"Berdua untuk selamanya
Berjanji sehidup semati, menyatukan hati." – Rio Febrian, Berdua.
"Kau akan mengundang siapa saja, Krist?" tanya Singto pada Krist yang sedang asik membaca buku di atas kasur. Krist menurunkan bukunya, berpikir keras. Sebenarnya tidak begitu sulit, Krist tidak banyak memiliki teman. Tapi Krist teringat dengan satu orang yang sangat berjasa di hidupnya.
Tangan Krist meraih laci meja nakas, mengambil buku catatannya, dan mengeluarkan sebuah foto. Foto dirinya dengan seseorang. Krist sejenak ragu, tatapan matanya beradu dengan mata Singto yang menunggu jawabannya sejak tadi.
Singto mendekat dan duduk di sebelah Krist begitu mengenali tatapan itu,"Ada apa?" Krist menggeleng lalu dengan pelan menyodorkan sebuah foto pada Singto.
"Ibu Achara. Ia yang mengasuhku." Singto mengangguk, meminta Krist untuk bercerita lebih lanjut.
Mulut Krist membuka dan menutup, tetapi tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. Krist pasti akan mengundang Ibu Achara. Jangan salah, Krist tentu saja senang bertemu dengan Ibu Achara. Tetapi, bertemu dengannya seperti membuka luka lama. Krist menyesal karena belum bisa membalas budi, ia menyesal belum menjadi orang yang hebat. Di mata Krist, dirinya belum berhasil.
Singto meletakkan foto tersebut di meja nakas, meraih Krist ke dalam pelukannya. Ia tidak akan meminta Krist untuk membuka kisah lamanya. Seharusnya Singto tahu, mungkin saja Krist tidak ingin mengingatnya kembali. Isakan pelan yang terdengar membuat Singto semakin mengeratkan pelukannya.
Sea bercerita, akhir-akhir ini Krist sering menangis. Krist sedikit banyak harus belajar beradaptasi bahwa sebentar lagi ia akan resmi menjadi pasangan seseorang. Krist bahagia. Sangat bahagia. Tapi untuk tahap penyesuaian memang lah tidak mudah.
Singto mengecup lembut dahi Krist, membimbingnya untuk merebahkan badan. Krist tersenyum, Singto selalu ada untuknya. Krist menarik napas dalam. Terlelap.
***
Prosesi pernikahan selesai. Tidak henti-hetinya pada undangan yang hadir, menyalami Krist dan Singto. Bahkan sekumpulan penggemar Singto, menyalami mereka dengan senyuman yang tulus. Ternyata pasangan si Bos besar sangat cantik! Pikir mereka. Kalau sudah seperti ini, mereka mengambil langkah besar, mundur.
Praepailin mendekat,"Akhirnya..." Krist tersipu malu, Praepailin datang dengan seorang lelaki yang sudah menjadi suaminya.
Alih-alih memeluk Singto, Praepailin berjalan menuju Krist dan mengecup pipinya sambil berbisik,"Selamat, Krist Prachaya."
"Hei!" seru Singto, tidak terima. Praepailin hanya mengibaskan tangan sambil tertawa, puas sekali sudah berhasil menggoda Singto.
Tak lama May, Maprang, New, dan juga Ice datang. Mereka baru saja selesai mengisi perut dengan berbagai makanan. Bahkan Maprang punya rencana untuk makan ronde ke dua.
"Di mana Sea?" tanya Singto begitu menyadari adiknya tidak ada bersama Ice.
"Nona Sea sedang makan dengan Nanon." Lapor Ice.
New terbahak,"Kau harus menghentikannya sebelum ia menghabiskan seluruh makanan, Sing!" disambut gelak tawa yang lain.
"Phi Sing!" Sea datang tergopoh-gopoh sambil menyikap dress panjangnya. Nanon mengikuti dari belakang, lantas menyalami Krist dan Singto. Singto tertawa dan memukul pelan bahu Nanon.
Sea mendekat, mencium pipi Krist dan Singto bergantian,"Selamat Phi Sing, selamat Phi Krist," tadi saat pelemparan bunga, entah mengapa yang mendapatkannya justru Sea. Muka Singto cemberut, Sea masih harus sekolah! Posesif sekali.
![](https://img.wattpad.com/cover/256795398-288-k899139.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Terakhir 2
Romance"Kau mungkin menyukaiku. Tapi... kau mencintainya." "Pernikahan itu bukan hanya menyatukan dua insan, melainkan dua keluarga, Krist. Dan bagaimana kau melangkah lebih jauh jika kau saja tidak yakin?" Perjalanan kehidupan Krist, Singto, dan Sea diuj...