Happy reading
41 : Shiren siapa?
Moza mengikat rambutnya asal yang penting rapih tak lupa mengenakan celana jeans panjang dan tak lupa menggunakan hoodie putih yang dia punya. Pagi ini bunda menyuruhnya berbelanja bahan-bahan kue ke minimarket dan memang ketiga wanita yakni Mama Lina, Bunda Salamah, dan Moza tentunya akan belajar membuat kue bersama di rumah Agra.
Moza mengambil kertas catatannya lalu mulai mengecek apa yang akan dibawanya, dirasa semuanya lengkap Moza turun kebawah dan mulai menyalakan motornya. Dirumah tidak ada siapa-siapa, Ayah sudah mulai kembali bekerja, Johan kembali ke asramanya, dan Bunda sudah cukup lama menunggu di rumah Mama Lina. Moza hendak berangkat tapi Agra memarkirkan motor besarnya di depan Moza, Moza berdecak pinggang lalu menyuruh Agra untuk minggir tapi anak laki-laki itu malah diam tak bergerak sedikitpun. Cosplay jadi patung kah?
"Minggir." Agra malah menggeleng ia bersedekap dada dan duduk santai diatas kuda besinya, ia tau Moza akan ke minimarket disuruh oleh para Ibu. Agra mendengarnya sendiri dari Mama, sebenarnya tak sengaja menguping sih lebih tepatnya.
"Minggir Gra." tekan Moza.
"Ke minimarket kan? Yaudah ayo bareng aja." ajaknya. Moza menggeleng tajam lalu mengambil celah untuk menjalankan motornya dan hap! Moza berhasil kabur dari Agra.
Agra terkekeh pelan lalu membuntuti Moza sampai ke minimarket. Moza tak peduli dengan Agra yang terus mengikutinya dari rak satu ke rak-rak yang lainnya, Moza tetap fokus membeli barang-barang yang di butuhkan seperti gula pasir, terigu, telur, minyak, dan bahan lainnya sampai akhirnya Agra pergi begitu saja setelah mendapat satu telpon dari seseorang dan sepertinya Moza tau siapa itu karena tak sengaja ia mendengar kalimat terakhir Agra.
"Ia Ren gue jemput lo sekarang" Agra mematikan teleponnya lalu mengambilnya satu susu UHT ditambah sandwich lalu selepas membayarnya ia langsung keluar dan bergegas pergi bahkan tanpa pamitan pada Moza sekalipun.
Moza melihat Agra dari kaca minimarket, dia langsung melesat pergi begitu saja.
"Oh ternyata ngajak bareng karna sekalian beliin cemilan buat pacarnya, gue kira mau nemenin gue anjir." Moza menggeleng lalu terkekeh sesaat, "Gue lupa dia udah punya doi duh, sabar-sabar Za kita mundur alon-alon ajalah." Moza berbicara sendiri saat melihat kepergian Agra setelahnya ia kekasir lantas membayar pesanannya.
Selepas semuanya selesai Moza menyalakan motornya dan kembali kerumah Mama Lina, mereka mendapat tugasnya masing-masing. mama Lina menyiapkan bahan, Bunda yang mengaduk adonan dan Moza yang memberi tahu takaran lalu menunggu kue matang, sederhana mereka hanya membuat red velvet ala-ala rumahan dengan resep Eyang Moza. Tak berselang lama berkutat di dapur bersamaan akhirnya kue yang berukuran sedang pun jadi dan sepertinya enak jika ditilik dari penampilannya.
Warna merah terang dengan sentuhan stroberi dan cream vanilla, semoga saja memang enak.
Mereka bertiga duduk diatas karpet sambil menonton tv lalu menyuapkan kue kedalam mulutnya, Mama Lina antusias senang lalu memeluk Moza, "Enak banget gak gagal ini mah." antusiasnya.
Bunda Salamah mengangguk lalu dia tersenyum bangga, "Didikan gue nih." ucapnya lalu menepuk dadanya sendiri. Mama terkekeh lalu memutar bola matanya sesaat, "Lo aja masak di ajarin Dimas, Sal."
Moza terkekeh, ucapan Mama Lina memang benar jika Bunda Salamah belajar masak saja dari Ayah ya meski begitu Bunda sekarang jago masak banget, tapi tetap koki terbaik jatuh kepada Aindah Moza Pratiwi. Anak bungsunya sendiri.
Bunda mencibir malu lalu kembali memakan kue Red Velvet, tak lama setelah itu pintu rumah terbuka menampilkan sosok Agra dengan seseorang gadis feminim di sampingnya. Bunda Salamah menaikkan satu alisnya lalu berbalik menatap Mama Lina, "Siapa?" Bisiknya, Mama Lina menggeleng lalu menyuruh tamunya duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Mantan (End)
Novela Juvenil"Brengsek lo gra!" Geram Moza "Za maaf" Semuanya selalu bermula dari mantan. Pahit, manis, senang, susah, selalu terjadi karna mantan. Lantas hubungan yang sudah kandas ini apa masih pantas di pertahankan?