BAB 12

14 3 0
                                    

Happy Reading
.
.
.
.

Sudah seminggu Intan berada di Rumah Sakit,begitupun dengan Ilmira.Bahkan ia sering membolos jika mendapat kabar Ibunya semakin drop.Selama seminggu ini juga Intan tak memunculkan tanda-tanda kesembuhan melainkan makin hari penyakitnya makin parah.

Selama seminggu ini juga,Ilmira tidak pernah melihat keberadaan Dinra.Intan dan Ilmira sudah mengetahui dengan penolakan Dinra mengenai permintaan Intan yang ingin menikahkan Dinra dengan Ilmira.

Semenjak itu juga keadaan Intan makin menurun.Ilmira bahkan sudah pesimis jika Ibunya tidak akan bertahan lebih lama lagi.

Berbeda dengan Dinra yang tak pernah terlihat.Dinda Ibu Dinra hampir setiap hari menyempatkan diri untuk datang menjenguk Intan dan setiap hari juga ia membawakan Ilmira makanan.

Hari ini Ilmira dipaksa oleh Intan untuk ke sekolah,awalnya ia tidak mau tapi Intan memperingatkan bahwa ia tidak akan makan jika Ilmira tidak kesekolah,jadilah Ilmira hanya pasrah.

Ilmira mengayuh sepedanya tidak terlalu kencang.Ia menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.Sesekali ia tersenyum,lebih tepatnya berusaha untuk tersenyum.

Tak berselang lama tibahlah ia di depan gerbang SMA Sirda Muda.Sekolah yang dulu tidak masuk dalam list sekolah pilihannya,kini ia sangat bersyukur bisa di terima disini.

Ilmira berjalan di koridor yang masih terlihat sangat sepi.Ilmira tidak berjalan menuju kelasnya melainkan ia berjalan menuju rooftop untuk pertama kalinya ia naik di sini.Karena setahunya yang sering nongkrong di sini anak kelas XII.Ilmira berdiri tepat di pembatas rooftop ia memejamkan matanya sambil menikmati similir angin.Setelah merasa puas dan mulai kedinginan karena memang cuaca yang lagi mendung akhirnya ia memilih duduk di kursi kayu yang ada disana.

Tak terasa setitik demi setitik hujan pun turun,namun Ilmira masih enggan untuk sekedar berteduh.Ia hanya membiarkan hujan menerpah wajahnya berharap hujan dapat kesejukan di kepalanya yang terasa mamanas,karena banyaknya masalah yang tertampung dalam kepala yang tertutup hijab itu.

Setetes air hujan itu kini akhirnya menjadi deraian yang membuat Ilmira segera beranjak.Di koridor sudah banyak siswa siswi yang berjalan menuju kelas masing-masing.

Di sepanjang perjalanan menuju lantai 1 banyak sekali kakak kelas nya yang memandangnya aneh.Saat menuruni tangga dengan terburu-buru membuat Ilmira tidak sengaja menabrak seseorang

"Ma-af kak" ucap Ilmira sambil menunduk.Ia hanya melihat sepatu dan celana orang yang di tabrakannya.

"Kalau ngomong sama orang,jangan nunduk" Ilmira yang masih menunduk kini membulatkan kedua matanya saat mendengar suara berat nan serak itu,suaranya seperti tidak asing.Ilmira perlahan-lahan mulai mendongak dan terlihatlah wajah orang itu.

Ilmira semakin terkejut ternyata dia Dinra,yang kini tengah menatapnya dengan tudung hoodie warna maroon yang kini melekat sempurna di kepalanya.

Keduanya hanya terdiam,sampai Ilmira memilih melanjutkan jalannya.

"Tunggu" Ilmira kembali berhenti saat baru melangkah menuruni 2 anak tangga.Kemudian ia berbalik dan menatap Dinra

"Ibu lo gimana?" tanya Dinra dengan sangat pelan.Sedangkan Ilmira mengerutkan keningnya tanda tak mengerti.

"Gi-mana apanya kak" tanya Ilmira

"Keadaannya"

"Ohh keadaan Ibu,aduh kak pernyataan nya itu doang kok paham nya sejam,makanya kak kalau mau nanya itu di perjelas supaya orang yang di tanya pa-"

KoriahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang