"Cinta adalah misteri indah. Barangsiapa bersabar, dia akan mendapatkan hadiah paling indah." – Tereliye.
Sea sibuk mencatat penjelasan dari sang guru. Ia harus mendapatkan nilai yang baik guna memadatkan kurikulumnya. Agar cepat lulus, ujarnya pada Ann suatu hari. Jika ia cepat lulus, maka semakin cepat pula Sea dapat kembali ke Bangkok.
Tangan yang sejak tadi bergerak, sesaat berhenti. Pikiran Sea tiba-tiba berkunjung pada ingatannya kemarin. Luke tiba-tiba saja mengajaknya pergi berkeliling Manhattan. Luke dan Sea menghabiskan waktu dengan mencicipi berbagai street food. Mereka saling berbagi cerita, merasa sudah semakin dekat. Diam-diam Sea tersenyum. Ia sempurna jatuh hati pada Luke.
"Aw!" Sea mengaduh kecil, Ann menyikutnya dan bertanya, kenapa kau? Mungkin Ann takut Sea mendadak gila karena akhir-akhir ini tugas mereka menggunung.
Setelah kelas selesai, Sea segera membereskan peralatan menulisnya. Pagi ini ia bangun kesiangan sehingga lupa sarapan. Sekarang perutnya sudah sangat perih dan berbunyi sejak tadi, minta diisi.
"Baiklah, katakan, kau ke mana kemarin?" tanya Ann penuh selidik. Frank yang baru saja mendekati mereka ikut memerhatikan Sea.
"Apa? Aku di apartemen, bermalas-malasan...," jawab Sea gagap.
Frank dan Ann kompak tertawa, Ann bahkan sampai memukul-mukul Frank karena sangat tidak kuat mendengar perkataan Sea. Sea mengernyitkan dahinya.
Frank berdeham,"Kemarin kami ingin mengajakmu berkeliling kota tapi kau tidak bisa dihubungi. Lantas kami melihat kau sedang bersama dengan seseorang,"
"Huh! Sayang sekali kalian jalannya terlalu cepat, padahal aku ingin melihat wajah si pangeran half-bloodmu itu!" tambah Ann.
Sea menyengir lima jari, tahu sudah tidak bisa menghindar lagi.
Ann bertanya, masih penasaran,"Jadi kau sudah berpacaran dengannya?"
"Berpacaran apa? Tidak-tidak, kau hanya berkhayal!"
Ann hanya menggelengkan kepalanya. Tidak mengerti mengapa Sea tidak berterus terang saja. Toh, kalau memang iya bukankah ini berita baik?
Ann keliru. Di dalam hatinya, Sea takut. Ia memang semakin dekat dengan Luke, tetapi entah mengapa Sea semakin merasa bahwa ia tidak tahu apapun tentang Luke.
***
Cahaya yang hadir oleh matahari pagi sedikit demi sedikit masuk melalui sela-sela jendela kamar. Kehadirannya cukup banyak mengganggu salah satu penghuninya. Singto menggeliat, ia tidur nyenyak sekali. Bahkan mimpinya pun sangat indah, selaras dengan hidupnya yang sangat membahagiakan.
Membuka matanya perlahan, pandangan Singto dipenuhi dengan malaikat tak bersayap yang begitu cantik di hadapannya. Paras Krist luar biasa sempurna, dengan terpaan cahaya matahari membuatnya semakin tidak masuk akal. Singto membelai lembut wajah Krist, tidak menyangka telah memiliki Krist seutuhnya. Baik jiwa maupun raga.
Krist menggeliat dan tersenyum begitu tahu siapa yang telah mengganggu tidurnya,"Pagi...," Krist mendekatkan diri dan menaruh kepalanya di dada Singto.
"Apakah masih sakit?" tanya Singto. Krist membulatkan matanya dan menggeleng, malu. Ia memang masih merasakan sedikit nyeri, tapi tidak masalah.
"Tidurlah lagi. Kita tidak akan pergi hingga sore nanti,"
Krist mengangkat kepalanya, menggerakan mulut, ke mana?
Singto hanya tersenyum dan mengecup kepala Krist.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Terakhir 2
Romance"Kau mungkin menyukaiku. Tapi... kau mencintainya." "Pernikahan itu bukan hanya menyatukan dua insan, melainkan dua keluarga, Krist. Dan bagaimana kau melangkah lebih jauh jika kau saja tidak yakin?" Perjalanan kehidupan Krist, Singto, dan Sea diuj...