Aqeela melipat mukenanya, kemudian gadis itu merebahkan tubuhnya di kasurnya yang empuk itu.
"Gimana caranya?" Ia merenungkan bagaimana nasib Rassya kedepannya. Masalahnya, jika Rassya sudah ketukar jiwa seperti tadi, Aqeela tidak bisa apa-apa.
"Kenapa?" Raja tiba-tiba berada di sebelah Aqeela dengan posisi yang sama. Aqeela lalu menghembuskan napasnya secara kasar, dan perlahan melirik Raja.
"Temen gue, jiwanya mulai ketuker sama salah satu makhluk halus yang selalu nempel di deketnya," Jawab Aqeela. Aqeela mengubah posisinya menjadi duduk. "Gimana ya caranya? Coba aja... Gue dari awal nerima permintaannya buat bantuin ngusir makhluk halus itu, gak akan gini."
Raja menatap sendu Aqeela. "Ya ini bukan salah lo juga. Mulai sekarang, lo fokusin aja temen lo itu. Masalah nyari pembunuh gue sama Lia belakangan aja."
Jujur Aqeela terharu. Bagaimana bisa seorang hantu mengerti perasaannya.
"Thanks," Balas Aqeela. "Lia mana?"
"Di luar tuh, lagi ngusir anak kecil yang mainin tanamannya,"
Tentang Lia, ia sangat senang dengan berbagai jenis tanaman. Sampai akhirnya, Aqeela membelikan beberapa jenis tanaman untuk Lia tanam.
Hidup Lia berarti selalu tenang. Kenapa dia bisa-bisanya dibunuh orang?
✨✨
"YANG BENER AJA PAK?! LARI SEPULUH KELILING?!" Sandrinna baru saja berteriak dengan teriakan khasnya itu. Yang lain pun mengeluh. "Kurang banyak!" Tambah Sandrinna kesal.
Setelah itu, Aqeela beserta teman sekelasnya melakukan perintah, berlari sepuluh keliling.
"Oh my ganteng sekali guru olahraga lo," Lia mengikuti berlari, ia tiba-tiba berada di sebelah Aqeela. "IHHH ITU KAN GURU YANG GUE BILANG GANTENG. INGET KAN LO?!"
Aqeela refleks menutup telinganya. Lia tuh kebiasaan, selalu berteriak tanpa aba-aba. Untung saja, yang bisa melihatnya hanya Aqeela seorang.
"Bentar, maksud lo Pak Raffa?" Tanya Aqeela kepada Lia. Lia menganggukkan kepalanya.
Masih ingat dengan Lia yang berbicara seolah-olah ada guru yang melihatnya? Lia yakin, pasti guru olahraganya Aqeela.
"Aqeeeeelaaaaaa," Ucap Rassya setengah berteriak, kemudian menyamakan barisan larinya dengan Aqeela. "Lo ngobrol sama hantu lo?"
"Anjir hantu lo katanya..." Sahut Lia kesal.
Aqeela mengangguk. "Lo sering sholat kan? Sering baca doa juga kan? Sering ngaji kan?"
Rassya menggeleng. "Gak sesering itu,"
"Itu manusia kenapa dah," Lia menggeleng-gelengkan kepalanya. Lia melirik kearah samping kanan dan kiri Rassya, tak ada makhluk halus sama sekali selain dirinya.
Aqeela juga mengikuti Lia. Aneh sekali, mengapa ketiga makhluk halus itu, sekarang tak pernah terlihat lagi?
Apa mungkin mereka ngerencanain sesuatu? Mana mungkin hantu bisa begitu. Rutuk Aqeela di dalam hatinya.
"Tumben mereka gak ada?" Tanya Aqeela kepada Rassya. "Jangan-jangan, lo pakai jimat lagi?!"
"Gak buset! Mungkin mereka udah bosen sama gue?" Balas Rassya yang bertanya balik itu. "Gak tau dah, capek gue. Tapi kata Nenek gue juga, jarang sih. Maksudnya mereka jarang ada di deket gue lagi."
Karena sambil mengobrol, mereka tak sadar sudah sepuluh keliling. Aqeela kemudian menepi dan meminum minumannya. Lia, Rassya, dan Sandrinna bergabung.
"Aneh," Ucap Aqeela. "Tunggu, Nenek lo bisa liat hantu? Terus kenapa lo malah minta tolong gue?"
Rassya mengusap keringetnya, kemudian meneguk minumannya. Baru setelah itu, ia menjawab pertanyaan lawan bicaranya.
"Kalau Nenek gue bisa, gue juga gak bakalan minta bantuan lo." Balas Rassya.
"Bukannya kekuatan Nenek lebih berkuasa daripada seumuran? Eh ngomong apa sih gue," Sandrinna tiba-tiba bergabung dalam percakapan.
"Tergantung."
××
Ehehehe maaf baru up.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Feelings
Teen FictionKatanya, feeling cewek selalu benar? Kita buktikan saja. Namanya adalah Aqeela Aza Calista. Seorang anak indigo yang memiliki feeling paling kuat. Seorang murid baru, bernama Rassya mengalami kesialan di hari pertama sekolahnya. Rassya penasaran. Me...