Bab 18: Malam Yang Indah

10.8K 1.3K 219
                                    

"Apa kau mengingatku malam itu?"


Setelah menenangkan hati seharian (yang tentu menolak kedatangan Haechan di paginya), Renjun siap bertemu di hari senin. Seperti yang Haechan janji kan lewat telepati kemarin di balik pintu kamarnya, ia akan menjelaskan secara rinci sekaligus meminta maaf karena menghancurkan kencan yang diimpikan sang kekasih. Tapi hari itu Renjun belum sanggup bertatap muka, takut hanya akan ada emosi yang membuat runyam segalanya.

Tentu akan Renjun beri maaf Haechan, masalah kemarin tak bakal membuatnya lupa usaha dan kebaikan alpha itu di masa lalu. Toh Haechan punya alasan yang jelas, tak sekadar receh hingga terlambat datang. Dua minggu lagi lelaki itu akan kembali dalam peluknya tanpa ada gangguan, ia hanya harus bersabar. Itu lah mengapa sebelum kesibukan kembali merenggut, Renjun ingin melihat Haechan dan memberi semangat agar masalah kemarin tak menjadi beban baginya. Mereka bisa datang ke Desa Kucing lain hari, tak apa-apa.

Berbekal informasi dari Jaemin yang tak sengaja berangkat bersama ke kampus, hari ini semua panitia bekerja sesuai bidang masing-masing jadi tak ada perkumpulan khusus. Tapi Haechan akan selalu di kampus, biasanya di sekretariat hingga malam agar mudah dicari. Jaemin pun ikut menemani mengantar Renjun ke sana sebelum mengurusi urusannya, walau yang mereka temui cuma Kim Sunwoo.

"Haechan belum ke sini, aku juga menunggunya." Jawaban Sunwoo jelas mengecewakan dan tak diharapkan bagi Renjun. Melihat omega itu murung, Sunwoo dengan cepat memberi solusi yang sekiranya menghilangkan raut kecewa di wajah si manis. "Kenapa tidak menelponnya? Mungkin jika Renjun, ia akan mengangkat."

Renjun menggeleng, tersenyum ramah pada Sunwoo. "Ponselku ketinggalan di rumah. Ah, iya, terima kasih atas bantuannya, Sunwoo. Tolong katakan pada Haechan aku mencarinya." Ia membungkukkan badan lalu pamit undur diri dengan Jaemin yang mengekori.

"Gagal dong kejutanmu." Jaemin pun ikut kecewa, di bis tadi ia sudah mendengar seluruh cerita Renjun dan sengaja tak menghubungi terlebih dahulu karena ingin member kejutan. Walau lebih tepatnya Renjun tidak tahu harus memulai dari mana jika mengobrol lewat ponsel.

"Mau bagaimana lagi." Renjun mengangkat bahunya ringan. "Yang terpenting Sunwoo akan menyampaikan pesanku, itu sudah cukup."

"Kau akan pulang?"

"Aku akan menemui Jeno di Fisip, dia berjanji membelikan dalgona."

Jaemin tersenyum geli, pantas Haechan selalu bilang Renjun masih anak-anak. "Seleramu bocah sekali. Kalau begitu aku akan ke fakultas, jaga dirimu ya!"

Mereka berdua saling melambaikan tangan hingga Jaemin menghilang ke gedung yang lain. Renjun pun berbalik, memilih jalan kaki menuju Fakultas dimana Jeno berada. Ia tak takut karena masih sore juga, sudah jelas kampus tetap ramai dengan berbagai macam gender. Melihat aula utama semakin dekat dengan banyak pohon rindang, itu tandanya FISIP tak akan jauh lagi.

Baru juga melewati banyak pohon rindang yang jadi tempat favorit mahasiswa nongkrong, mata Renjun tak sengaja bertaut pada pemandangan yang mencolok mata. Dari jarak pandangnya, pasangan muda-mudi sedang berpelukan sambil duduk di bawah pohon rindang. Hingga matanya membulat ketika tahu siapa sang lelaki.

Kaki Renjun mendadak jadi jeli, lemas tak bertenaga. Api cemburu berkobar di dada, jantungnya bergerak cepat, kepalanya pusing sampai ingin muntah. Lee Haechan berpelukan dengan perempuan lain. Brengsek!

Mata mereka berdua saling bertemu, menyadarkan Renjun jika kemarahan menghentikan geraknya. Buru-buru ia pergi, semakin tak sanggup Renjun bertatap muka dengan Lee Haechan. Setelah dirinya datang dengan janji memperbaiki hubungan mereka, alpha itu berhasil menghancurkannya. Apa maksud Haechan berpelukan di tempat umum? Selingkuh terang-terangan, huh?

Viridity - HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang