Bab 16: Waktu itu Seperti Sungai

9.6K 1.4K 90
                                    

"Jangan disia-siakan,

Kesempatan hanya datang sekali"


Sibuk, sibuk, sibuk.

Satu kata yang diulang hingga tiga kali telah menjelaskan keadaan lee Haechan sepanjang bulan ini. Program kerja terbesarnya sebentar lagi akan diadakan, menjadi pertanda akhir dari kepengurusannya setahun belakangan. Semua menjadi tegang hari demi hari menuju festival musik kampus terakhir sebelum libur musim panas datang. Walau pun namanya tercatat hanya sebagai 'penanggung jawab', Haechan selalu berada di tiap rapat dan persiapan. Anggap lah menebus kesalahan di hari-hari kemarin yang membuatnya tidak fokus seratus persen di sini.

Renjun sudah paham situasi ini, yang sejak awal telah dijelaskan Haechan di malam mereka bertemu kembali. Alpha itu sampai tak berani berjanji akan memberi waktunya untuk Renjun, meminta sang kekasih bertahan hingga tiga minggu ke depan. Jika boleh jujur, ia sedikit keberatan waktu miliknya harus dibagi. Tapi setelah perayaan ini, Haechan akan bebas dan mereka tak perlu khawatir lagi.

Hanya saja, ada satu hal yang membuat omega itu merasa gemas pada Haechan ditengah kesibukannya yang menyekik leher. Terlalu sering melupakan kesehatan diri sendiri ketika fokus pada kerjaan. Padahal jika jatuh sakit nanti, malah rencana yang dibuat bisa berantakan.

Ia mengetahui fakta ini setelah Yangyang menariknya untuk makan siang bersama. Menjadi bagian dari panitia event, Yangyang tak jauh beda sibuknya hingga membuat Renjun makin merasa kesepian. Semua orang sibuk, sedangkan ia setiap selesai kelas langsung pulang dan tidur. Yiyang dan Jeno pun tak jauh beda, membosankan.

"Akhirnya aku bisa bernafas barang sebentar," keluh Yangyang dengan senyum merekah melihat makanan dihadapannya. "Kapan, sih kita terakhir makan bersama? Aku sampai lupa."

Renjun menghentikan suapannya pada sup hangat yang mereka berdua pesan, menatap Yangyang bingung. "Apa benar-benar tidak ada waktu?"

"Sebenarnya ada, tapi tidak sebanyak hari ini. Di divisiku."

Gigitan bibir tak tertahan, omongan Yangyang mengingatkannya seseorang yang dari semalam belum membalas pesan sama sekali. Entah jatuh tertidur atau tak punya kesempatan melirik sebentar ke aplikasi pesan. "Apa Haechan hari ini juga lenggang?"

Yangyang terlihat mengingat-ngingat informasi yang mungkin bisa menjawab pertanyaan Renjun. Mulai dari isi pesan di grup kepanitiaan atau keberadaan lelaki itu di aula utama sebelum dirinya meluncur ke kantin. "Tadi aku melihatnya di aula besar, ngobrol dengan anak perlengkapan. Tapi tidak tahu jika masih ada yang dikerjakan atau tidak. Karena kita membahas Haechan, aku menyadari jika pria itu adalah definisi sempurna workaholic. Tak bisa diam!"

Kekhawatiran menghampiri Renjun, menduga Haechan pasti belum menyuapkan makanan ke dalam perutnya sejak kemarin. Mengingat betapa buruknya kebiasaan Haechan melupakan makan jika fokus pada satu hal. Ia harus mendatangi lelaki itu, memaksanya makan hingga habis. Mencegah dari jatuh sakit tak peduli sekuat apa fisik seorang alpha.

/././.

Membawa seplastik berisi makanan, untuk pertama kalinya Renjun datang ke aula utama kampus hanya demi menemui Lee Haechan. Sejak awal masuk kampus ia tak pernah tertarik pada segala aktivitas organisasi, terlalu ramai dengan alpha dimana-mana. Tapi kedatangannya kemari adalah memaksa Haechan agar makan, mengingat lelaki itu tak akan mengintip ponsel jika sedang sibuk.

Suasana di dalam lumayan ramai, beberapa orang Renjun kenali wajahnya karena sejurusan, beberapa dikenali karena sering bertemu di gedung perkuliahan atau kantin fakultas. Jadi bisa disimpulkan kebanyakan dari mereka adalah anak Ekonomi dan Bisnis, Renjun tak perlu khawatir. Walau begitu keraguan mendadak datang, tak berani masuk dan bertanya dimana Haechan berada. Renjun masih bertahan di luar ruangan, berdiri di dekat pintu besar seakan berharap Haechan keluar dengan sendirinya.

Viridity - HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang