BAB 13

37 3 0
                                    

Happy reading
.
.
.

Hari pemakaman Intan nampak ramai karena banyaknya tetangga yang pergi untuk melayat sampai mengantar intan ke tempat peng-istirahatan terakhirnya.

Ilmira masih di lingkupi kesedihan yang mendalam,sampai rasanya ia merasa putus asa dengan kehidupan nya.

Dinda yang selalu berada di samping Ilmira pun merasakan kesedihan yang mendalam,setiap kali ia mendengar Ilmira menangis ia juga ikut menitihkan air matanya.

Sedangkan Sartika tetap berada di samping mamanya.Sama seperti Ilmira ia merasakan kesedihan yang mendalam,karena Intan sudah ia anggap sebagai Ibunya sendiri.

Dinra dan kedua sahabatnya berada tepat di depan Ilmira dan Dinda.Sedari tadi Dinra menatap Ilmira yang masih menangis,hingga puncaknya pada saat mayat Intan di timbun tanah hingga tidak dapat lagi di lihat.

Setelah semua rangkaian dan doa telah di panjatkan,kini sebagain orang memilih untuk pulang.Dan sekarang hanya tinggal Ilmira,Dinra,Dinda,Fernad,Galih,Sartika,Felania,Arsyad,Nofal dan Sinta.

Semuanya duduk mengelilingi makan Intan dengan Ilmira yang memeluk papan yang bertuliskan nama Intan.Sudah dari tadi Dinda mengajak Ilmira pulang tetapi tetap saja ia tidak mau.

Tangisan Ilmira kian mereda,ia perlahan tersenyum
"Padahal Ibu dulu pernah hiks janji,gak bakalan tinggalin Ilmi sebelum ketemu sama ayah hiks,tapi Allah berkata lain"ucap Ilmira dengan sesegukan.

"Seperti yang Ilmi bilang,Ilmi gak bakalan benci sama ayah seperti yang ibu minta,dan Ilmi janji bakal ketemu sama ayah"

"Semoga Ibu tenang di sana,dan ingat tunggu Ilmi kalau perlu Ibu simpan tempat buat Ilmi di syurga nya Allah" ucap Ilmira sambil tersenyum

"Ibu,Ilmi pamit ya assalamualaikum" setelah mengatakan itu Ilmira beranjak,kemudian diikuti oleh Dinda,Dinra dan seterusnya.

*****

Seminggu setelah kepergian Intan semua kembali berjalan normal,perlahan mengubur rasa sakit itulah yang di lakukan Ilmira.Ia tetap memilih tetap tinggal di rumahnya,bahkan Sinta pernah meminta Ilmira untuk tinggal bersama nya tetapi selalu di tolak Ilmira.Begitupun dengan Felania yang sudah berkali-kali meminta Ilmira untuk tinggal bersama tetapi tetap sama,Ilmira tidak mau.Jadilah sesekali Sartika bermalam di rumah Ilmira.

Ilmira juga tetap melakukan aktivitasnya secara normal bersekolah sambil bekerja paruh waktu di cafe milik Sinta

Ilmira mulai merebahkan badannya di kasur yang selalu di tiduri oleh Intan.Tidak ada rasa takut,yang ada dia merasakan kehangatan.

Selang beberapa menit matanya tertutup,kemudian terbuka sempurna dia pun beranjak turun secepat kilat meraih tas sekolah nya.Ia mengobrak abrik tasnya tetapi hasilnya nihil,ia kehilangan bukunya.Lebih tepatnya buku curhatnya selama ini.

Ilmira berkeringat dingin pasalanya di dalam buku itu terdapat banyak sekali curhatan nya dengan kalimat puitis yang mungkin sedikit alay dan curhatan tentang orang yang ia sukai

Lagi-lagi matanya membulat,oh god jangan sampai ada yang tahu rahasia itu.Ilmira sangat kalut,ia kemudian merogoh kantong roknya dan mengeluarkan Hpnya kemudian mendial nomor Sartika.Tak lama nada terhubung itu kini berganti menjadi suara Sartika

"Assalamualaikum,halo kenapa Ilmi?"

"Waalaikumsalam Tika,arghh Tika bantuin aku ya Allah gimana ini arghh"

"Ilmi jawab yang bener dong,lo kenapa ha?"

"Oh ya Tika,waktu kamu kemas barang aku pas Kematian ibu,kamu ada nemu buku kecil aku gak?" tanya Ilmira

KoriahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang