Bab 24: Klub Tinju

8.1K 1K 39
                                    

"Kedamaian itu fana"

Disclaimer: kekerasan, dark jokes (?), hampir penuh dengan kilas balik isi bab ini.

Satu kamar dengan Lucas sebenarnya lebih damai daripada yang dipikirkan Haechan, mengingat kesan pertama dengan lelaki itu lumayan buruk. Lucas tidak mengganggu atau tukang urus, dia benar-benar hidup dengan dunianya sendiri. Kecuali sifat buruknya yang tidak bisa berbicara pelan, ribut sampai Haechan pernah melempari sepatu karena mengganggu tidur siangnya. Dan ketahuan lah apa yang terjadi setelah itu.

Wong Lucas harusnya menjadi kakak kelas Haechan, tapi tidak naik dan menjadikan mereka berdua seangkatan, mana kelasnya bersebelahan pula. Sudah bosan satu kamar, malah sering bertemu di gedung yang sama tiap harinya. Reputasi Lelaki itu jelek di lingkungan sekolah, nakal, tukang bolos, sering berkelahi, dan tidak taat aturan. Dengar-dengar juga dia masuk sini karena salah satu guru adalah saudaranya, padahal semua orang juga tahu Lucas bukan dari keluarga kaya. Rumor-rumor buruk yang tersebar sangat populer sampai Haechan heran Lucas terlihat biasa-biasa saja, tidak membantah atau mengiyakan. Sepertinya dia memang tipikal yang masa bodoh.

Hampir dua bulan menjadi roommate tidak membuat mereka berdua dekat, Haechan juga tidak mau mengakrabkan diri. Dia cuma ingin menyelesaikan masa sekolahnya cepat-cepat dan pergi dari negara ini, jauh meninggalkan orang tuanya. Tapi hingga suat ketika dirinya menemukan Lucas dengan muka lebam sehabis mandi pagi sangat mengejutkan. Lelaki itu masih tidur di kasurnya tanpa berniat bangun untuk bersiap ke kelas. Baru juga semalam muka Lucas masih mulus, kenapa pagi ini sudah biru dan merah saja. Walau akhirnya Haechan memilih tak bertanya, tidak ada untungnya bagi dia tahu.

Rupanya lebam-lebam itu tidak hanya sekali, minggu depannya pun muka Lucas kembali berwarna. Sebenarnya apa yang cowok itu lakukan? Mencari gara-gara dengan preman sampai tiap minggu harus berkelahi? Yang anehnya, ketika Lucas babak belur ada beberapa kakak kelas yang juga bernasib sama. Haechan bisa melihat ada bekas-bekas luka di wajah para mereka tiap senin pagi, bohong kalau tidak penasaran.

Malam itu dirinya terbangun akibat mimpi buruk, saat menoleh ke samping Haechan tidak menemukan Lucas sama sekali di ranjangnya. Pukul tiga pagi, anak kelas satu hilang begitu saja. Haechan berusaha tidak peduli, memilih membalikkan badan dan kembali tidur. Kali kedua, lima hari kemudian, ia terbangun karena haus tengah malam dan kembali sadar ranjang Lucas kosong. Misteri apa lagi ini? Perasaan semalam lelaki itu masih ada bahkan tidur duluan.

Sebenarnya bisa saja ia bertanya nanti pagi, toh mereka juga sekamar. Hanya saja Haechan dan Lucas tidak seakrab itu untuk berbasa-basi bertanya keberadaan satu sama lain. Keduanya akan melempar suara jika terganggu atau bergantian memakai kamar mandi. Haechan memilih untuk tidur, jika ketiga kalinya lelaki itu tidak ada di ranjangnya ia akan menunggu Lucas sampai kembali ke kamar.

/././.

Saat kali ketiga, Haechan kecolongan. Ketika terbangun dan menemukan ranjang Lucas kosong, dirinya sudah berniat untuk membuka mata hingga lelaki itu kembali. Tapi ia malah jatuh tertidur, lalu bangun mendengar siulan Lucas sehabis mandi dengan lebam yang bertambah banyak. Satu lagi yang Haechan sadari, lebam Lucas akan lebih parah seperti baru dipukul tiap dirinya menghilang. Jangan-jangan dia keluar tengah malam hanya untuk bertengkar, kurang kerjaan sekali. Walau tetap saja Haechan tidak akan tenang kalau rasa penasarannya belum tuntas.

Karena sudah hapal rutinitas Lucas yang menghilang tiap empat atau lima hari kemudian, Haechan telah memperkirakan hari ini. Ia pura-pura tidur bersamaan dengan Lucas yang berbaring, hening sekali sampai detak jantung terdengar di telinganya. Satu jam, dua jam, dirinya nyaris terlelap, kehilangan kontrol pada kesadaran yang harus dipertahankan. Haechan jadi ragu malam ini Lucas akan keluar.

Viridity - HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang