Bab 5: River In Flows You

18.4K 2.6K 292
                                    

"Dentingan piano yang indah saat dimainkan bersama"

Trigger Warning: anxiety


Ulang tahun Fakultas Ekonomi dan Bisnis hanya berbeda dua hari dari ulang tahun Renjun. Walau dirinya tidak pedulian, tapi ia selalu ingat perayaan tiap tahun fakultas tercinta karena setelah itu Yangyang dan Jeno bakal datang dan merayakan bersama. Kebetulan sekali tahun ini seremonial resminya tepat di tanggal 23 maret, ketika Renjun bertambah umur.

Hanya saja itu bukan jadi alasan Yangyang memaksanya menjadi bagian dari pengisi acara. Ide gila darimana lelaki beta itu datang dan memohon Renjun atas sesuatu yang sulit untuk dilakukan. "Aku akan mentraktirmu sebulan penuh jika kau mengiyakan permohonanku!"

"Tapi permohonanmu itu gila!" wajah memelas Yangyang berusaha Renjun tak gubris, keselamatan dirinya harus didahulukan terlebih dahulu. "Bagaimana bisa kau memaksaku memainkan piano dihadapan banyak orang? Kau lupa aku punya demam panggung!"

Entah apa yang ada di otak Yangyang memilih Renjun tampil sebagai pianist di seremoni dies natalies Fakultas. Iya, Renjun memang bisa bermain piano tapi tampil di hadapan orang banyak itu cerita lain.

"Pianist yang sudah kami tunjuk kecelakaan dan kurang dari dua minggu lagi acara dimulai. Semua orang menekanku untuk mendapatkan penggantinya, kau adalah satu-satunya orang yang kukenal bisa bermain piano. Aku sangat frustasi sekarang dengan tekanan ini!" Yangyang tidak menyembunyikan kegundahannya. Kaki beta itu tidak bisa berhenti bergerak, luar biasa panik hingga Renjun ikut ketakutan.

"Yangyang, bukan maksudku tidak membantumu..."

"Astaga! Kenapa mataku mendadak basah?"

Kalau begini, bagaimana bisa Renjun menolaknya?

/././.

Tidak tahu apa yang harus Renjun lakukan setelah berdiri di pintu aula fakultas, bahkan untuk membukanya saja ia tidak siap. Omega itu sangat yakin ada banyak makhluk di dalam yang menatapnya penuh keanehan sedangkan dirinya masih mempertanyakan keputusan mengiyakan permohonan Yangyang. Dasar lemah, baru dikasih tangisan sudah setuju tanpa berpikir resiko ke depan.

Renjun sudah akan berbalik dan kabur sebelum pintu aula terbuka yang menampilkan sosok Yangyang yang memasang wajah khawatir dan berubah berbinar setelah melihat sang sahabat ada di depan mata. "Datang juga kau rupanya!"

"Yangyang, aku..."

"Tidak ada waktu berbicara, Huang!" ia menarik tangan Renjun masuk ke dalam aula dengan kemarahan yang terasa dicengkeraman. "Aku hampir hilang akal kau tak berkabar."

Itu bukan salah Renjun sepenuhnya, ia juga sama hilang akal mengingat hari ini akan tampil dihadapan banyak orang. Yangyang sudah bilang dia harus menunjukan permainannya di depan panitia agar semua percaya pilihannya adalah yang terbaik. Kenapa Yangyang masih tidak paham jika Renjun merasa ingin mati ketika semua orang menatap ke arahnya.

"Hai Renjun!" Jaemin melambaikan tangan, menunjukan eksistensi dirinya kepada si omega. Setidaknya ada orang lain yang Renjun kenal selain Yangyang di sini. "Kupikir Yangyang salah menyebut nama."

"Hai Jaemin..." balasnya tersenyum kaku. "Kau benar, Yangyang melakukan kesalahan memilihku."

"Eh... bukan itu maksudku!" Jaemin berseru panik, paham jika dirinya baru saja menyebabkan kesalahpahaman. "Aku hanya tidak percaya si pemalu Huang Renjun setuju untuk naik ke atas panggung."

"Anggap saja aku sedang gila," jawab Renjun pasrah. Yangyang disampingnya tersenyum bangga, sebuah prestasi bisa memaksa si pemalu itu untuk menunjukkan bakat terpedamnya.

Viridity - HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang