Bulan

203 19 8
                                    



"Aku ingin memeluknya... sedikit lebih lama lagi."

1 tahun kemudian...

Luke mengedarkan padangannya pada bandara John F Kennedy. Tidak terlalu ramai, karena memang belum saatnya liburan. Sudah setahun sejak ia meninggalkan Amerika beserta segala kenangannya. Tidak banyak yang berubah, hanya semakin banyak kios-kios coffee shop yang berlomba-lomba 'menggoda' pengunjung dengan aroma dari kopi atau kue yang mereka jual. Mungkin Luke akan membeli kopi beserta kue itu jika tidak segera beranjak.

Benar, sudah setahun berlalu. Sebenarnya banyak yang berubah. Luke menyetujui keinginan Ayah untuk menjadi penerusnya, tetapi dengan syarat, sang Ayah tidak boleh 'mengganggu' Krist. Bukankah Luke adalah seorang adik yang sangat baik?

Tidak juga.

Luke melakukan itu setelah melakukan kesepakatan pada Singto. Luke ingin hidupnya terutama sang Mama baik-baik saja. Singto menjamin itu. Ia bisa dengan mudah meminta pengawalnya menjaga Luke, dan menjauhkannya dari perhatian publik. Sebagai gantinya, Luke harus menjauhkan Ayah dari Krist dengan cara apa pun.

Luke meringis mengingat Krist. Setelah berminggu-minggu melakukan aksi penolakan, Krist akhirnya menerima. Menerima kalau harus menjalani hidupnya tanpa Singto. Luke berusaha melupakan bagaimana kecewanya Krist dan segala upaya yang dilakukannya demi Luke menyerah.

Setelah semua sudah aman, akhirnya Luke mendapatkan kesempatan untuk ke Manhattan. Untuk yang ini, Luke juga sudah berjanji pada Singto. Tidak akan pernah menginjakkan kaki di Manhattan lagi. Karena jika Luke ke Manhattan, sudah pasti ia akan bertemu dengan Sea. Namun untuk kepergiannya yang sekarang, Luke meyakinkan semua orang, ia ke Manhattan untuk mengosongkan apartemennya. Mengurusi berbagai hal sebelum benar-benar pergi.

Luke berjalan menuju mobilnya, ia hanya diberi waktu seminggu. Tidak lebih. Luke setuju tanpa berpikir lebih lanjut. Kalau bisa, ia juga tidak ingin bertemu langsung dengan Sea. Ia akan melakukan segalanya untuk menghindar. Seminggu waktu yang begitu cepat untuk bernostalgia, Luke tidak punya cukup waktu untuk itu.

***

"Sea, bagaimana dengan desainmu? Apakah sudah disetujui Miss Camille?" tanya Ann sambil mengunyah keripik kentang kesukaannya.

Sea memutar bola matanya malas,"Entahlah, Miss Camille menyuruhku revisi kembali. Entah apakah aku bisa lulus,"

"Tentu saja bisa. Keluarkan desain kalian! Kita akan mengomentari desain masing-masing," ujar Frank, membuka tasnya.

Sea dan Ann bersorak gembira. Frank sangat cerdas, beruntung sekali dapat berteman dengannya. Saat ini mereka seperti biasa menghabiskan akhir pekan di apartemen Sea, sambil mengeluhkan desain mereka yang terus diminta revisi oleh Miss Camille. Desain tersebut merupakan tugas akhir yang menjadi syarat kelulusan. Tentu saja desain yang diajukan benar-benar bagus dan kreatif, berbeda dengan desain baju yang sudah ada.

Frank menoleh pada Sea,"Aku senang, Sea. Kau sudah kembali,"

Tangan Sea berhenti menggambar. Tersenyum tipis pada Ann dan Frank. Perkataan Frank sedikit banyak menyentilnya. Kejadian yang terjadi setahun silam, memberikan perubahan yang begitu besar pada semua, termasuk Sea. Jika kebanyakan orang menjadi dewasa dalam waktu beberapa tahun, Sea hanya dalam beberapa hari. Setelah kembali dari Bangkok, Sea sangat fokus dengan sekolahnya. Mengambil banyak pekerjaan memotret. Menyibukkan diri. Ia tidak pernah bercerita pada Ann dan Frank, tetapi mereka mengerti, dan tidak meninggalkannya sendiri.

Ratusan malam Sea habiskan dengan pahit. Sebesar apa pun ia memperbanyak kegiatannya, pada akhir hari Sea tetap akan kembali ke apartemennya. Pada saat itu pula gulungan kenangan menghancurkannya perlahan. Sea tidak menangis, pun ia juga tidak tertawa.

Bunga Terakhir 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang