Realita

147 19 1
                                    


"Tidak bisakah aku tidak tahu?"

Flashback 10 tahun yang lalu...

Luke yang masih remaja melihat pertengkaran Orang tuanya dengan ketakutan. Ia hanya mampu memerhatikan bagaimana Ayahnya mencaci maki sang Mama.

"Kau masih mengingat anak itu?! Anak itu anak haram! Anak hina! Dia tidak pernah ada di bumi ini!"

Mama menangis, Mama hanya selalu bisa menangis. Luke ingin sekali menghapus air mata itu, tetapi ia takut. Ayahnya begitu galak dan sangat keras. Apa pun yang ia katakan, harus dituruti.

Luke tidak pernah merasakan kasih sayang yang tulus dari Ayah. Sang Ayah hanya melihatnya sebagai penerus bisnis keluarga. Luke sudah dididik cukup keras bahkan saat ia masih kecil.

"Cih!" Sang Ayah pergi setelah merobek sebuah foto. Membuatnya menjadi potongan-potongan kecil.

Luke mendekat, membantu Mama mengumpulkan potongan foto tersebut.

"Siapa anak ini, Ma?"

"Dia kakakmu," Mama kembali menangis. Tangisan pilu yang membuka rahasia puluhan tahun keluarga mereka.

13 tahun lalu, pernikahan Orang tua Luke bukan merupakan pernikahan yang dinanti. Ayah dan Mama dijodohkan, pernikahan demi bisnis yang menguntungkan. Dibebani dengan rasa terpaksa, Mama tetap bertahan dengan kekasih lamanya. Dan dari kekasih itu pula, Mama mendapatkan anak pertamanya. Anak yang tidak pernah diterima. Anak yang harus dihilangkan.

Ayah murka, menyuruh pembunuh bayaran untuk membunuh lelaki tersebut sekaligus membunuh anak itu. Mama tentu saja tidak terima, tetapi ia tidak memiliki kekuatan untuk melawan kekejaman Ayah. Mama meminta seorang teman yang memiliki panti asuhan, untuk mengasuh anaknya. Sekian tahun berlalu, namun Mama tidak akan pernah melupakan anak itu. Anak pertamanya.

Luke mendengarkan dengan seksama. Selama ini ia menjadi anak semata wayang. Luke tidak pernah tahu jika ia memiliki kakak. Dan ia juga tidak tahu jika kisah yang dialami Mamanya sangat tragis.

Luke berjanji, suatu hari nanti ia akan mencari keberadaan kakaknya.

***

Luke berusia 21 tahun saat kembali melihat Mamanya memandang foto seseorang. Foto seorang bayi yang Luke tahu bernama Krist. Setelah pertengkaran Ayah dan Mama sekian tahun lalu, Mama berubah menjadi sosok yang dingin. Mama akan marah jika Luke bertanya mengenai Krist. Krist menjadi nama yang tabu bagi Mama.

Tetapi Luke harus bagaimana ketika Mama mengusap foto Krist sambil menangis? Ia tidak mungkin diam saja.

Oh, tentu. Luke sangat ingin bertemu dengan sang Kakak. Menceritakan kepahitan yang selama ini ia rasakan. Mengeluh.

Luke mengusap air mata di pipi Mama. Mencoba tersenyum.

"Bisakah Mama melupakan Krist?"

Walaupun didikkan Ayah sangat keras terhadapnya. Luke masih tetap diperlakukan lembut oleh Mama. Tapi tetap saja, Luke tidak merasakan kasih sayang Mama sepenuhnya. Mama begitu menyayangi bayangan Krist. Sedikit banyak membuat Luke iri.

"Maksudmu?"

"Aku bisa mencari Krist, Ma. Tapi tolong katakan padaku. Tolong katakan padaku semua hal tentang Krist."

Mama menggeleng, percuma. Ayah mereka akan mengetahuinya. Dan mungkin akan terjadi pertengkaran kembali.

Selama ini Mama berusaha diam. Mengurung tangisannya kembali rapat-rapat. Tidak apa jika ia sakit, tetapi tidak ada pertengkaran lagi di rumah ini.

Bunga Terakhir 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang