24 : Olimpiade

1.3K 83 0
                                    

Kalian Tim Shiren atau Moza?

Happy reading

24 : Olimpiade

Hari semakin sering berlalu tak terasa, pelatihan kedua kebanggaan SMA menara akan di perjuangan dan di pertarungan hari ini dimana keduanya harus sama-sama siap dalam segi konsentrasi, otak, pikiran, dan hatinya.

Lupakan kejadian menyesalkan kemarin, lupakan kejadian menyebalkan kemarin, entah itu sikap keras kepalanya Moza yang hampir saja di tangkap polisi atau sikap kurang kepekaan dari Agra yang malah asik berduaan di pantai bersama Shiren dan melupakan kehadirannya disana.

Keduanya harus sama-sama siap dan memfokuskan segala pikiran yang ada di otaknya dalam olimpiade hari ini.

"Gue nervous."

Moza memainkan tangannya tak karuan meski sudah sering mengikuti bermacam lomba dan kerap di sandingkan bersama Agra dalam perlombaan tapi ini adalah perlombaan terakhirnya sebelum lulus yang artinya Moza dan Agra harus semaksimal mungkin dalam bekerja sama. Agra mengerti bahkan sangat mengerti dengan sikap Moza apapun itu, ia memberikan air mineral botol miliknya yang masih tersegel pada Moza dan menyuruh Moza meminumnya.

"Kita bisa, lakuin seperti biasanya." ujar Agra berusaha menyemangatinya.

Kali ini Agra yang mendominasi, jika mungkin biasanya Moza yang heboh entah menghafal atau mengajaknya bicara tapi kali ini gadis itu hanya diam memikirkan segala kemungkinan yang mungkin akan terjadi di perlombaan tahun terakhir mereka.

Moza meneguk habis minumnya kemudian mengangguk, bismillah dan menyerahkan segala hasilnya nanti pada tuhan adalah modal usaha Moza hari ini. Meski jika boleh jujur beberapa hari ini ia tidak bisa fokus dengan hafalannya mungkin karna terlalu sering berurusan dengan Agra atau terlalu sering mengejar Agra sampai ia suka lupa dengan kewajiban hafalannya. Bahkan kalo boleh jujur setengah materi yang di berikan guru pembimbing nya sama sekali tidak memasuki otaknya.

Banyak pikiran buruk yang bersemayam dalam otak kecilnya tapi sebisa mungkin Moza hiraukan.

"Gue ragu." cicitnya.

Agra mendengar ucapan Moza meski sebenarnya dia juga sama merasakan hal itu tapi mau apalagi? Semuanya harus bisa mereka lewati secepatnya dengan sempurna. Agra ikut berdiri seperti apa yang di lakukan Moza sedari tadi kemudian berjalan menghadap Moza ia memberikan satu senyum keyakinan untuk Moza.

"Kita bisa!" ucapnya yakin.

Selepas mengucapkan itu tanpa kata apapun lagi Agra mendekap Moza dalam pelukannya bermaksud memberikannya semangat seperti tahun-tahun lalu, memang cara inilah yang sering Agra lakukan untuk memberi semangat dan kepercayaan pada Moza, Memeluk gadis ini dengan tulus.

Tapi jika melihat posisi mereka seperti ini, apa pantas jika hubungan sudah kandas seperti mereka berpelukan?

"Woy pelukan bae lu pada!" Teriak Devan yang datang bersama dengan Fatih.

Situasinya tidak mendukung untuk Devan dan Fatih datang tapi kenapa harus datang? Mereka benar-benar niat merusak kebahagiaan orang lain dalam sekejap.

Moza malu sebenarnya di pergoki seperti ini tapi sudah jadi rahasia umum Moza lebih suka memalukan
dirinya sendiri. Tanpa tahu malu ia tetap membalas pelukan Agra dan belum ada niatan melepaskannya, toh Agra sendiri tidak merasa keberatan bahkan malah mengeratkan pelukannya.

"Udah gausah tebar uwuw, gue tau  gue jomblo." ujar Devan lagi.

Agra sedikit risih sekarang Moza tak melepaskannya sama sekali, dengan berat hati Agra melepas pelukannya meski dibalas delikan tajam sebentar dari Moza, "S-sorry" ujar Agra merasa tak enak dengan situasinya.

Salah Mantan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang