Bab 7: Ciuman Perdana

21.1K 2.3K 243
                                    

"lembut, manis, adiktif"

Trigger Warning: kissing scene


Tidak pernah terbayang Renjun akan berada di titik ini, merasakan bibirnya dikecup oleh bibir lain. Jantungnya beroperasi secara tak wajar, berdetak dua kali lipat apalagi ada gerakan tambahan dari Haechan. Lelaki alpha itu menghisap bibirnya, mencari tempat ternyaman dengan kedua tangan ada di sofa mengungkung tubuh Renjun. Hisapan makin dalam, hanya Haechan yang bertindak aktif. Renjun cuma tidak tahu bagaimana cara membalas, ia terlalu gugup dalam menikmati pengalaman pertama ini.

Untuk Haechan, bibir Renjun sangat lembut dan manis. Ia tidak bisa berhenti menyesap setiap sari di setiap belah bibir sang omega. Berpikir untuk berhenti saja terasa buram, hanya ada rasa manis dan adiktif di sisa pikirannya yang setengah waras. Lee Haechan ingin lebih dari sebuah ciuman, dirinya terpancing nafsu oleh feromon manis dan bibir Renjun.

Hidung Renjun mencium cendana yang kuat, mengusik penciuman dan menyadarkan dirinya yang berada di awang-awang. Mata Renjun terbuka lebar, tubuhnya menegang, lalu sekuat tenaga mendorong Haechan menjauh, tak peduli si alpha terkejut hingga jatuh dari sofa. Tangan Renjun berusaha menghalangi aroma tersebut agar tak masuk lagi dengan menutup hidung.

Mereka berdua sama-sama kaget, apalagi Haechan yang di dorong paksa hingga jatuh. Ia tidak berhenti mengaduh sebelum melihat keadaan sang omega. Haechan tanpa sengaja mengeluarkan feromonnya. Itu alamiah, apalagi dalam keadaan libido naik. Tapi Renjun tetap tidak bisa mentolerir, ia masih merasa sesak dan takut pada bau sekuat cendana bercampur mint milik Haechan.

Ciuman pertama mereka berakhir tragis.

Hujan di luar perlahan tinggal titik-titik kecil memukul bumi, memelan dan tak segarang tadi. Renjun membuang wajahnya, merasa malu setelah mengingat ia baru saja berciuman dengan Haechan. Rencana tak terduga ini menimbulkan keheningan yang penuh rasa canggung.

Sesungguhnya Haechan masih khawatir efek feromonnya yang mengganggu Renjun, mengingat bagaimana omega itu berusaha tak menghirupnya lagi. Ia juga tak menyangka efeknya sampai seperti itu. Haechan lupa trauma Renjun belum sembuh, apalagi dirinya adalah penyebab utama. Kenyataan tersebut menghantam kepala Haechan secara tak kasat mata.

"Renjun..."

"Hujan sudah reda..."

Mereka berdua bicara bersamaan, semakin menambah situasi canggung. Haechan paham maksud ucapan Renjun, lelaki omega itu ingin mengusirnya, kabur dari situasi tak terduga ini. Dia mengalah, berdiri dari duduknya dan berusaha tersenyum kecil.

"Eum... ya... hujan sudah reda, sudah saatnya aku pulang."

Renjun bersyukur dalam hati Haechan memahami maksudnya. Ia masih belum bisa berlama-lama dengan lelaki itu, apalagi insiden ciuman memalukan beberapa menit yang lalu.

"Jaket dan kausku... kapan-kapan kuambil." Haechan menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal. "Sampai bertemu lagi, Renjun."

Renjun tak membalas apa-apa, ia masih memalingkan wajah hingga bunyi pintu tertutup telah terdengar. Pelan-pelan tangan yang menutup hidung dan bibirnya terlepas, sisa-sisa feromon Haechan masih melayang-layang rupanya. Rasa sesak di dada telah membuktikan jika Haechan masih menjadi ketakutannya.

Ia berbaring di sofa sambil memeluk lutut, merasa miris karena punya rasa takut pada pemilik setengah jiwanya. Mau sampai kapan akan seperti ini terus?

/././.

Hari ini Haechan tidak bisa diam. Ia daritadi sibuk berkoordinasi dengan Jaemin selaku ketua panitia, sesekali mengobrol dengan beberapa dosen yang datang lebih cepat untuk melihat persiapan di aula fakultas. Walau kelihatan sangat sibuk, isi kepalanya dipenuhi oleh kenangan dua hari. Insiden ciuman tak terduga yang berakhir tragis. Bagaimana dia harus berhadapan dengan Renjun nanti?

Viridity - HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang