Side Story Prolog

4K 333 7
                                    

"Selalu ada hari dimana,

Semua penyesalan terkumpul jadi satu

Dan yang bisa kulakukan hanya,

Berharap maaf darimu"


Lee Haechan duduk diantara para mahasiswa baru di aula fakultas, mendengar perkenalan setiap jajaran yang cukup membosankan. Tatapan matanya amat kosong tanpa semangat hidup, tidak berminat sama sekali menikmati masa kuliah yang terpaksa dilakukan. Sudah genap satu tahun sejak kepergian Lucas dan kaburnya Minhyung dari rumah, harinya tak lagi sama seperti sedia kala.

Dulu ia pikir kebahagiaan di kala SMA akan menjadi seterusnya, dimana dirinya dan Lucas akan masuk ke universitas yang sama lalu membentuk kelompok tinju baru mereka dengan lebih luas. Pembicaraan yang selalu diulang-ulang saat mereka berdua nyaris jatuh tertidur karena kesakitan di kamar asrama. Tapi tragedi datang lebih cepat sebelum Haechan menyadarinya, menghilangkan bibit kebahagiaan yang telah dipupuk.

Ini adalah karma untuknya.

Setelah mengalami perasaan kesepian yang mendalam setahun belakangan, belakangan ini Haechan terkenang pada seorang omega pria yang pernah diganggunya saat masih menengah pertama. Seorang omega yang tidak sengaja menumpahkan jus jeruk di seragamnya dan berakhir menjadi korban perundungan untuk melampiaskan amarah. Ia terus bergulat pada perasaan bersalah mengingat tingkah jahatnya pada seseorang tak bersalah hanya karena memiliki status sama dengan selingkuhan sang ayah.

Tapi di dalam hati alpha itu yang disadarinya amat terlambat, ia terganggu akan senyum manis yang tidak sengaja terlihat olehnya. Senyum yang amat lebar hingga menghilangkan dua bola mata dan membentuk bulan sabit. Lelaki itu begitu gembira mengobrol dengan teman-temannya di kantin walau tak terdengar dari telinga Haechan. Sejak saat itu ia kerap kali tak sengaja menemukan orang itu tertangkap matanya. Disengaja atau tidak, Haechan akan memberi waktu amat lama sebelum akhirnya mengalihkan pandangan.

Di tengah aula yang hening, ia nyaris melepas tawa kering karena kembali tingkah bodoh dalam mencari perhatian. Saking sudah lama tak merasakan kasih sayang Haechan sampai tak tahu bagaimana menunjukkannya perasaan tertarik itu. Ditambah makin tertutup amarah mengetahui pria yang menarik perhatian Haechan adalah seorang omega. Memancingnya pada sesuatu yang amat parah dan meninggalkan luka teramat dalam pada omega lelaki itu.

Ia ingat namanya. Huang Renjun. Dan dimana pun dirinya berada, Haechan ingin meminta maaf dengan benar. Mencium kedua kaki lelaki itu karena memberi tangis dan kenangan buruk di masa lalu atas tingkah bodohnya. Tapi, apakah Renjun mau memaafkannya?

Haechan menghela napas amat berat sambil menatap langit-langit aula. Tidak, ia tidak akan termaafkan mau sekuat tenaga seperti apapun usahanya. Alpha itu telah berbuat jahat pada sosok yang tidak seharusnya merasakan kesakitan di dunia ini.

/././.

Akhirnya segala orientasi mahasiswa hari ini telah selesai hingga mereka bisa keluar dari aula dan mencari makan atau pulang ke rumah. Lee Haechan tidak terkecuali walau tentu kebingungan pilihan mana yang dicari. Ia tidak punya teman untuk diajak makan bersama, pulang pun bukan keputusan yang tepat karena rumah begitu dingin untuk ditinggali.

Ia melihat pohon-pohon bunga sakura berjejer di depan aula, memamerkan jika musim telah berganti menjadi lebih hangat daripada yang kemarin. Musim yang paling cantik memang harusnya dinikmati dengan kebahagiaan, bukan kekosongan yang menutup Lee Haechan demi merasa bahagia. Semua terasa hambar.

Akhirnya ia memutuskan akan pergi ke rumah Paman Wong dan menginap sekalian. Miris sekali, orang rumah lain jauh lebih nyaman dari rumah milik sendiri. Sekarang ia harus mengingat di mana mobilnya terparkir karena terlalu asal-asalan hingga tidak peduli sekitar.

"Renjun! Tunggu aku!"

Kakinya yang baru turun dari tangga aula menoleh amat cepat sesaat mendengar nama familiar yang sedari tadi dipikirkannya. Haechan berusaha mencari kemana suara itu berasal demi anggapan tidak ada salah pendengaran di sini. Dua mata tajam itu melebar dengan jantung yang hampir berhenti berdetak setelah menemukan apa yang dicari.

Huang Renjun ada di depan matanya!

Diantara kerumunan mahasiswa yang bergerak tanpa henti, Haechan tetap memusatkan mata pada sosok itu. Ia masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, menganggap jika ada ilusi yang dipermainkan mengingat kepalanya telah bermasalah belakangan ini. Sungguh amat tidak masuk akal.

Empat tahun berlalu, Huang Renjun tumbuh jauh lebih dewasa dari diingatnya. Rambut yang dulu selalu dipotong pendek mulai memanjang dan tebal, tubuhnya juga mengalami pertumbuhan walau tetap lembut dari cara dia menatap sang lawan bicara. Renjun tumbuh menjadi sosok yang amat indah.

Haechan sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangan, menatap amat lekat sampai takut kehilangan walau hanya berkedip. Kedua tangan mengepal, menahan diri untuk tak kelepasan menghampiri. Ia amat sadar diri, siapa yang tidak akan lari mengetahui seseorang yang dulu merundungnya tiba-tiba muncul. Renjun akan langsung lari tanpa sempat berpikir dua kali.

Tapi sungguh ia ingin menghampiri omega itu, melihat dari dekat sebelum kesempatan ini hilang selamanya. Hanya saja, sampai Renjun bersama temannya berjalan bersama dan menghilang diantara kerumunan orang Haechan tetap terdiam di tempatnya. Alpha itu berubah menjadi pengecut. Takut menghadapi kenyataan jika Huang Renjun akan ketakutan hanya melihat wajahnya.

Hah... Apa yang harus dilakukannya sekarang?

Prolog - fin

2023/07/27

Author note:

Halo semuanya!

Cerita ini telah kelar satu setengah tahun yang lalu (tepatnya februari 2022). Waktu berjalan amat cepat tanpa disadari, karena aku merasa kenangan menulis bab terakhir Viridity masih terasa seperti kemarin.

Side story ini kupersembahkan untuk permintaan maaf. Setiap kalian marah-marah ke Haechan, seperti aku yang dimarahin karena tidak menjadi penulis yang baik . Tapi side story juga tidak menjelaskan apapun yang mungkin kalian harapkan. Anggap saja aku menebus beberapa plot hole yang terasa janggal sepanjang buku ini ditulis.

Draft yang kutulis ada tiga bab, tapi bisa saja berkembang. Kita lihat ke depannya apa bisa kuselesaikan di bulan agustus agar tak mengganggu Crescent Moon.

Terima kasih selalu menjadikan Viridity sebagai cerita renhyuck favorit kalian. Karena notifikasiku masih dipenuhi oleh para pembaca Viridity dibandingkan ceritaku yang lain.

Sampai jumpa di bab selanjutnya!  

ps. 

Sepanjang menulis, aku mendengarkan semua lagu milik Chen. Nyaris terkantuk-kantuk karena ambience dari lagu-lagunya, tapi amat cocok dengan suasana di prolog ini. Semoga kalian juga mendengarkannya

Viridity - HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang