Bab 8: Bianglala

17K 2.3K 423
                                    

"Ceritakan padaku tentang dirimu"

Kegiatan kemarin berhasil membuat seluruh badan Haechan sakit (yang baru dirasakan setelah jatuh ke kasur), menyebabkan dirinya terbaring seharian tanpa keluar kamar. Ia juga meminta pada bibi membawa makanan ke atas, saking malas untuk turun. Haechan sedang ingin malas-malasan seharian dan tentu mengabaikan handphone yang dipenuhi pesan notifikasi dari siapa pun.

Tapi malas-malasan bukan sifat Lee Haechan. Matahari baru saja menambah suhu, ia sudah gatal tidak membuka handphone, melihat lini masa media sosial yang berisi cuitan tak penting atau foto-foto sisa kemarin yang diunggah. Haechan kembali bosan, ia mengubah posisi tidur menjadi miring dan membuka aplikasi kirim pesan, siapa tahu ada pesan penting yang belum dibaca.

Membuka satu persatu grup dan pesan pribadi, tidak ada yang benar-benar penting karena isinya adalah sisa-sisa euforia semalam. Hingga jarinya terhenti pada pesan dari nomor asing, isi cuplikannya terasa misterius sampai jantung Haechan berdegup kencang.

"Fuck!"

Pesan tersebut berhasil membangunkan Haechan dari bangun tidurnya, melupakan kesakitan yang tersisa, karena fokusnya adalah isi pesan tak terduga dari pengirim yang sama tak terduganya.

'Jika punya waktu, mari ke taman bermain'

/././.

Mendadak seluruh baju di lemarinya berubah kumal dan buruk rupa, Haechan sampai bingung kenapa ia tidak punya pakaian layak pakai untuk kencan pertama. Tidak pernah sekali pun dalam hidup dirinya memusingkan pakaian. Jika diberi waktu sedikit, Haechan akan membeli baju baru demi hari khusus ini.

Huang Renjun selalu berhasil mengobrak-abrik hidup Lee Haechan dengan mudah. Ia menjadi satu-satunya alasan Haechan membongkar isi lemari, mencari pakaian terbaik di hari yang bisa disebut 'kencan pertama'. Ia tak ingin Renjun punya kesan yang buruk dan menggagalkan jalan-jalan mereka.

Pada akhirnya keputusan pakaian yang digunakan adalah kaus putih dan denim coklat tua yang lengannya dilipat sampai siku. Kembali Haechan melihat penampilannya di depan kaca, meringis karena terlihat biasa saja. Ia merapikan rambut yang telah memanjang, menyibak poni ke belakang hingga jidat terpampang.

Pelan-pelan Haechan menarik nafas dan membuangnya. Semoga hari ini berjalan lancar tanpa kendala apapun, doanya dalam hati.

/././.

Pintu kamar diketuk ketika Renjun selesai berganti pakaian. Ia melihat jam yang telah menunjukkan pukul 11 siang, Haechan datang tepat waktu. Dengan segera ia membuka pintu, mempersilahkan sang tamu masuk ke dalam ruangan.

Tenggorokan Haechan terasa sulit untuk menelan melihat penampilan Renjun. Rambutnya masih berantakan karena belum disisir rapi, celana jeans biru yang menempel ketat di kaki serta kaus hitam tidak membuat Renjun terlihat sangar. Dia masih saja luar biasa menggemaskan mau seperti apapun model pakaiannya.

"Masuk lah sebentar, aku tidak akan lama." Lalu Renjun pergi dari pandangannya, meninggalkan Haechan yang masuk dengan canggung di area pribadi omega itu. Ini adalah kali kedua dirinya kemari, tak ada yang berubah, masih rapi seperti pertama kali kemari. Cuma ada yang aneh, bau ini terasa tidak asing.

Hidung Haechan mengendus aroma lavender yang pekat, bahkan menyambutnya di langkah pertama masuk di ruangan ini. Feromon alpha di rumah omega yang belum ditandai adalah tindakan tak etis. Ia jelas tahu feromon milik siapa ini yang sangat jelas ditinggal untuk mengejeknya. Lee Jeno bajingan!

Kepalan di kedua tangannya sudah cukup membuktikan kemarahan yang berada di ujung kepala, siap terlontar kapan saja. Huang Renjun adalah mate-nya, tidak diijinkan feromon siapa pun mendominasi kecuali miliknya. Bahkan Lee Jeno sekalipun.

Viridity - HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang