"Yang bener?" Tanya Aqeela. "Lo punya bukti, kalau mereka yang bunuh lo?"
Tiba-tiba Putri menariknya. Putri mengajak Aqeela menuju taman belakang sekolah. Okay, Aqeela sekarang akan bolos jam pelajaran terakhir.
Putri duduk di bangku taman itu. Lalu Putri mengeluarkan beberapa pisau dari saku celananya. "Pisau yang mereka pakai buat bunuh gue,"
Aqeela menelan ludahnya. Merasa takut, karena bisa-bisanya hantu menyimpan barang tajam ini.
"Tenang, gue gak akan bunuh lo," Putri mengerti apa yang dirasakan Aqeela. Lalu Aqeela hanya mengangguk sebagai jawaban.
Aqeela merasa gugup. Aqeela tak habis pikir. Apa iya? Kok.... Gue gak expect banget.
"Gue yakin banget, orang tua Rassya yang bunuh gue. Makanya, mungkin gue pengen banget jiwa dan raga Rassya? Sebagai pembalasan dendam? Entahlah."
"Pada tahun 2003, gue cuma anak SMA yang dateng ke Rumah Makan sana karena lapar. Gue kesana sambil bawa buku pelajaran, karena besoknya ulangan Bahasa Indonesia. Udah gitu, gue pesen makanan, dan gak lupa minumannya,"
"Tapi setelah gue makan, makanan itu rasanya aneh. Aneh banget. Gue ngerasa di racunin. Lalu gue muntah-muntah, gue muntah di kamar mandi. Terus udah gitu, gue balik lagi ke meja gue. Gue ngeliat ada anak kecil cowok, kayaknya sih itu Rassya. Pokoknya, anak itu nangis terus,"
"Karena gue ngerasa aneh sama makanannya, gue protes dong sama orang tuanya Rassya. Gue marah-marah sama mereka, sampai di denger orang-orang yang ada di Rumah Makan itu. Gue sengaja pakai kata-kata kasar, karena gue anaknya emang kasar,"
"Tetapi setelah itu, tiba-tiba ada gangguan listrik yang menyebabkan kebakaran di Rumah Makan itu. Gue panik? Pasti. Gue bener-bener panik, sampai gue ngerasa bersalah karena udah marah-marah sama orang tua Rassya."
"Orang tua Rassya, nyelametin Rassya terlebih dahulu. Rassya dititipin di depan Rumah Makan itu. Terus setelah itu, kalau gak salah, Kak Tristan sama Hasna tuh lagi pergi ke kamar mandi. Dan gak tau kalau ada kebakaran, nah udah gitu ya mereka kebakar.... Begitupun gue."
"Gue bener-bener ngerasain gimana perihnya waktu kebakar. Gue ngeliat sendiri, gimana kulit gue melepuh. Terus setelah itu, orang tua Rassya bawa pisau, dan nusukkin pisau itu tepat di dada gue."
"Sebenernya, gue gak mati pas kebakar. Orang tua Rassya gak kebakar, mereka masih hidup, tapi kayaknya mereka bunuh diri. Gue tuh mati pas ditikam pakai pisau. Gue yakin banget..... Terserah deh, lo mau percaya atau gak, itu hak lo,"
Tau bagaimana ekspresi Aqeela sepanjang Putri bercerita? Aqeela terkejut. Sangat terkejut.
"Kenapa lo bisa inget kejadian dimana detik-detik lo sebelum meninggal? Temen gue, Lia sama Raja gak inget tuh?" Pancing Aqeela. Ia sengaja memancing emosi Putri. Sejujurnya, ia tak percaya dengan apa yang Putri ucapkan.
Putri berdecak malas. "Terserah. Intinya gue udah cerita sejujur-jujurnya ke elo. Kalau lo mau percaya, ya bagus. Kalau gak percaya, bodo amat,"
"Berarti lo inget, dimana jasad lo?" Tanya Aqeela.
Putri menelan ludahnya. "Tapi... Lo jangan takut ya?"
"Kenapa?"
"Jasad gue ada di kamar mandi, setelah gue di tusuk pakai pisau sama orang tua Rassya, gue di masukin ke dalam air. Kan sekarang udah di renovasi, artinya jasad gue ada di kamar yang lo tempatin."
××
Malam minggu kemana nii
KAMU SEDANG MEMBACA
My Feelings
Fiksi RemajaKatanya, feeling cewek selalu benar? Kita buktikan saja. Namanya adalah Aqeela Aza Calista. Seorang anak indigo yang memiliki feeling paling kuat. Seorang murid baru, bernama Rassya mengalami kesialan di hari pertama sekolahnya. Rassya penasaran. Me...