four

11.7K 851 28
                                    

🔞 warning 🔞

--

"Gimana kerjaan di sana?"

Jaemin memanyunkan bibirnya. Ia pun menyamankan diri di dalam pelukan Jeno. "Nyaman banget." Gumamnya pelan.

Keduanya sedang berada di kamar Jeno, membicarakan ini itu, dan berakhir pada Jeno yang menanyakan pertanyaan di atas.

Sudah empat hari mereka tidak bertemu, dan hanya bertukar kabar melalui telefon. Alasan keduanya untuk tidak bertemu adalah karena sama-sama sibuk. Jaemin sibuk dengan intern-nya, dan Jeno dengan bisnis IT yang sedang ia bangun bersama beberapa sahabatnya.

"Mereka memperlakukan kamu dengan baik, kan?"

Jaemin mengedikkan bahunya acuh. "Aku dilecehkan. Bukan masalah besar. Udah diurus sama papi."

Alis Jeno terangkat. Ia menunduk untuk melihat wajah sang kekasih. "You ok, baby?"

Senyuman manis tercetak dengan jelas di wajah Jaemin yang sudah manis. Ia mencuri kecupan singkat di bibir Jeno. "Aku Park Jaemin. Tentu saja aku baik-baik aja."

Jeno mendengus. Sudut bibirnya terangkat dan membentuk seringaian kecil. Jaemin bukanlah Jaemin jika ia tidak membuat masalah baru ketika menyelesaikan masalahnya. "Bunny, masalah apa lagi yang kamu buat?"

Jaemin mendengus. "Papi keeps me in check. Aku ga buat masalah. Seriusan!" Jari kelingkingnya ia angkat ke udara; janji kalau perkataannya bisa dipercaya. Ia tidak teringat dengan adegan proposal dan sesi flirting-nya dengan karyawan sang papi.

"Don't lie, bunny." Geram Jeno.

Jaemin mengerjapkan matanya dan menatap Jeno dengan tatapan polos. Ia tidak sanggup untuk membalas. Atensinya sudah diambil alih oleh tatapan mata Jeno yang intens, seolah akan menerkamnya.

Melihat tatapan polos Jaemin malah membuat Jeno menjadi bernafsu. Pemuda itu mulai mengendus ceruk leher Jaemin dengan sensual, dan meninggalkan jejak basah menuju dadanya.

"Jen . . ." Jaemin sedang tidak mood untuk melakukan aktivitas eksplisit. Yang ia inginkan hanyalah cuddle, cuddle, dan cuddle. Namun sepertinya, singa yang bersarang di dalam diri Jeno sudah terbangun. Dan Jaemin yang mudah tergoda pun sulit untuk menolak.

Jeno mendekatkan mulutnya ke daun telinga Jaemin dan menjilatnya, membuat si submisif mendesah pelan. Deru napas Jeno yang berat berhasil membuat bulu kuduk Jaemin berdiri. Ia sudah seperti cacing kepanasan; tidak bisa diam karena Jeno tak henti menggoda tubuhnya.

Wajah Jaemin sudah memerah, dan Jeno mendengus melihatnya. Ia baru saja mulai, namun Jaemin sudah terlihat seperti akan sampai.

Aksi Jeno tidak berhenti sampai di situ saja. Tangan kanannya perlahan membuka kancing kemeja putih yang Jaemin kenakan saat ke kantor. Setelah terbuka, ia pun langsung mengelus puting merah muda Jaemin yang sudah mengeras, membuat Jaemin melenguh dengan seksinya.

"So needy . . ." Jeno menggigit bibirnya pelan. Tatapan matanya sudah menggelap dipenuhi hawa nafsu.

Dari atas, Jeno membawa tangannya semakin turun menuju resleting celana bahan yang juga Jaemin pakai untuk bekerja. Ia menurunkan resleting, lalu menurunkan celana beserta boxer yang Jaemin kenakan, membebaskan penis berukuran sedang milik Jaemin yang sudah semi-hard.

"Engh Jennhh~~"

Jaemin mendongakkan kepalanya dan meraup bibir tebal Jeno. Ciumannya terkesan buru-buru, dan Jeno terkekeh rendah saat Jaemin memberikan ciuman-ciuman basah di bibirnya.

"Ssh Jenn!h . . . Don't tease . . ." Jaemin menahan tangan Jeno agar tidak pergi dari penisnya. Satu tangannya yang lain ia gunakan untuk mengelus kejantanan Jeno yang masih bersembunyi di balik celana pendeknya.

"You're so hard . . ." Jaemin menggigit bibirnya saat merasakan kejantanan Jeno yang sudah mengeras. Pikirannya melayang, membayangkan lubangnya dimasuki oleh Jeno, dan digempur dengan cepat dan keras.

"Nngghhh . . ." Membayangkannya saja berhasil membuat pre-cum muncul di penisnya.

Seakan tahu apa yang sedang dipikirkan Jaemin, Jeno segera menukar posisi sehingga kini Jaemin berada di bawahnya. Ia menyibak poni yang menutupi mata Jaemin lalu mencium keningnya. "Calm down, baby." Bisiknya.

"Jen, cium~" rengek Jaemin, karena Jeno tidak melakukan apapun dan hanya menatapnya intens.

Jeno mengerjap pelan. Pikirannya sempat melayang untuk sepersedian detik, dan sekelebat bayangan wajah manis hinggap di pikirannya. Jeno tersenyum ke arah Jaemin lalu melumat bibirnya pelan. Ia menyudahinya dengan kecupan manis di kening.

"Kamu nginap, ya? Besok aku antar ke kantor." Jeno pun merebahkan tubuhnya dan menarik tubuh Jaemin agar bisa ia dekap.

Jaemin merengut lucu. Kondisinya saat ini benar-benar berantakan, tidak elit sama sekali. Rambut yang berantakan, wajah merah, kancing baju yang terbuka, dan celana dan boxer yang turun hingga paha. Dan Jeno dengan santainya menyudahi kegiatan panas mereka. Ia pun duduk dan meninju perut Jeno.

"Nyebelin."




Annyeong

Aku sebenernya uda tulis panjang2 ch ini, tapi aku hapus setengahnya. Dan rencana awalnya sih mau aku up siang tadi. Tapi, kok aku ngerasa aneh aja gitu nge-up stemy stuff siang2.

Ini pendek, aku tau. Karena dari awal, chaps story ini memang harusnya pendek. Antara 600 - 1000 kata gitu. Kalo lebih, ya berarti otak aku gak lagi mumet.

Tapi otak aku lagi mumet banget rasanya karena tugas-tugas kampus yang luar biasa ini :')

See? Kalo ditanyain keluh kesah, bakalan panjangan bacotanku dari pada chapter-nya :(

So, i'll stop here.

Tbc~

Sneak peak~~

iPhone dengan bubble 3 melayang melintasi ruangan, dan berbenturan dengan cermin besar yang ada di ruangan tersebut.

Seorang pemuda menatap tajam tabloid di tangannya, dan meremasnya sampai remuk dan tak berbentuk lagi.

Ia menarik napas dalam-dalam lalu menatap orang di depannya. "ONS atau tidak sama sekali. Aku tidak menerima penolakan. Oke? Oke."

Hehe♡

annyeong || 2jae ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang