BAB 15

17 3 0
                                    

Happy Reading
.
.
.

Setelah kejadian di sore hari kemarin,kini Ilmira semakin malu jika bertemu dengan Dinra,bahkan ia selalu menghindar apabila tidak sengaja berpapasan dengan Dinra.

Ia juga belum mengerti dengan ucapan Dinra kemarin.Ia hanya takut kalau misalnya ia salah dengar.Ilmira juga belum menceritakan masalah ini pada orang-orang terdekat nya.

Belum lagi masalah tersebar isi dari diary nya selesai,kini di tambah lagi dengan masalah akan ucapan ambigu dari Dinra.

Sartika yang merupakan sahabat dari Ilmira tentu saja merasa heran dengan perubahan sikap dari Ilmira,tapi ia berfikir mungkin kemurungan Ilmira ini di sebabkan karena kejadian tentang diary itu.

Tak terasa waktu 8 jam di sekolah kini saatnya untuk pulang.Seperti biasa Ilmira selalu menunggu hingga sekolah benar-benar sepi untuk menghindari tatapan-tatapan sinis dari si kapten futsal itu.

Sartika juga selalu pulang terlambat karena menemani Ilmira,tapi tetap saja mereka tidak pulang bersama karena Sartika yang langsung pulang kerumahnya sedangkan Ilmira harus ke cafe Sinta untuk bekerja.

Sesampainya Ilmira di cafe ia kemudian berganti pakaian dan mulai bekerja.Tidak ada rasa malu dalam dirinya,justru ia bangga karena di umurnya yang masih terbilang muda sudah bisa menghasilkan uang sendiri.

Saat bekerja pun Ilmira sering kali melamun,dan itu semua selalu di perhatikan oleh Sinta.

Seperti sekarang karena pengunjung sudah tidk terlalu ramai ia memilih duduk di dekat jendela sambil menatap jalan raya.

Ilmira tidak menyadari kehadiran Sinta yang telah duduk di depannya sehingga membuat ia tersentak kaget saat Sinta menyapanya.

"Ilmi"

"Ehh apa Mbak?" ucap Ilmira sambil menghadap ke Sinta

"Mbak perhatikan dari kemarin kamu selalu melamun,kamu banyak pikiran?coba kamu cerita sama Mbak,kamu kenapa hm? " ucap Sinta

"Emm gak ada Mbak,Ilmi baik-baik aja kok.Cuma gitu kadang kepikiran Ibu hehe" ucap Ilmira sambil tertawa sumbang

"Ilmi,Mbak kenal kamu bukan cuma sehari tapi udah lama.Coba cerita kamu ada masalah sama sekolah kamu?"

Ilmira menghembuskan nafasnya kasar,apa sebaiknya menceritakan saja kepada Sinta agar bebannya sedikit terangkat.

"Bukan masalah sekolah Mbak,ta-tapi masalah permintaan terakhir Ibu" ucap Ilmira dengan lirih,ia bahkan tidak menatap Sinta saat berucap

"Permintaan Ibu? Coba kamu jelasin baik-baik Ilmi" tanya Sinta karena sebetulnya ia tidak paham dengan apa yang di ucapakan Ilmira

"J-jadi kemarin Ilmi gak sengaja ketemu kak Dinra di jalan karena ban sepeda Ilmi kempes" Ilmira kemudian menghembuskan nafasnya,baiklah mungkin sebaiknya ia menceritakan semunya pada Sinta.

"Terus  kak Dinra ngantar Ilmi kesini,tapi Dinra ngucapin sesuatu yang bikin Ilmi bingung Mbak" ucap Ilmira sambil mengerang frustasi

"Dinra ngomong apa?"

"K-ak Dinra nanya sama Ilmira,katanya permintaan Ibu masih berlaku atau enggak.Kalau masih katanya dia mau,cuma Ilmira gak paham dari maksud perkataan kak Dinra" ucap Imira dengan lirih

KoriahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang