bonus chapter

3.7K 208 10
                                    

Beberapa hari sebelum Jaehyun x Jaemin big day.

🤍🤍🤍

"Bisa kau berhenti bernapas di leherku? Itu panas!" Jaemin menyikut Jaehyun dan mendorong prianya agar menjauh. Ia lalu memutar matanya malas saat merasakan sensasi lain yang benar-benar berbeda, "Apa kau anjing yang gak bisa menahan nafsu?! Kau gak malu ditatap seperti itu oleh adik dan iparmu?!"

Di seberang mereka, Jeno dan Aeri hanya bisa duduk dalam diam seperti patung. Uh, Jaemin tidak bisa menyalahkan mereka. Mungkin sikap Jaehyun saat ini sudah mereka anggap seperti culture shock. Yang mereka saksikan sekarang bahkan belum semuanya.

Jaehyun akhirnya berhenti menciumi sisi leher Jaemin, tetapi setelah ia meninggalkan ruam merah di sana. "Aku hanya ingin pamer kalau kamu adalah milikku," ucap pria Jung itu dengan lantang.

Mendengar ucapan Jaehyun tersebut, Jeno yang masih memiliki sisa-sisa niat untuk bertarung demi mendapatkan Jaemin membenarkan posisi duduknya. Ia terlihat tidak nyaman, untuk dirinya dan juga Aeri yang benar-benar tampak sedih. Istrinya itu, selama beberapa bulan mereka menikah, enggan untuk disentuh olehnya sebelum ia menyelesaikan apapun yang terjadi di antaranya dan Jaemin.

Jeno tidak bisa menyalahkan Aeri. Bahkan kedua orang tuanya mendukung keputusan Aeri, membuat Jeno cukup merana untuk beberapa waktu lamanya.

"Kau terlihat seperti anjing yang ingin menyenangkan majikannya!" Jaemin mencela perkataan si calon suami, mengimplikasikan bahwa sikap Jaehyun tersebut lebih terlihat seperti dirinya yang ingin memamerkan diri sebagai milik Jaemin, bukan sebagai pemilik Jaemin.

"Bersikaplah sesuai dengan usiamu!" hardik Jaemin kemudian. Ia meminimalkan volume suaranya sehingga hanya Jaehyun yang dapat mendengarnya.

Jaehyun yang sejak awal memilih untuk duduk di belakang Jaemin di sofa yang sama, menatap anak kucingnya itu lalu mengangguk dengan perlahan, "Right. Kita kesini bukan untuk pamer PDA yang berlebihan." Jaemin mengangguki gumaman Jaehyun, lega karena Jaehyun akhirnya menyadari hal tersebut. Tetapi, Jaehyun belum selesai dengan ucapannya, "But I want to bend you over that table, you know? Fucking you into oblivion, maybe until you pass out. We've never done something like that before, haven't we?"

Jaemin bangkit dengan wajah yang terlihat resah bercampur amarah. Kedua tangannya mengepal kuat, menahan diri agar ia tidak menerkam calon suaminya yang cukup gila itu di saat itu juga.

"Kau pasti bercanda!" geram Jaemin disusul dengan tawa yang ia paksakan. Ia melirik ke arah tuan rumah, khawatir bila mereka dapat mendengar sampah menggiurkan yang Jaehyun utarakan.

Tidak mau terlibat dalam suasana canggung yang lebih canggung lagi, meskipun ia tidak dapat mendengar kelakar di antara Jaehyun dan Jaemin, Aeri pun akhirnya bersuara, "Uh ... aku ke dalam sebentar. Sepertinya Miko menangis ...."

Tangan Jaemin membuat gerakan seperti mengusir. Tetapi ia bermaksud untuk menyuruh Aeri dan Jeno agar cepat mengurus bayinya, karena mereka sudah cukup lama berada di ruang tamu tersebut, meladeni tamu yang tak jelas entah apa maunya.

Singkatnya, Jaemin memang mengusir tuan rumah karena ia ingin berduaan dengan Jaehyun.

"Kenapa kau masih di sini?! Kau mau melihat kami bercumbu dan saling menggoda?!" caranya berkata kepada Jeno sudah seperti seekor anjing yang menggonggong. Galak!

"Jung Jaehyun!"

Jaemin memijat pelipisnya. Ia tak habis pikir. Apa yang ia pikirkan ketika membawa Jaehyun untuk mengunjungi Jeno dan Aeri demi menyelesaikan masalah yang mereka miliki? Tentu saja bukan sesuatu seperti ini!

annyeong || 2jae ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang