Happy reading
25 : Rasa kesal
Sendirian di kantin tanpa teman rasanya memang kesepian apalagi jika dalam kondisi kurang baik, tapi Moza sengaja sendirian untuk menenangkan pikirannya. Akhir-akhir ini Moza pusing memikirkan ucapan Bundanya yang merekomendasikan dirinya selulus SMA untuk melanjutkan kuliah di Yogyakarta bersama keponakan Ayah yang tak lain tak bukan adalah Kejora, memangnya sepupunya siapa lagi jika bukan dia?
Moza ingin mengambil psikolog atau seniman tapi Bunda menyarankannya mengambil kedokteran atau matematika, tapi Moza ingin mencoba sesuatu yang baru, terlalu sering bergulat dengan hitung-hitungan dan hafalan senyawa atau unsur biologi membuatnya bosan. Ini memang bukan pertama kalinya Bunda Salamah meminta sesuatu pada Moza tapi ini adalah permintaan bernada mutlak yang Bunda Salamah ucapkan.
"Gue kuliah jurusan apa ya nanti?" pikirnya sambil menyeduh teh manis hangat ditemani beberapa tahu pedas.
Moza menghembuskan nafasnya perlahan lelah memikirkan hal ini juga didepannya yang ia lihat malah menambah masalah dalam pikirannya, jika terlalu sering seperti ini lama-lama otaknya bisa pecah berkeping-keping.
Didepan sana dengan jarak yang tak jauh darinya ada Agra dan Shiren yang lagi-lagi tertangkap sedang bersama entah berbicara apa tapi yang jelas terlihat santai tanpa beban. Moza kesal ia mengaduk-aduk teh manisnya membuat bunyi nyaring perpaduan antara sendok dan gelas kaca yang beradu di tambah dia memakan gorengan tak berperasaan tanpa anggun sama sekali.
"Kayak perangko lama-lama nempel terus." gumamnya tanpa henti menatap interaksi mereka.
Kegiatan Moza tak luput dari mata Devan dan Fatih yang baru saja datang masuk kantin berniat mencari sarapan pagi sebelum kelas dimulai, tapi ide jahil malah muncul di benaknya saat Moza belum menyadari kalau kedua lelaki itu tengah duduk di sampingnya. Dengan tak berperasaan Devan menepuk bahu Moza cukup kencang hingga membuat Moza kaget, bukan cuma itu, hal yang tak Devan pikirkan lagi Moza sedang makan gorengan yang otomatis saat dia menepuk pundaknya Moza keselek parah.
Moza menepuk-nepuk bangku saat dirinya terbatuk kemudian menyambar gelasnya cekatan lalu meminum teh manisnya hingga kandas.
"Sia hayang aing paeh hah? Pikasebeleun pisan budak tuyul!" dengan kesal Moza memukul pundak Devan tak kalah keras dari apa yang orang itu lakukan kepadanya barusan. (Lo mau gue mati hah? Nyebelin anak tuyul!)
Devan tercengir dengan apa yang di perbuatnya sendiri ia hanya mengangkat tangannya membentuk dua jari bermaksud minta maaf, "Lagian salah lo pake ngelamun ngeliatin mantan segitu tajemnya." ucap Devan membela dirinya sendiri, contoh-contoh orang gak tau diri nih biasanya.
Fatih hanya terkekeh sebentar kemudian membahas perihal pelengseran jabatan angkatan lama mereka, angkatan 2020 yang sebentar lagi akan turun jabatan, "Lengser mau kapan Za? Si Agra gue tanya gak nyahut terus."
"Anaknya lagi asik sama yang baru kali, jadwal yang dikasih pembina harusnya bulan depan. Gue mau secepatnya aja kalo bisa sebelum kita di kasih surat kelulusan udah lengser." sahut Moza berusaha tak peduli dengan Devan yang terus saja menganggunya sampai akhirnya malah melahap habis gorengan yang ia pesan.
"Gue usahain buat ngajuin permintaan ke pembina, lo siapin makalahnya aja dulu."
"Libatin Agra dia ketua umum kan? Btw kenapa lo pada jarang latihan basket?"
Devan mendengus kesal, gimana mau latihan kalo anggotanya aja jarang kumpul semua malah sering ngundur-ngundur waktu gitu aja."Agra malah sibuk ngajarin Shiren basket, Fatih bimbel Mulu, anak-anak lainnya pada susah di hubungin" keluh Devan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Mantan (End)
Teen Fiction"Brengsek lo gra!" Geram Moza "Za maaf" Semuanya selalu bermula dari mantan. Pahit, manis, senang, susah, selalu terjadi karna mantan. Lantas hubungan yang sudah kandas ini apa masih pantas di pertahankan?