(warning for some typos
and grammatical error :)
Enjoy 😉Pada malam itu, tepatnya jam 9 malam, Seulgi sibuk sendiri di dapur. Dia berusaha memasak 3 jenis makanan yang sebelumnya dibantu oleh pembantu mereka. Pembantunya hanya membantu mempersiapkan bahan makanan dan selebihnya Seulgi yang mengerjakan. Hari ini Jungkook pulang ke rumah setelah sekian lama bekerja full time di luar kota. Niatnya saat ini yaitu ingin menyambut Jungkook dengan masakannya.
Seulgi tersentak kaget karena tiba-tiba seseorang memeluknya dari belakang. Sepersekian detik ia menyadari dan segaris senyum tergambar di wajahnya namun segera ia mengulum senyum agar tidak ketahuan. "Selamat malam sayang." Kalimat pembuka itu mendengung jelas di telinganya walaupun hanya sebuah bisikan semata. Dia rindu suara indah nan lembut itu.
"Hey kamu kenapa diam?" Jungkook jadi penasaran. Mengapa Seulgi mengacuhkannya? Padahal hari ini dia langsung pulang meski harus menempuh waktu yang cukup panjang. Seharusnya Seulgi menghargainya!
"Yang sabar dong, aku lagi masak buat kamu makan. I'm almost done, Jungkook. Mind to wait me a little bit more?" Kata Seulgi sembari memyibukkan diri.
"Okay I'm waiting.." suara Jungkook semakin merendah. Jungkook tahu betul Seulgi menyukainya jadi dia sengaja merubah intonasinya. Juga dirinya tahu kalau anak mereka sudah tertidur pulas dikamar dan Jungkook sadar dirumah ini ada babysitter. Dia menyimpulkan kalau apa yang dilakukannya saat ini sudah benar. He's wanted Seulgi to hear his own voice, not for everyone in this house.
"Boleh lepas dulu? Aku jadi susah gerak."
"Hmm that's nono, sweetheart."
Jungkook benar-benar tidak melepaskan pelukannya. Untunglah Seulgi tidak lagi bergerak kesana kemari karena ia tinggal mengatur makanan di meja. Jungkook jadi nyaman memeluk Seulgi.
Hangatnya pelukan Jungkook begitu terasa. Seulgi sangat merindukan pelukan Jungkook. Ah, tidak lupa juga dengan kebiasaan Jungkook yang suka mengecup puncak kepalanya. Sungguh, Seulgi sangat menyukainya!
"Hmm bau asem! Kamu belum mandi dari sore?"
"Biar asem tapi tetap nyaman ya peluk aku?"
"Hehe, namanya juga kagen.." Jungkook jadi gemas yang akhinya mengecup bibir Seulgi singkat. Astaga, istrinya tidak lama lagi berkepala tiga tapi masih bisa selucu ini? Jungkook sama sekali tidak menyangka kegemasan Seulgi masih terlihat hingga saat ini. Dan yang lebih membuatnya senang adalah hal itu hanya terlihat disaat mereka berdua saja. Jelaslah Jungkook merasa spesial! Jungkook senang melihat Seulgi yang lebih terbuka dengan perasaannya. Setelah kejadian mereka hampir bercerai itu, Seulgi perlahan mulai terus terang pada Jungkook. Apalagi waktu itu Seulgi masih hamil.
Keterbukaan itu akhirnya dibawa sampai saat ini.
"Nanti selesai makan aku mandi ya?"
"Iya kamu jangan lama-lama mandi."
"Kamu mandi lagi gih."
Permintaan Jungkook membuat Seulgi bingung. "Maksudnya?"
"Mandi barengㅡ AW!" Cubitan dari Seulgi mendarat di pinggang Jungkook. "Okay. Aku lusa berangkat ke Jepang ada jadwal disana. Kamu ikut ya? Sekalian kita bulan madu disana. I have 3 days off."
"Sure!" Waktu Seulgi yang semakin fleksibel membuat dia bisa melakukan apapun sesukanya. Seulgi telah resign dari kantor sebelum dia menambah jatah cuti hamil. Membuatnya lebih sering dirumah dan menjaga anak.
Seulgi melihat dengan jelas mata berbinar Jungkook. "Let's make a baby there, Seulgi!"
"YA!"
***
Jungkook keluar dari kamar mandi dengan handuk putih terlilit dari pinggang hingga mata kaki. Seulgi melihatnya tanpa berkedip. "I know that I am so sexy with this kind of stuff." Astaga, Seulgi rasanya ingin keluar dan tidur dikamar anaknya saja. Dia malas mendengar Jungkook yang mulai ketinggian walaupun dalam hati ia mengiyakan.
"You know, aku jadi ingat hari dimana aku pertama kali melihatmu seperti itu." Seulgi tidak menyadari jika pernyataan itu begitu sensitif untuk Jungkook sekarang. Dia langsung mendekati Seulgi yang merapikan buku dekat tempat tidur. Mengunci tubuh Seulgi dengan tubuhnya. "Aku ingin kamu jujur. Apa yang kamu rasakan saat itu?"
"Imma woman, you definitely know what did I feel and its normal, isn't it?"
This is my time.
Jungkook perlahan mendekatkan wajahnya dan keduanya mulai bercumbu. It's been a long time, he said.
Tangan itu dengan nakalnya menjelajah tubuh yang tidak ditutupi sehelai kain dan mulai turun kebawah.
Jungkook pun tidak ingin kalah. Kecupannya dari bibir hingga leher. Dia perlahan mulai meraba-raba badan Seulgi dan mulai melepaskan baju yang dipakainya.
"Astaga!"
Pekik Seulgi kaget sementara Jungkook cengo dengan nafas naik turun. Bingung kenapa Seulgi bisa begini. Apakah dia salah?
Dengan sedikit tergesa Seulgi merapikan bajunya. "Kamu dengar itu? Minguk menangis di kamarnya!" Butuh waktu bagi Jungkook untuk memproses ucapan Seulgi itu. Dia tersadar setelah Seulgi tidak terlihat dari jangkauannya dan mendengar tangisan bayi yang semakin kentara.
Apakah memiliki anak di umur pernikahan yang masih muda adalah sebuah kesalahan? Anak memang adalah pelengkap sebuah keluarga, tapi mengapa ia seperti dibatasi dalam kerluarga setelah memiliki anak? Setelah Minguk hadir diantara mereka, Jungkook tertampar kenyataan bahwa dia tidak bisa berbuat banyak pada Seulgi karena prioritasnya yang sudah terbagi. Apalagi kerjaan dia yang menuntut waktunya diambil dan berakhir jarang punya waktu berdua lagi.
Bagaimana pemikiran itu bisa muncul dibenaknya tanpa permisi? Ini gila!
***
Bonus Chapter
Thank you !Jungkook oh Jungkook 🤭
Semoga suka bagian ini. Maaf kalo amburadul soalnya langsung up heheheh
02032021 - Rie for Cloudies ☁️
KAMU SEDANG MEMBACA
Iwis
Fanfiction[completed] Semuanya berawal dari Seulgi yang berniat ingin bebas dari segala yang diatur oleh keluarganya, dan Jungkook yang didesak untuk berkeluarga. Bagaimana kisah mereka? Iwis means certainly For dearest kalliopius, cloudies ☁️ Impressive top...