❝I know I don't deserve you.❞
Ia selalu ada ketika kamu menatap langit di kontelasi Leo tepat di bintang yang paling terang.
⌗ Regulus Black x OC
Marauders' era
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
REGULUS cakap sekali dalam berlagak kalem. Seperti biasa ia berperilaku seolah menyelipkan rambutku itu tidak pernah dilakukannya. Kami berinteraksi secara normal sampai saat ini.
Satu setengah bulan sudah berlalu dan aku dapat mengulangi sikap Regulus saat itu di kepalaku dengan jelas. Apakah aku takut pada Regulus? Tapi debarannya berbeda seperti saat aku berada di tempat tinggi.
Yang paling aku ingat adalah aksen Perancisnya saat menyebut namaku. Begitu natural. Ia hampir mengingatkanku pada Josue saat memanggil namaku dengan lembut. Kalau saja Avery tidak menginterupsi.
Aku ini mengapa? Regulus Black hanya tidak ingin ramuan kami gagal. Setidaknya itu kata akalku. Hatiku berprasangka lain. Lebih baik kulupakan. Lagipula itu sudah berlalu cukup lama.
"Fleur melamun lagi," Eunice mengguncangku.
Aku tersadar telah memberi makan Winnie terlalu banyak berkat Eunice membangunkanku.
"Sejak hari Valentine kau menjadi seperti ini," jujur Agustine. Ia menyusun puzzle barunya. "Apa cokelat Bertram Aubrey membuatmu sakit perut?"
"Bukan itu," aku tertawa diikuti oleh Eunice.
Aku dan Bertram Aubrey sering berbalas senyum di lorong. Kami masih canggung tentunya. Tapi ia baik. Terkadang saat perpustakaan sedang sepi, ia memberiku tips apa saja yang perlu disiapkan sebelum O.W.L. padahal aku tidak bertanya.
"Bulan depan pertandingan terakhir quidditch. Gryffindor dan Slytherin," ucap Agustine.
"James akan melawan Regulus, Fleur!" Seru Eunice. "Siapa yang kau dukung?"