37 : Tempramental

1.5K 71 0
                                    

"Dia hanya emosi pula keliru dan aku yakin ini semua perlu waktu"

Happy reading

37 : Tempramental

Moza duduk di kursi anggota basket sendirian menunggu Devan dan Fatih yang selesai berganti pakaian, tadinya ia berniat langsung pulang dan mencari angkutan umum saja toh Agra sudah di temani Shiren jadi Moza rasa kehadirannya tidak diperlukan tapi ternyata anggapan itu salah karna Moza sangat-sangat diperlukan oleh anak basket, mereka bahkan menyambut hangat Moza saat kembali datang melihat mereka latihan hari ini untung saja Devan menarik paksa Moza kesini tadi.

Moza merapihkan terlebih dahulu tataan rambutnya yang mulai memanjang kembali lantas mengikatnya menjadi kuncir kuda asal, dia mengambil boba yang baru dibelinya tadi bersama Devan lantas meminumnya.

"Jangan deketin Agra."

Shiren berdiri di hadapan Moza menghalang terik matahari yang mengenai wajahnya dan Moza bersyukur akan hal itu, dia tak menjawab ucapan Shiren dia hanya fokus meminum boba manisnya saja. Shiren memberenggut kesal lantas mengambil paksa minuman Moza lalu membuangnya ke tong sampah dengan cara di lempar, beruntung masuk jika saja tidak pasti cairan boba yang masih banyak meleber kemana-mana. Moza memutar bola matanya malas.

"Agra pacar gue sekarang gue mohon sama lo Za jangan deketin Agra lagi, gue mohon agar lo tah diri." Moza mengangguk lantas mengetuk-ngetuk lantai menggenakan kakinya.

"Gue gak pernah deketin pacar lo karna gue sama dia emang dari dulu deket, btw sebelum ngomong ngaca dulu deh. Gigi lo jelek ada cabenya."

Moza berdiri lantas berjalan menuju Devan dan Fatih yang baru saja selesai berganti pakaian diikuti anak-anak lainnya termasuk Agra.

"Kenapa Za?" Tanya Devan.

"Boba lo buat gue ya? Yang gue di buang sama tuh anak." Moza menunjuk Shiren menggunakan ujung dagunya.

Shiren hanya mendelik lantas mengangkat bahunya tak acuh, kemudian memberikan minuman botol pada Agra.

"Ambil aja gue bisa beli lagi gue kan sultan " ucapnya berbangga diri.

"Oke, gue sekalian mau pulang aja" ucapnya

Fatih mencekal lengan Moza lantas menggeleng tak terima, "Lo disini karna hadir lo emang diterima, bahkan ditunggu sama kita-kita."

"Iya Za jangan dulu pulang."

"Iya Za nanti pulangnya ikut kita ke Wana."

Beberapa anak basket menahannya, Fatih tersenyum untuk pertama kalinya lantas mengangguk. Dia maju beberapa langkah lantas berbisik, "Jangan pernah mundur dan ngaku kalah untuk cewe murahan" bisiknya.

"Oke gue temenin kalian semua disini!" Ucapnya sambil tersenyum.

Agra menatap tajam kearah Fatih ia mengepalkan tangannya erat, sungguh ia tak terima perilaku kurang ajar sahabatnya itu yang berani membisikkan sesuatu pada gadisnya. Fatih membalas tersenyum miring diikuti oleh Devan lantas mereka berdua menggiring Moza untuk duduk di tempat yang tidak terkena panas matahari seperti tadi, Shiren mengelus bahu Agra, "Udah gausah dipikirin."

Agra tak menghiraukan Shiren ia berjalan kearah anggota basket lainnya yang terlihat tidak sedang ikut berbincang dengan Moza, sekali lagi Agra meneguk minumannya hingga tandas sambil menatap Moza yang sedang berbincang riang dengan teman laki-lakinya. Ini yang Agra benci dari Moza, sifat humble nya yang kerap sering membuat Agra cemburu.

***

Agra beberapa kali mencetak point unggul lantas kali ini ia mendribble bola basket hendak di masukkan lagi kedalam ring namun kalah cepat dengan gerakan Fatih yang mengambil alih bola oranye, ia mendribble nya di depan Agra lantas memasukkannya dengan jarak jauh.

Salah Mantan (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang