Happy reading!
10 : Barengan.
Moza berdiri di depan gerbang sambil menggerutu kesal, Johan menyebalkan dia harus membuat Moza berdiri lebih dari tiga puluh menit menunggunya yang akan menjemputnya.
Jika saja sudah sampai sudah Moza pastikan akan mengacak-acak muka sok gantengnya itu bisa-bisanya ia lama untuk menjemputnya, Moza itu tidak suka menunggu tanpa kepastian! Mana di telpon gak aktif lagi benar-benar satu-satunya kakak yang menyebalkan dan tak bertanggung jawab di dunia ini.
"Nyebelin banget sih! Mana ngaret lagi tuh si Jihan gue kan pengen mandi udah gerah!" Gerutunya sambil sesekali mengecek jam di pergelangan tangannya.
Tin tin
Agra memberhentikan motornya tepat di depan Moza, "Bareng sama gue!" Ucapnya.
Moza menggelengkan kepalanya tak mau, ia berjalan sedikit kedepan menghindari Agra.
"Bang Jojo mogok, dia nyuruh gue pulang bareng sama lo udah ayo cepetan naik!" Ucap Agra
"Nggak! Lo bau keringet gue gak suka!" Ucap Moza yang setelahnya memalingkan muka kedepan sesekali mencari angkutan umum semoga saja ada.
Agra menggelengkan kepalanya heran padahal di luar sana banyak orang yang mengantri pulang bareng dengannya dan menyukai keringatnya serta kulit eksotisnya, tapi Moza? Anak itu sama saja dari dulu memang selalu begitu. Ia tidak suka lelaki berkeringat apalagi bau badan dia menyukai lelaki bersih dan wangi Moza lebih memilih yang penampilannya urakan tapi bersih di banding yang rapih tapi bau!
Padahal jika Moza ingat Agra mempunyai harum Khas dari badannya sendiri yang cukup menenangkan, Agra satu manusia yang paling nyaman untuk diajak berpelukan selain badan yang bersih dan sempurna harumnya sangat enak tercium.
"Lo sendiri keringetan, sama-sama bau! Udah ayo keburu ujan!" Ucapnya lagi.
Moza berfikir sejenak mungkin daripada iya menunggu Johan yang belum tentu datang di tambah lagi kendaraan yang akan sulit ia dapatkan apalagi sudah menjelang Maghrib seperti ini pasti akan susah, "Cepetan, atau lo mau gue tinggalin disini?!" Ucap Agra kembali yang sudah mulai kesal dengan Moza.
"Iya-iya gue bareng lo, bawel amat!" Moza menghembuskan nafasnya kasar.
Moza naik keatas motor CBR warna merah itu cukup mudah karna dirinya yang menggunakan baju olahraga, ia duduk sambil memegang pundak Agra tak nyaman, Agra mengerti lalu memindahkan tangan Moza ke perutnya meski Moza hendak melepaskan tapi gerakannya kalah cepat dengan Agra yang menahannya.
"Gausah baper, gue gak mau bawa anak orang sampe celaka!" Ucap Agra kemudian mulai menjalankan motornya membelah jalan.
"Bukan gitu, elo bau gra masalahnya" ucap Moza sedikit teriak.
"Sembarang kalo ngomong" kesal Agra.
Moza tersenyum dia hanya becanda soal bau badan Agra yang berkeringat karna nyatanya si laki-laki yang sedang mengenakan baju basket kebanggaan sekolah ini selalu mempunyai harum khas yang membuat Moza selalu nyaman, Moza memang tidak bisa move on dari Agra dan ia akan membuat Agra mencintainya kembali, seperti yang ia katakan tadi di lapangan!
Semarah-marahnya Moza pada Agra tidak akan pernah bisa lebih dari satu hari, percayalah kelemahannya adalah Agra. Hanya Agra!
Moza terlalu banyak tersenyum di sepanjang jalan dan itu cukup membuat Agra bergidik ngeri melihatnya di kaca spion belum lagi tangan Moza yang malah mengerat di bawah sana, Moza ini benar-benar selalu saja ngelunjak! Pikir Agra
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Mantan (End)
Teen Fiction"Brengsek lo gra!" Geram Moza "Za maaf" Semuanya selalu bermula dari mantan. Pahit, manis, senang, susah, selalu terjadi karna mantan. Lantas hubungan yang sudah kandas ini apa masih pantas di pertahankan?