Happy reading
"Brengsek lo Gra!"
"Za maaf"
36 : Diterima atau tidak?
Moza duduk dikantin ditemani oleh Fatih dan Devan kedua lelaki itu masih diam belum menceritakan secara rinci apa yang seminggu ini terjadi. Moza menatap tajam ke deretan tempat duduk jauh di depannya. Ada Shiren dan Agra yang masih asik berbicara sambil makan siang bersama.
"Kenapa bisa jadian?" Tanya Moza.
"Gak tau tiba-tiba udah gandengan." celetuk Devan yang dihadiahi lemparan kulit kacang oleh Fatih.
"So-sorry"
"Shiren nembak Agra di perpustakaan waktu Agra udah balik dari Bogor, Agra gak cerita apa-apa sama kita tiba-tiba waktu gue tanya dia jawab udah jadian " Devan menjelaskan secara rinci menurut yang Devan tau.
Moza mengangguk mengerti, "Yaudah." balasnya.
"Gak mau nyari rusuh?" Tawar Fatih.
Moza menggeleng malas, "Gue lagi badmood males ngelabrak orang."
"UNTUK AINDAH MOZA PRATIWI GUE TUNGGU LO DI LAPANGAN UMUM SEKARANG....!" seseorang berteriak menggunakan alat suara
Sekolah, berani-beraninya orang itu mencari gara-gara.Moza menepuk keningnya pelan dia lupa hari ini guru-guru ada rapat di luar sekolah pantas saja anak-anak bebas berkeliaran.
"Samperin jangan?" Tanya Devan
Moza menangguk toh lagian dia juga penasaran siapa orang yang tiba-tiba tanpa tahu malu memanggilnya menggunakan mic sekolah yang kencangnya minta ampun. Moza berjalan menuju lapangan indoor didampingi kedua lelaki di sampingnya siapa lagi jika bukan Fatih dan Devan.
Moza berjingkrak kaget saat yang di depan sana adalah Adit, ada apa lagi anak itu?
"SINI ZA" teriak Adit
Moza mengusap mukanya mengunakan telapak tangannya dengan kasar, baru istirahat beban Moza masih banyak, badan masih cape, hati masih risau sekarang apalagi ini?
"Sini Moza!" ulang Adit tanpa teriak, senyumnya melekat jelas terukir di bibirnya berbeda dengan Moza yang sudah tersenyum masam.
"Samperin aja." titah Fatih.
Moza mengangguk lantas berjalan ketengah lapang, siswa-siswi yang melihat kejadian secara langsung di tiap area koridor sampai memenuhi lapangan meminggir sebentar memberi sedikit jalan untuk Moza berjalan menghadap pangeran kuda berputihnya, Moza bersedekap dada lalu berjalan dengan angkuh menuju Adit, dagunya terangkat bukan karna sombong bukan tapi karna Aditya memang beberapa sentimeter lebih tinggi dibandingnya.
"Hmm?"
Adit mengangguk lantas mengkode kepada Dirlan yang berada disisi pojok untuk menyerahkan satu buket coklat dairy milk, si coklat berkemasan ungu indah favorit Moza. Moza melotot kaget ada c-coklat?
Setelah didapatkannya coklat tersebut Adit berlutut di depan Moza sembari memegang salah satu tangan Moza, "Mungkin ini bukan untuk pertama kalinya, tapi ini akan jadi yang pertama kalinya gue serius sama lo,"
"Aindah Moza Pratiwi apa lo bersedia buat jadi pacar gue?" lanjutnya.
Dahi Moza mengerut hingga berlapis, sebentar dia sedang berfikir. Coklat? Berlutut? Cinta?
"Lo nembak gue?" Tanya Moza yang duangguki oleh Adit.
"Adit gue ---"
Bugh
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Mantan (End)
Teen Fiction"Brengsek lo gra!" Geram Moza "Za maaf" Semuanya selalu bermula dari mantan. Pahit, manis, senang, susah, selalu terjadi karna mantan. Lantas hubungan yang sudah kandas ini apa masih pantas di pertahankan?