Hancur

196 19 12
                                    


"Maafkan aku...,"

"Sea...,"

Sea melihat dan mendengar semua. Ia berdiri di depan kamarnya saat mendengar Luke datang. Ia tahu, hanya hitungan jam saja Luke akan menemui Krist. Sea juga sudah tahu. Tetapi menyaksikannya sendiri membuat hatinya sangat sekali.

Sea tidak menahan lagi. Air matanya mengalir. Ia terisak sambil menutup mulutnya. Tidak ingin mengganggu.

Luke berdiri kaku. Enggan menoleh. Ia tidak bisa membayangkan betapa hancurnya hati Sea. Ia memang ingin bertemu Krist, tetapi Luke tidak pernah menginginkan Sea melihatnya di sini.

Sea mengangkat tangannya, meminta Singto untuk tidak mendekat. Ia mengusap air matanya, mencoba tersenyum. Lalu berjalan pergi.

Singto menatap bengis pada Luke, siap meninjunya.

"Kenapa kau masih ada di sini?"

Luke bersiul,"Sangat baik sekali pasanganmu ini, Phi!"

"Sebaiknya kau pergi, kau—tidak diterima di rumah ini!" Singto mengisyaratkan pada Mark untuk membawa Luke pergi. Ia sepenuhnya mengabaikan Krist. Kemudian Singto pergi, menyusul Sea.

***

"Kenapa tidak kembali ke kamar?" Singto memakaikan jasnya pada Sea. Udara malam ini terasa begitu dingin. Ia takut Sea akan demam setelah ini.

Sea menggeleng, menepuk bagian kosong di sebelahnya. Ia memutuskan untuk pergi ke taman. Semua ini begitu berlebihan untuk ia pahami dalam satu waktu. Mengasingkan diri sejenak merupakan keputusan yang tepat.

Sea menyandarkan kepalanya pada bahu Singto. Singto segera merangkulnya. Berusaha memberi kekuatan untuk masing-masing.

"Maafkan aku, Phi,"

"Hm?"

Sea menatap mata Singto,"Aku sudah tahu mengenai Phi Krist dan Luke," sambil terbata-bata, Sea menceritakan semuanya pada Singto. Kecurigaan Sea pada Luke, keputusannya untuk menyelidiki Luke, hingga mengetahui fakta tentang Krist.

"Aku tidak pernah menyangka jika Luke adalah adik kandung Phi Krist. Sampai aku yakin dengan satu hal, Luke sengaja mendekatiku—"

Singto mendekap Sea erat. Pilu sekali mendengarkannya. Adik yang selama ini ia jaga setengah mati, harus tersakiti oleh orang lain. Sedihnya, Singto tidak pernah memperkirakan ini sebelumnya. Ia tidak tahu masa lalu Krist akan membuat keluarga mereka dalam masalah. Singto dengan senang hati akan mencari siapa keluarga Krist. Namun jika masa lalu itu melibatkan dan menyakiti Sea, tentu Singto tidak akan diam saja. Terlebih lagi, Luke adalah anak Jack Sangpotirat?

Singto ingin tertawa. Kenapa ia bodoh? Kenapa ia tidak pernah perduli untuk mencari sedikit tentang saingannya?

"Kalau saja aku mendengarkan Phi Sing, mungkin aku tidak akan sakit seperti ini,"

"Sea, ini bukan salahmu,"

Perkataan Singto yang begitu lembut justru semakin membuat Sea menangis dengan kencang. Mengapa Singto sangat paham akan dirinya?

Singto yang biasanya marah karena khawatir, untuk saat ini kakaknya memilih untuk mendengarkannya. Walaupun Sea tahu, Singto mengepalkan tangannya begitu kuat. Menahan emosi.

Krist memegang dadanya yang berdenyut menyakitkan. Ia sedikit banyak menyalahkan dirinya untuk kekacauan ini. Tetapi Krist juga baru tahu. Dan Krist berjanji demi Tuhan, ia tidak menyakiti Sea atau Singto.

Menyusutkan linangan air mata di pipi, Krist berjalan menuju kamar. Tidak ingin mengganggu Sea dan Singto.

***

Bunga Terakhir 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang