"Berdua untuk selamanya
Berjanji sehidup semati, menyatukan hati." – Rio Febrian, Berdua.
Singto sudah sangat yakin dengan Krist. Yakin bahwa Krist adalah satu-satunya. Bersama dengan Krist, membuat Singto paham arti dari relasi sehat. Tidak akan pernah memaksa, tidak akan mengancam. Senantiasa mendukung untuk berkembang menjadi lebih baik. Walaupun Singto sudah melamar Krist, tapi untuk proses pernikahan, ia tetap menyerahkan segalanya pada Krist. Ia juga tidak akan memaksa kapan, entah tiga bulan, empat bulan, bahkan setengah tahun dari sekarang, Singto tidak masalah. Toh baginya setiap hari adalah hari baik.
Rencana memang tidak selamanya akan berjalan mulus sesuai dugaan awal. Sea marah-marah hingga membuat kepala Singto pusing. Sea ingin Singto dan Krist menikah sebelum dirinya melanjutkan studi ke Amerika. Sea takut betul jika ia tidak bisa menghadiri pernikahan kakaknya. Sea sudah mendaulat Nanon jika pada hari pernikahan Singto dan Krist, mereka lah yang bertugas memberikan cincin. Permintaan yang omong-omong hanya dibalas melengos oleh Nanon.
Demi melihat Sea marah berkepanjangan, keputusan dibuat. Singto dan Krist akan segera menikah. Lantas sibuk sekali. Singto lagi dan lagi mengalah, menyerahkan segalanya pada Sea dan juga Krist.
Dan sekarang di hadapan Krist sudah ada Sea, May, dan juga Maprang. Mereka berkumpul di kamar Sea. Mereka yang akan membantu Krist memilih warna baju, dekorasi, dan segala tetek bengek yang hanya mereka pahami. Krist bersyukur, May dan Maprang sangat ramah dan supel, sehingga ia tidak merasa canggung. Saat baru datang tadi, May menggoda Maprang yang patah hati karena Singto akan menikah. Krist tertawa renyah, ia tidak begitu terkejut jika Singto disukai oleh banyak orang. Bahkan Sea pernah berkata, mungkin setengah staf Singto yang perempuan, menyukai kakaknya itu.
Beberapa menit kemudian, kesibukan dimulai. Maprang menghubungi seorang Wedding Organizer yang dapat membantu mereka. Sea sudah meyakinkan berulang kali, Singto memberikan mereka black card yang unlimited, jadi mereka tidak perlu memikirkan biaya. May membentangkan buku-buku katalog dekorasi pernikahan. Sedangkan Sea sibuk membaca berbagai review toko yang sekiranya bagus untuk membuat tuxsedo.
"Phi, untuk cincin nanti Phi Sing yang akan membeli atau bagaimana?"
Maprang menjawab, masih sibuk dengan ponselnya,"Itu urusan Singto, katanya ia sudah memesan cincinnya."
"Krist, bagaimana dengan ini? Kau suka warna apa? Kuning gading? Emas? Sepertinya bagus semua..." May memperlihatkan dekorasi yang telah ia sortir terlebih dahulu.
"May, apakah tidak terlalu mewah?" Krist segera protes, tidak setuju.
Maprang menggerlingkan matanya,"Krist, kau akan menikahi seorang Singto Prachaya, kau harus terbiasa melihat itu semua,"
"Maprang!" sahut May. Maprang hanya mengibaskan tangannya, merasa tidak bersalah.
Krist merengut,"Tapi... aku ingin sederhana saja..." Maprang, May, dan Sea kompak melirik Krist. Mereka sebenarnya juga iba. Krist belum terbiasa betul dengan gaya hidup Singto. Tapi mau tidak mau, Krist harus beradaptasi dengan keadaan.
3 jam berlalu. Akhirnya sudah dipastikan, dekorasi yang digunakan bernuansa rose gold dan krem. Maprang besok akan bertemu dengan WO, May juga sudah membuat janji dengan tim dekorasi, dan Sea sudah membuat janji dengan butik yang siap membuatkan tuxedo dalam waktu singkat.
Krist sudah merebahkan setengah badannya, lelah sekali. Ia tidak tahu mempersiapkan pernikahan akan sangat amat melelahkan seperti ini. May, Maprang, dan juga Sea sedang asyik berceloteh sambil menikmati pizza. Krist hanya cukup makan satu potong saja, ia sudah tidak berselera dan ingin segera tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Terakhir 2
Romantizm"Kau mungkin menyukaiku. Tapi... kau mencintainya." "Pernikahan itu bukan hanya menyatukan dua insan, melainkan dua keluarga, Krist. Dan bagaimana kau melangkah lebih jauh jika kau saja tidak yakin?" Perjalanan kehidupan Krist, Singto, dan Sea diuj...