BAB 14: Pulang

9.4K 1.5K 158
                                    

"Bertahanlah walau sebentar"


"Aku tidak ingin kau pergi!"

Renjun masih berusaha menahan Haechan sembari menunggu taksi daring di depan pagar. Kedua tangan omega itu menahan erat lengan kiri Haechan, berharap lelaki itu mau menetap dan bersabar. Dia sudah berkali-kali menawarkan untuk berbicara dengan papanya agar setidaknya sang mate bisa menginap di kamar tamu. Tapi Haechan lah yang menolak duluan, ia jelas paham usiran itu sangat serius dan menerimanya dengan tangan terbuka.

"Hanya semalam, janji besok pagi aku akan kembali." Bujuk Haechan, mengusap mata si manis yang telah basah. "Nanti malam akan ku telepon, menemanimu agar bisa tidur."

"Papa keterlaluan! Tidak mau mendengar penjelasan kita."

Haechan menarik Renjun dalam pelukannya, mengelus kepala lelaki itu agar bisa mengontrol emosinya yang mulai naik. "Tindakan papamu sangat wajar, Renjun. Siapa orangtua yang tidak terkejut jika melihat anaknya dalam situasi yang sulit. Aku pun akan bertindak hal yang serupa."

"Aku tetap akan bicara dengan papa malam ini!" ucapnya dengan keras kepala. Haechan sampai tak tahu harus melakukan apa pada keteguhan yang ditanam Renjun dalam hatinya.

Di ujung jalan, mobil taksi mulai terlihat dan berjalan ke arah mereka. Mau tak mau Haechan dan Renjun harus melepaskan pelukan, untuk kali ini mereka harus berpisah barang sebentar. "Akan ku telepon jika sampai motel."

"Hati-hati."

Dengan berat, Renjun membiarkan lelaki itu masuk ke dalam taksi dan pergi menjauh darinya. Ia masih berdiri di pinggir jalan, tak peduli mobil tersebut telah menghilang dari pandangan. Rasanya masih sulit menerima situasi yang terjadi, dan berulang untuk kedua kalinya karena permasalahan yang sama.

Ketika Renjun berbalik, mamanya berdiri di sana entah sejak kapan, wajah tua beliau terlihat sedih tanpa dibuat-buat. Dengan tegar beliau merentangkan tangan, menerima putranya untuk bersembunyi dalam pelukan kasih seorang ibu. Dan Renjun pun melakukannya tanpa ragu, berlari menuju tempat terhangat pada sosok yang tak akan pernah berhenti mencintainya barang sedetik.

"Mama... aku cinta Haechan. Tolong jangan pisahkan kami."

/././.

Motel sederhana yang dipesan mendadak oleh Haechan terasa lebih baik dari sikap dingin papa Renjun. Keputusan yang tepat dengan menghindar terlebih dahulu, orangtua kekasihnya masih dalam fase terkejut. Semoga besok pagi mereka mau mendengarkannya. 

Haechan meletakkan tas ransel ke meja dan mengistirahatkan tubuh lelahnya pada kasur bersprei putih itu. Sebelum jatuh tertidur, seperti yang dijanjikan ia mengirim pesan jika sudah sampai dengan selamat lalu pada Renjun. Lengan kanan Haechan menutup kedua matanya, berusaha menyamankan diri walau isi otak berkelana. Ia juga membuat strategi agar papa Renjun tidak memberikan silent treatment seperti tadi. 

Ia sudah terbiasa menghadapi sifat keras ayahnya, tinggal balas teriak sudah cukup untuk memulai pertikaian. Tapi memilih diam seperti yang tuan Huang lakukan hanya menghasilkan kebingungan, apa yang harus dirinya lakukan?

Dering telepon memekakan telinga, merusak seluruh ide yang tersusun di dalam kepala. Haechan mengernyitkan dahi melihat nama Sunwoo dalam panggilan, sekarang jantungnya berdebar tak nyaman. Apa yang terjadi di kampus?

"Halo... kenapa Sunwoo? Ada masalah?"

"Hei... relax. Apa kau pikir aku menelpon hanya ketika masalah muncul?"

Haechan memilih duduk, kepalanya seakan berhenti berpikir jika terus berbaring. "Maaf, aku sedikit tegang."

"Hahaha... aku lupa kau bertemu dengan calon mertua. Jadi bagaimana? Mereka menyukaimu? Tapi kau selalu mudah disukai, tidak mungkin mereka menolak Lee Haechan."

Viridity - HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang