Chapter 26: Taken

2K 313 46
                                    

Sudah dua hari Eunho tanpa ibunya.

Rasanya sepi seperti mau mati.

Tapi sekarang sedikit lebih mendingan karna ayahnya--Eunho salut sekali--meskipun lelah bukan main sehabis kerja, dia selalu mengajaknya main keluar supaya Eunho tidak bosan. Atau  berkunjung kerumah Ella untuk membuat kue. Ternyata benar kata teman-temannya, senyum tidak akan hilang dari wajah kita ketika bersama dengan orang yang kita sayangi. Dan yang dia maksud adalah ayahnya.

Sebenarnya didunia ini yang paling dia sayang adalah ibunya. Dia segalanya bagi Eunho, dan kadang bocah itu akan menangis dibawah selimut ketika keluar kamar dan ibunya masih bekerja. Pernah suatu ketika Rose terlalu lelah dan tidur di ruangtamu. Eunho kesana menyelimutinya dan melihat wajah ibunya terlihat sangat pucat. Setelah itu ayahnya. Kedua orangtuanya begitu berharga. Dan mengingat ibunya semakin membaik setelah ayahnya datang, Eunho menghela nafas lega.

Katakanlah dia dewasa sebelum waktunya. Dia belajar semua itu dari ibunya yang dikenal oleh masyarakat sebagai orang ramah dan baik hati.

Sebagai anak kelas satu yang punya kemampuan pintar di mata pelajaran matematika--bahasa Inggris sudah tidak perlu dihitung--dia menjadi murid paling mencolok diantara teman-temannya. Selain karna merupakan putra dari wanita yang mengharumkan nama Seoul lewat design-designnya yang mendunia dia juga punya tata krama yang baik.

Siang ini--di jam biasa--bel berbunyi yang menandakan kalau pelajaran menggambar sudah berakhir dan waktunya untuk pulang. Seperti teman-temannya yang lain, bocah Park juga mengemasi tasnya dan meninggalkan selembar kertas gambar diatas mejanya yang akan dia kumpulkan pada wali kelasnya.

Ini mungkin agak susah, tapi gurunya meminta kelasnya hari ini untuk menggambar dengan tema 'kebahagiaan'. Teman sebangkunya--Mino--menggambar truk es krim. Setelah ditanya, dia bilang tidak bisa hidup tanpa es krim.

Sementara Eunho? Dia mengosongkan kertas itu dan saat gurunya datang--

"Eunho-ah, kertasmu masih kosong."

Bocah Park tak sedikit banyak dari teman sekelasnya yang menertawainya. Tapi dia tidak ambil pusing.
"Benar, Bu."

"Kenapa? Kau tidak suka pelajaran seni?" Sang guru perempuan bertanya khawatir, tapi Eunho malah tersenyum dan mengambil gambarnya untuk diberikan.

"Bu guru bilang kita akan menggambar kebahagiaan kan?" Wanita itu mengangguk ragu. "Kebahagianku tidak bisa digambarkan, Bu. Sangat besar sampai kertas ini tidak akan muat."

Guru dengan nametag 'Park Jihyo' sukses tersenyum haru sambil mengulurkan tangan kanannya untuk mengelus rambut Eunho dengan pelan.
"Ibu tersentuh. Baiklah. Ibu akan mengambil untuk memeriksanya."

"Bu, apa yang mau diperiksa disitu? Park Eunho itu konyol. Bilang saja tidak bisa menggambar sekeren punyaku."

Eunho memilih tidak berkutik karna Injae memang terkenal suka mengolok. Lantas Jihyo menatapnya penuh peringatan.

"Injae-ah, kau tidak boleh begitu pada temanmu."

Bocah laki-laki itu memilih membuang wajah dan menggendong tas punggungnya dengan  tidak peduli.

"Baiklah anak-anak. Silahkan pulang ke rumah masing-masing. Tunggu orangtua kalian didepan dan yang mau naik bus sekolah silahkan tunggu dihalte."

"NDE!"

....

Eunho berjalan tenang-tenang saja. Menunduk menatap tanah menuju gerbang dan menunggu ayahnya. Tapi nyaris terjatuh kala Injae muncul dan menabrak punggungnya dari belakang.

Still With You [2020]END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang