Epilog

11.4K 1K 86
                                    

"Mari menempuh hidup baru"


Tiga tahun kemudian.

Hiruk pikuk orang-orang memakai pakaian oranye memasuki halaman danau keluarga Lee yang diatur sangat cantik untuk hari spesial. Kursi-kursi diatur rapi menghadap ke danau hijau dengan pelaminan yang berlatar belakang bunga-bunga matahari. Disatukan satu persatu seperti tirai, jadi tak langsung menutup pemandangan danau.

Alunan musik lembut menjamu tamu undangan yang berbincang dengan orang-orang yang mereka kenal. Semua pelayan hilir mudik menawarkan minuman serta mengarahkan mereka yang belum menemukan kursi. Anak-anak berlarian, menikmati waktu bersantai sebelum inti acara di mulai, tak peduli orang tua mereka menegur agar berhati-hati. Semuanya bersenang-senang, apalagi yang mengetahui kisah si calon pengantin, bersyukur mereka telah sampai di titik ini tanpa hambatan.

"Selamat datang untuk seluruh tamu undangan yang berbahagia. Terima kasih telah menyempatkan waktu menjadi saksi dari diberkatinya pasangan baru oleh Dewi Bulan sebentar lagi. Untuk tamu undangan, dipersilahkan duduk dengan nyaman, mendoakan calon pasangan pengantin yang akan masuk ke pelaminan."

Satu suara dari pengeras suara menarik perhatian, pengumuman dari pembawa acara. Orang-orang yang sempat berdiri dan berpencar kembali ke kursi masing-masing. Para bocah yang sibuk bermain menjadi patuh mengikuti orang tua mereka lalu duduk tenang. Musik lembut mengalun bersamaan rasa tak sabar di hati tamu. Beberapa orang mencuri pandang ke belakang, menunggu si pemeran utama muncul.

"Langit berwarna biru muda, matahari bersinar terang, bunga-bunga bermekaran di musim yang indah, ikut menjadi saksi bersama kita. Dengan hormat, tirai dibuka, membiarkan pasangan pengantin memasuki tempat." Pembawa acara tersenyum melihat orang-orang kompak menoleh ke belakang, terpesona pada pasangan yang berjalan sangat anggun bersama orang tua masing-masing di belakangnya. 

"Lee Haechan dan Huang Renjun."

Dua pemilik nama yang disebut  berjalan dengan kompak, hanbok kuning yang mereka gunakan berpendar cantik terkena cahaya matahari. Mereka menunduk, tak saling memandang, walau diam-diam mengulas senyum. Hari yang di nanti telah tiba, permohonan restu agar semakin terikat. Kedua orang tua mereka hanya berhenti sampai di depan, mengambil kursi di sisi kiri dan kanan sembari memperhatikan anak-anaknya melakukan pemberkatan.

Haechan dan Renjun menaiki pelaminan dengan seorang yang mereka sebut 'Sang Perwakilan', sosok yang menjadi perpanjangan tangan Dewi Bulan di kala pernikahan tergelar. Akhirnya mereka berdua saling berhadapan walau hanya melihat sepatu masing-masing. Sang Perwakilan memberi izin untuk mengangkat kepala, saling menatap satu sama lain yang sejak tujuh hari lalu tidak boleh bertemu. Bahkan hari ini pun, keduanya dilarang bertatap mata sebelum diperintah.

Mata Haechan berbinar kagum dengan sosok yang dirindukan setengah mati, sangat indah dengan hanbok yang melekat kebesaran di tubuhnya. Renjun pun tak jauh beda, ia merasa seperti pertama kali jatuh cinta di kala mata menangkap eksistensi Lee Haechan. Angin berhembus lembut tak juga mematahkan pandangan yang sudah terikat, kerinduan terlalu parah untuk ditahan.

"Mendekatlah dan kaitkan jari kelingking kalian, jangan lepas pandangan, dengarkan kata-kata saya dan jawab 'kami berjanji' secara bersamaan."

Dengan patuh mengambil satu langkah ke depan, menautkan jari kelingking sembari merasakan kedinginan di tangan masing-masing. Sama-sama gugup pada hari besar yang selalu keduanya impikan di obrolan santai mereka. Senyum keduanya lebar sekali, tidak ingin sama sekali menyembunyikan kebahagiaan di hadapan orang-orang.

"Atas nama Dewi yang memberi kehidupan, berjanji akan selalu bersama hingga maut memisahkan."

"Kami berjanji."

"Atas nama Dewi yang memberi kasih sayang, berjanji menguatkan ikatan tanpa pernah melonggarkannya."

"Kami berjanji."

"Atas nama Dewi Bulan, berjanji untuk saling mencintai hingga akhir dunia tanpa keraguan."

Haechan dan Renjun semakin menguatkan pandangan, senyum tak pernah lepas, mengangguk bersama-sama sebelum menjawab penuh keyakinan untuk terakhir kalinya. "Kami berjanji!"

Keajaiban tiba berkat ketulusan yang mereka ucapkan di tiap janji. Dua kelingking yang sedang bertaut rupanya menghasilkan benang berwarna merah yang mengikat sangat erat di ujung jari. Tanda jika pernikahan mereka direstui oleh Dewi Bulan dan simbol ikatan mereka akan jauh lebih kuat hingga detak jantung berdetak dengan ritme yang sama.

Tepuk tangan bergema, ucapan selamat berkumandang, beberapa orang sampai meneteskan air mata. Kebahagiaan Renjun dan Haechan menular pada seluruh tamu undangan, tak lupa menyelipkan doa agar mereka selalu dimudahkan di masa depan.

Akhirnya Renjun paham maksud sang Dewi mengikatnya dengan Lee Haechan, menggoyahkan hatinya untuk menerima bermain piano dengan sang alpha agar menemukan kebahagiaan yang ia cari sejak dulu. Sedangkan untuk Haechan, bersama Renjun berarti saling menyembuhkan dan memaafkan, perjuangan serta kesabaran yang selalu dirinya abaikan. Mereka berdua awalnya hanya makhluk naif yang dipaksa belajar saling memahami, saling mengerti jika memang seperti ini lah rasa cinta. Penuh kasih sayang dan rintangan.

Pada akhirnya Haechan dan Renjun resmi menempuh hidup baru.

Viridity – end.

2022/02/03

ps. 

Tolong jangan di skip author note di halaman selanjutnya. Ada yang ingin kukatakan untuk terakhir kalinya di buku ini.

Viridity - HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang