Bab 10: Janji

14.1K 1.9K 116
                                    

"Bola kaca sangat rentan untuk pecah

Tolong dijaga dengan baik"


Di hari yang sama, ketika malam telah bertahta, pasangan tersebut telah berbaring nyaman di atas kasur Renjun. Untuk pertama kali dalam hidupnya Haechan menyentuh area paling privasi di tempat ini, ranjang Huang Renjun yang ukurannya hanya cukup dua orang saja. Walau kecil tapi terasa hangat di atas sini, dengan tambahan lampu tidur yang bercahaya kuning redup.

Mereka saling berhadapan, menatap satu sama lain sembari meneliti tiap detail di wajah masing-masing. Debar jantung masih bertindak tak normal sehabis resmi menjadi pasangan kekasih, apalagi berada di satu ranjang yang sama untuk berbagi cerita yang tak pernah terucap.

"Apa aku orang pertama yang menginap?"

"Ya. Jeno tidak pernah menginap."

"Aku harus bangga karena bisa melampaui Jeno."

Renjun tertawa kecil, "jadi kau merasa tersaingi?"

"Tentu." Tanpa malu Haechan mengangguk. "Aku selalu iri dengannya tidak peduli kalian berdua hanya berkawan."

Renjun memeluk bantal guling yang menjadi pemisah diantara mereka berdua, menyamankan diri dalam posisi tidurnya. "Entah apa ini waktu yang tepat, tapi aku selalu penasaran sebab dari sikapmu di masa lalu."

Ada perasaan tak nyaman terkait pertanyaan itu, karena bagi Haechan segala cerita yang akan keluar malah membuka luka untuknya. Tapi tidak selamanya ia menyembunyikan ini dari Renjun, korban dari semua kisah buruk yang bahkan tak pernah lelaki omega itu ketahui.

"Ini kisah yang panjang." Haechan tidak berani menatap mata penuh binar itu, memilih mengubah posisi tidurnya menjadi menatap langit-langit sembari mengingat kisah mengerikan itu. "Aku lahir dari keluarga alpha  yang kaya dan punya ego sangat tinggi, membuat ibuku takut anak pertamanya nanti tak berstatus alpha. Bahkan sebelum aku lahir, tekanan itu telah ada. Alasan itu lah yang menyebabkan aku menjadi satu-satunya di rumah, ibuku takut anak kedua akan berstatus yang sama dengannya, seorang omega.

"Karena tanda-tanda alpha telah nampak sebelum berumur sepuluh tahun, aku menjadi kesayangan ayah. Kami begitu dekat hingga aku merasa ketergantungan atas kehadirannya." Haechan tersenyum, mengingat kenangan indah dirinya dengan sosok sang ayah. "Ia mengajariku banyak hal selayaknya seorang alpha. Berkelahi, berburu, menjadi seorang pemimpin, serta berego tinggi. Ia begitu bangga padaku.

"Lalu ketika resmi diriku menjadi alpha dan menginjak umur sebelas tahun, kisah indah itu berakhir menyeramkan. Ayah mendadak jarang pulang, membiarkan diriku bertanya-tanya dimana dirinya, atau lebih tepatnya rindu pada sosok yang selalu kujadikan panutan. Tapi ketika dia pulang, selalu saja terjadi pertengkaran dengan ibu. Awalnya hanya saling berteriak, lama-lama tangan mulai bertindak, bahkan tepat dihadapanku."

Tak bisa berbohong, Renjun jelas terkejut mengetahui sosok ayah yang dulunya sempat Haechan bangga-banggakan. Sebagai anak yang bahkan tidak pernah dibentak ayah sendiri, Renjun merasakan kepedihan itu.

"Bodohnya ibuku tetap bertahan, katanya memikirkan diriku jika mereka berpisah. Padahal keputusan paling tepat mereka bercerai, daripada melihatnya menangis tiap malam akibat tingkah tak beradab dari pasangannya sendiri." Ada kebencian di mata Haechan yang tak bisa ditutupi, mengakar hingga sekarang. Luka itu tak akan bisa terhapus bekasnya, mau sekuat apapun ia berusaha menghilangkannya.

"Lalu hari itu menjadi hari yang mengerikan untukku. Aku melihat ayah bercumbu dengan omega lelaki di kantornya."

Tubuh Renjun menegang, tidak menyangka kisah ini akan sangat rumit dan berliku sampai menyebut orang yang berasal dari kaumnya. Inilah alasan mengapa Haechan begitu membencinya di masa lampau. Sedangkan sang alpha membuang wajah, tak ingin menatap Renjun karena merasa malu. Melampiaskan amarah pada makhluk yang tak tahu apa-apa hanya karena kebetulan mempunyai gender yang sama.

Viridity - HYUCKRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang