BAB 2

45 7 0
                                    

Bel tanda berakhirnya semua mata pelajaran telah berbunyi sejak 1 menit yang lalu.Akan tetapi sepertinya Dinra masih betah berlama-lama didalam kelasnya itu.Yang kini hanya tinggal dia dan kedua sahabatnya Nofal Dan Arsyad.Alasannya ia hanya ingin keluar kelas,tanpa perlu berdesakan.

"Bro gua pulang duluan ya,ini Mama gue suruh balik cepat"Nofal langsung berpamitan,setelah mengangkat telpon dari mamanya

"Hmm"

Setelah kepergian Nofal,Dinra pun mulai beranjak dari duduknya.Arsyad yang melihat itu pun ikut beranjak dan meninggalkan kelas.

"Bro,jadikan kita ke kafe?"

"..."

"Bro"

"..."

"Dinra jadi gak nih?"ucap Arsyad

"Sabar,harus sabar Arsyad.Orang sabar jodohnya cantik"ia berkata seperti itu bermaksud menggoda temannya yang kelewatan dingin.Bahkan sekarang ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun.Kadang Arsyad juga kesal,melihat kelakuan Dinra yang terlalu cuek.

*****

Sartika dan Ilmira berjalan beriringan menuju tempat parkir.Walaupun sebenarnya Sartika tidak mempunyai kendaraan di sana.Ia hanya ingin menemani temannya itu.Segala penolakan sudah Ilmira lakukan tetapi,Sartika tetaplah Sartika yang keras kepala.

Setelah mengambil sepeda Ilmira,kemudian mereka kembali berjalan beriringan keluar gerbang.Di sana sudah terlihat supir yang selalu mengantar jemput Sartika.

"Imi,kamu mau ya besok aku jemput"

"Udah gak usah,aku bisa pergi sendiri"

"Ok deh,aku pulang dulu.Bye"

Setelah kepergian Sartika,Ilmira pun pergi.
Seperti biasanya ia akan pergi ke kafe untuk bekerja paruh waktu.Ia mengambil jam 3 sampai jam 7 malam.

*****

Setelah sampai,dia langsung mengganti bajunya dengan baju khusus pelayan.Ilmira sangat di senangi oleh karyawan lain,karena sifatnya yang pendiam tetapi,terkesan sopan dan murah senyum.

"Ilmi,kamu angkat ini ke meja yang nomor 11 ya"pinta Sinta,salah satu karyawan di kafe itu.

"Ohh iya Mbak"
Ilmira pun mengambil pesanan itu,dan kemudian melangkah ke meja tersebut.Setelah sampai ia langsung meletakkan pesanan orang tersebut di atas meja dengan rapi.

Tepat pada saat Ilmira mengangkat kepalanya,matanya langsung terbelalak melihat seseorang yang duduk di meja itu,ya dia adalah Dinra Fernad Saputra,yang kini tengah menatap Ilmira dengan tajam,menggunakan kedua mata sipit nya.

*****

Satelah terjadi perdebatan singkat antara Dinra dan Arsyad,yang kemudian di menangkan oleh Arsyad,walaupun Arsyad tau sebenarnya Dinra peluang besar untuk memenangkan perdebatan tadi,tetapi karena Dinra yang terlalu malas mengeluarkan kata-kata.

Karena perdebatan dimenangkan oleh Arsyad ia memiliki kesempatan untuk meminta kepada Dinra untuk mentraktir nya.

Setelah sampai di kafe,Arsyad langsung memesan makanan,yang banyak ralat sangat banyak malah.Dinra hanya membiarkan saja itung-itung sedekah.Sedangkan Dinra sendiri hanya memesan capuccino.Tak selang lama,dua pelayan yang datang mengantarkan pesanan milik Arsyad.Setelah,kedua pelayan itu pergi,barulah ada pelayan yang mengantarkan pesanan Dinra.

Entahlah,tiba-tiba saja Dinra menunduk,dan melihat pelayan itu.Dan matanya menangkap sosok yang tadi ia lihat di koridor lapangan futsal.Kedua mata hazel itu juga tengah menatapnya tetapi dengan mimik wajah terkejut.Berbeda dengan Dinra yang tetap menampilkan mimik wajah datar dengan sorot mata tajam.

KoriahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang