Taruhan Air Mata

198 25 2
                                    


"Kau benar-benar mencintai pria itu bukan?"

Drake lebih memilih menatap lorong sekolah melalui jendela dibandingkan dengan memerhatikan materi yang sedang dijelaskan. Kejadian tempo hari masih terus menghantui pikirannya, bahkan jika luka di pipinya telah sembuh. Drake seharusnya cukup paham untuk tidak mengganggu Frank.

Frank...

Entah bagaimana keadaan pemuda itu sekarang. Drake tidak bodoh, ia tahu jika Frank telah jatuh cinta padanya. Seharusnya ia senang bukan? Karena itu merupakan tujuan awalnya. Tapi ternyata ia tidak merasa senang sedikit pun.

Tahu-tahu orang yang sedang ada di pikirannya lewat. Frank berjalan dengan menundukkan kepalanya. Tidak ada dua temannya yang biasa menemani. Jika seperti itu, Frank terlihat sangat menyedihkan. Drake menelan ludah, pikirannya berputar pada hari itu.

Drake dan teman-temannya sedang menikmati makanan di kantin. Sekali dua melontarkan candaan yang konyol.

"Hei, kalian lihat itu?"

Drake mengikuti arah telunjuk temannya, melihat satu pemuda dan dua gadis di hadapannya sedang asik bercanda.

"Hebat sekali dia bisa ditemani dua gadis," temannya yang bermuka culas menyahut sambil tertawa meremehkan.

Drake menggeleng,"Apanya yang hebat? Sepertinya ia nerd, pantas saja ditemani dua gadis itu,"

Temannya merangkul Drake,"Kau ingin taruhan? Jika dalam waktu seminggu kau bisa menaklukan pemuda itu, masing-masing dari kami akan membayar 10 dollar, bagaimana?"

"Taruhan macam apa itu?" Drake mengerutkan dahi, untuk apa ia melakukannya?

"Kau takut?"

"Tentu tidak,"

"Lantas mengapa kau tidak menyetujuinya?"

Harga diri Drake sedikit terluka, ia menjabat tangan temannya,"Deal."

...

Selanjutnya Drake mengamati dalam diam setiap gerak-gerik Frank. Ia juga mencari tahu mengenai dua gadis yang menjadi teman dekatnya, Ann dan Sea. Semua pertemuan yang terasa kebetulan, sebenarnya telah Drake rencanakan.

Drake rela menjadi teman diskusi untuk Frank. Mencoba memahami hal yang disukainya. Semua ia lakukan sampai di hari terakhir dirinya bertemu dengan Frank.

Malam itu Drake bahkan tidak mengerti mengapa ia mengecup dahi Frank. Ia bahkan tidak tahu mengapa jantungnya berdegup dengan kencang. Seharusnya ia tidak perlu sampai seperti itu. Karena semua hal yang ia katakan juga merupakan bagian dari rencana.

...

Drake melihat Frank yang sudah beberapa kali tidak sengaja menabrak seseorang. Tapi Frank tetap melanjutkan jalannya. Drake menghela napasnya yang mendadak berat, mengalihkan pandangan. Tidak melihat Frank lagi.

***

Sea mengalihkan pandangan dari laptop saat ponselnya berdering. Tanpa perlu menebak, Sea sudah tahu Singto—cepat atau lambat—akan menghubunginya. Sea menarik napas panjang, menyiapkan diri.

"Halo, Phi Singto yang sangat aku sayangi!"

Singto mengernyit,"Hentikan tingkah manismu, Mark sudah memberi tahuku,"

Mark! Tentu saja dia, pikir Sea.

"Oh, ayolah, Phi! Bukankah Phi Singto yang mengajarkanku untuk melindungi diri?"

Bunga Terakhir 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang