"Jika itu membuatmu senang, aku tidak masalah."
Sea tertawa kencang sekali mendengar celotehan Ann. Menurut Ann, Sea sekarang sudah tidak seru lagi semenjak ia punya pacar. Sea semakin sulit ditemui saat akhir pekan. Bahkan tidak jarang Sea menolak ajakan makan malam bersama dengan Ann.
"Hei, aku tidak seburuk itu!" sahut Sea.
Ann berdecak,"Mana mungkin! Frank, kau tahu, kan, maksudku? Hei, Frank—astaga!"
Ann harus kembali menelan kekecewaan. Frank—yang diajak berbicara sejak tadi—sedang asik dengan ponselnya. Jangan lupakan senyum lebar yang hadir pada wajah Frank.
"Sepertinya kalian sudah melupakanku ya?" tanya Ann sedih.
Sea tertawa, merangkul Ann,"Kau ini, kami tidak mungkin seperti itu,"
Frank menaruh ponselnya di saku,"Kau terlalu berlebihan, Ann."
"Jadi kau semakin dekat dengan kakak tingkat itu, Frank? Ah, siapa namanya?" Sea mengerutkan dahi. Berusaha mengingat satu nama.
"Draco?"
"Drake." Koreksi Frank, tak lama semburat merah muda hadir pada wajahnya. Sea dan Ann kompak menggelengkan kepala. Tidak menyangka hanya dengan menyebut nama, Frank sudah begitu malu.
Pikiran Frank kembali menerawang. Menurutnya pun ia terlalu berlebihan. Ia dengan Drake belum memiliki hubungan khusus apapun. Frank hanya merasa Drake adalah orang yang baik dan seru untuk berdiskusi. Entahlah, mungkin masih terlalu dini untuk menyimpulkan apapun. Dan masih terlalu dini untuk menaruh hati.
Tanpa Frank tahu, ia sudah jatuh hati.
***
Akhir pekan tiba. Semua orang berlomba untuk menghabiskan waktu dengan sebaik-baiknya. Ada yang memilih merebahkan diri di tempat tidur seharian (seperti Ann). Ada yang memilih melahap tumpukan tugas (seperti Sea). Atau ada yang memilih menghabiskan waktu dengan menonton film di bioskop. Dan, ya, benar! Orang itu adalah Frank.
Frank sedang berdiri gugup di depan pintu bioskop. Semalam ia dan Drake berjanji akan bertemu pukul 11. Namun sekarang jam di tangan Frank sudah nyaris menunjukkan pukul 12 dan Drake belum muncul juga. Frank mulai khawatir, apa Drake lupa dengan janji mereka?
Belum sempat Frank menghubungi Drake. Tiba-tiba sebuah tangan melingkar pada bahunya. Frank mendongak dan langsung bertemu dengan mata Drake.
"Sudah menunggu lama?"
Frank menggeleng. Ia berusaha keras mengendalikan diri. Tangannya sigap mengibas di depan wajah. Berusaha mencegah semburat merah hadir dan membuatnya malu.
Drake diam-diam tersenyum melihat tingkah Frank,"Aku sudah membeli tiketnya." Lalu Drake menunjukkan tiket yang berada di tangan dan menarik Frank untuk segera memasuki studio.
Frank tersenyum geli. Dan ikut melangkah. Mencoba melupakan dua tiket yang (sebenarnya) sudah berada pada saku celana.
***
Sea mengusap lehernya yang terasa tegang dan kaku. Sudah lebih kurang 3 jam ia habiskan untuk mengerjakan tugas yang akhirnya selesai juga. Sea sudah memberikan peringatan pada Luke, jangan coba mengganggunya hari ini. Sea tidak ingin tugasnya semakin hari semakin menumpuk dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan berkurang.
Sea mengusap perutnya yang terasa lapar. Ia belum makan apapun sejak terakhir kali mengunyah roti lapis tadi pagi. Mengalah, Sea beranjak menuju kulkas. Mungkin saja ada bahan pangan yang bisa ia masak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunga Terakhir 2
Romance"Kau mungkin menyukaiku. Tapi... kau mencintainya." "Pernikahan itu bukan hanya menyatukan dua insan, melainkan dua keluarga, Krist. Dan bagaimana kau melangkah lebih jauh jika kau saja tidak yakin?" Perjalanan kehidupan Krist, Singto, dan Sea diuj...