tak terlihat yang sekali bersih langsung beres, mau Shiren bermimpi seberapa lama apapun Shiren akan kalah dengan Moza. Kejora saja bisa menilai Moza itu punya daya tarik tersendiri yang memang terkesan natural dan mudah membuat orang-orang nyaman dengan sikapnya yang terbuka, Moza juga berniat memperbanyak teman bukan karna ingin mempunyai popularitas yang tinggi tapi murni karna menambah teman.

Sedangkan Shiren? Dari awal cara bicara dan tingkah lakunya yang dibuat-buat saja semua orang bisa menilai bahwa Shiren tidak pernah bisa mempunyai hati yang tulus, Shiren terlalu dibutakan dengan pujian sampai dia lupa diatas langit masih ada banyak langit-langit lainnya.

"Berhenti sampai sini atau lo sendiri yang akan menyesal." Kejora mengucapkan kalimat terakhirnya lalu keluar dari bilik toilet, tujuan terakhirnya hari ini adalah wana menemui Dirlan, kekasihnya.

"Gue gak peduli." Shiren berteriak sambil menghentakkan kakinya, ia hendak keluar dari bilik toilet tapi seseorang menahannya lalu membenturkannya dengan keras ke dinding toilet, lagi-lagi punggungnya terasa sakit akibat berbenturan dengan tembok. Ah ia lupa disini masih ada Devan yang menyaksikan kejadian semuanya, lelaki bermata indah itu kini menatap manik Shiren sangat tajam ia memegang pergelangan tangan Shiren yang kanan cukup keras, beberapakali Shiren merintih kesakitan berusaha melepaskannya cengkraman Devan tapi lelaki itu cukup kuat memegangnya.

Devan maju beberapa langkah mengikis jarak dari Shiren, "Gue gak sebaik itu sampe biarin orang kaya lo hidup tenang, tinggal pilih mundur sendiri atau gue paksa mundur sampai mati."

"L-lo bukan siapa-siapa yang berhak ngatur gue anj- awshh sakit Devan!" Devan semakin menekan pergelangan tangan Shiren hingga memerah merapat ke dinding tembok, Devan hendak memelintirnya tapi ia urungkan karna dia tau lawannya ini perempuan.

Andai Shiren tau seperti apa Devan sebenarnya, dan andai Moza dan teman-temannya melihat Devan sekarang tentu saja mereka kaget, Devan yang dulu kembali karna emosinya terpancing, Devan yang dulu kembali karna orang tersayangnya diusik.

Tidak ada raut Devan yang sering di perlihatkan pada orang-orang, tidak ada Devan yang sering bercanda dengan muka konyolnya. Hanya ada Devan dengan raut yang tegas di dapan Shiren kini.

Dan selamat, Shiren kamu masuk kedalam orang-orang tertentu---- yang tidak beruntung.

"Beberapa taun lalu gue pernah bikin orang cacat mental sampe bulak balik psikiater, kalo lo masih berulah, dengan senang hati dengan tangan gue sendiri gue bakal kasih hadiah menarik buat lo."

"Apa yang di kasih Kejora cuma pemanis sebelum gue mulai."

Devan melepas kasar cengkraman di tangan Shiren yang kian sudah mulai lecet lalu berjalan pergi begitu saja meninggalkan Shiren sendirian di bilik toilet.

Brak

Pintu ditutup dengan kencang oleh lelaki itu, Shiren menutup matanya ketakutan badannya bergetar beberapa kali, "M-mommy." Shiren bergumam.

Salah Mantan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang